Wall Street Anjlok Akibat Lonjakan Korban Virus Corona

24 Februari 2020 8:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Indeks saham Wall Street anjlok di akhir pekan lalu. Lonjakan kasus virus corona baru dan kegiatan bisnis di AS yang terhambat memicu kekhawatiran investor tentang pertumbuhan ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (24/2), indeks Dow Jones Industrial Average turun 227,57 poin atau 0,78 persen menjadi 28.992,41, indeks S&P 500 kehilangan 35,48 poin atau 1,05 persen di 3.337,75 poin, dan Nasdaq ditutup jatuh 174,38 poin atau 1,79 persen menjadi 9.576,59 poin.
Selama pekan lalu, Dow turun 1,4 persen dan S&P 500 kehilangan 1,3 persen. Begitu juga dengan Nasdaq yang turun 1,6 persen, persentase penurunan terbesar dalam tiga minggu terakhir.
Penurunan indeks utama di AS itu dipimpin oleh sektor teknologi. Saham-saham teknologi kelas berat, Microsoft Corp, Amazon.com Inc, dan Apple Inc adalah penyeret terbesar pada S&P 500. Indeks teknologi S&P jatuh 2,3 persen.
Semikonduktor Philadelphia, yang memiliki ikatan kuat dengan China, juga turun tajam. Indeks pembuat chip itu berakhir turun 3 persen.
Aktivitas pasien dengan gelaja virus corona atau COVID-19 yang beristirahat di rumah sakit darurat stadion olahraga Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/STR
China melaporkan adanya lonjakan kasus baru virus corona. Sementara Korea Selatan menjadi titik penyebaran terbaru, dengan 100 kasus baru. Dan lebih dari 80 orang dinyatakan positif terkena virus corona di Jepang.
ADVERTISEMENT
"Ini membuat wild card (pengaruhnya tidak dapat diprediksi) untuk perusahaan dan investor," kata Presiden Chase Investment Counsel, Peter Tuz di Charlottesville, Virginia.
Indeks volatilitas CBOE, yang mengukur tingkat kekhawatiran di saham, juga meningkat pada penutupan perdagangan Jumat lalu.
Hal tersebut menyebabkan investor mencari aset safe haven. Bahkan harga emas dan obligasi melonjak dan beberapa sektor ekuitas lainnya, termasuk kebutuhan pokok, juga melesat.
Volume transaksi di bursa saham AS mencapai 8,28 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 7,66 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.