Wall Street Anjlok, Investor Ramai-ramai Lepas Saham Teknologi

7 September 2020 6:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Ketiga indeks Wall Street ditutup anjlok pada akhir pekan lalu. Investor melepas saham teknologi akibat valuasinya terlalu tinggi dan kekhawatiran pemulihan ekonomi yang tak merata.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (7/9), Dow Jones Industrial Average turun 159,42 poin atau 0,56 persen ditutup pada 28.133,31, indeks S&P 500 kehilangan 28,1 poin atau 0,81 persen menjadi 3.426,96, dan Nasdaq turun 144,97 poin atau 1,27 persen menjadi 11.313,13.
Selama pekan lalu, S&P 500 turun 2,31 persen setelah lima minggu berturut-turut naik. Dow turun 1,82 persen, dan Nasdaq kehilangan 3,27 persen yang merupakan penurunan tertinggi sejak 17 Maret.
Nasdaq yang didominasi saham teknologi, turun 9,9 persen dari rekor tertinggi yang dicapai pada Rabu pekan lalu.
Perusahaan teknologi besar seperti Apple Inc, Microsoft Inc, Amazon.com Inc, dan Facebook Inc juga mengalami kerugian. Meskipun Apple sempat mencatatkan keuntungan tipis pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
"Aksi jual berlangsung signifikan di Jumat, beberapa di antaranya berlanjut dan ada yang kembali stabil. Kami tidak tahu sampai kapan ini berlangsung,” kata Michael Antonelli, ahli strategi pasar di Baird di Milwaukee.
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Padahal Nasdaq merupakan indeks yang mencatatkan kenaikan tertinggi di tengah pandemi corona. Nasdaq naik 82 persen dari level terendahnya di Maret. Sedangkan S&P 500 dan Dow hanya naik sekitar 60 persen.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran menjadi 8,4 persen di Agustus 2020. Angka ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya 10,2 persen.
Namun menurut Antonelli, data ketenagakerjaan tak akan membantu jika hingga saat ini bantuan paket stimulus masih terpecah antaranggota parlemen.
"Angka ketenagakerjaan tidak cukup bagus untuk membuat pasar bersemangat. Di sisi lain, itu tidak cukup buruk untuk membawa kedua pihak di Washington bersama-sama memperpanjang paket stimulus itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengingatkan mengenai penurunan saham yang bisa berlanjut hingga pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang. Pemilu yang akan berlangsung sengit ini dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian.
Pengukur kekhawatiran di Wall Street juga telah mencapai level tertingginya selama lebih dari 11 minggu terakhir.
Di Bursa Saham AS, sebanyak 11,31 miliar saham berpindah tangan, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 9,29 miliar untuk 20 sesi terakhir.