Wall Street Anjlok Imbas Efikasi Vaksin Corona Johnson & Johnson Hanya 66 Persen

1 Februari 2021 6:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengemas vaksin corona Pfizer-BioNTech yang akan dikirimkan, di pabrik manufaktur Pfizer Global Supply Kalamazoo di Portage, Michigan, AS, Minggu (13/12). Foto: Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengemas vaksin corona Pfizer-BioNTech yang akan dikirimkan, di pabrik manufaktur Pfizer Global Supply Kalamazoo di Portage, Michigan, AS, Minggu (13/12). Foto: Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Ketiga indeks utama Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Investor mengamati hasil uji klinis dari vaksin corona buatan Johnson & Johnson yang hanya efektif 66 persen.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Senin (1/2), Dow Jones Industrial Average turun 620,74 poin atau 2,03 persen menjadi 29.982,62, indeks S&P 500 kehilangan 73,14 poin atau 1,93 persen menjadi 3.714,24, dan Nasdaq turun 266,46 poin atau 2 persen menjadi 13.070,70.
Indeks utama di bursa saham AS tersebut mengalami penurunan mingguan terbesar sejak akhir Oktober 2020, yakni Dow kehilangan 3,28 persen, S&P turun 3,31 persen, dan Nasdaq turun 3,49 persen.
Selama Januari 2021, Dow merosot 2,04 persen dan S&P merosot 1,12 persen. Sementara Nasdaq naik 1,42 persen.
Saham Johnson & Johnson anjlok 3,56 persen, penurunan terbesar di Dow dan S&P 500, setelah produsen obat itu mengeluarkan angka efikasi vaksin corona sebesar 66 persen dari hasil uji coba skala besar yang dilakukan di tiga benua. Angka ini lebih rendah dari hasil efikasi di Amerika Serikat sebesar 72 persen.
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
Efikasi tersebut juga jauh lebih rendah dari Pfizer Inc/BioNTech SE dan Moderna Inc, yang sekitar 95 persen. Hal tersebut membuat saham Moderna naik 8,53 persen, sementara saham Pfizer naik tipis 0,11 persen.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran juga muncul setelah investor ritel kembali memperdagangkan saham seperti GameStop Corp dan Koss Corp. Kedua saham ini meningkat tajam dan membuat volatilitas tinggi di bursa saham.
Lonjakan volatilitas itu menyebabkan peningkatan volume perdagangan yang sangat besar, dengan total lebih dari 20 miliar saham di dua sesi terakhir. Volume ini tercatat yang tertinggi sejak 2014.
Volume di seluruh bursa saham AS pada hari Jumat adalah 17,13 miliar saham, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 15,26 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Volatilitas yang tinggi membuat saham teknologi menurun. Saham Apple turun 3,74 persen, sementara Microsoft turun 2,92 persen.
Sementara itu, laporan keuangan dari sejumlah emiten juga membuat investor terus waspada.
ADVERTISEMENT
Dari 184 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan pendapatannya hingga pekan lalu, 84,2 persen telah melampaui ekspektasi analis.