Wall Street Bervariasi, Investor Khawatir Kenaikan Inflasi Tambah Tekanan Saham

18 Februari 2021 6:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Ketiga indeks saham di Wall Street bervariasi pada penutupan perdagangan Rabu (17/2). Nasdaq dan S&P 500 menurun karena investor keluar dari saham teknologi dan khawatir kenaikan inflasi menambah beberapa tekanan pada saham.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Kamis (18/2), Dow Jones Industrial Average naik 90,27 poin atau 0,29 persen menjadi 31.613,02, indeks S&P 500 kehilangan 1,26 poin atau 0,03 persen menjadi 3.931,33, dan Nasdaq Composite turun 82,00 poin atau 0,58 persen menjadi 13.965,50.
Kenaikan Dow Jones dibantu oleh keuntungan saham Verizon Communications Inc yang naik 5,2 persen dan Chevron Corp naik 3 persen. Saham-saham tersebut naik setelah Berkshire Hathaway Inc dari Warren Buffett mengungkapkan investasi besar di perusahaan-perusahaan tersebut.
Saham teknologi memimpin kerugian pada S&P 500 dan Nasdaq. Apple Inc, PayPal Holdings Inc dan Nvidia Corp membebani kedua indeks tersebut. Indeks teknologi S&P 500 berakhir 1 persen lebih rendah.
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Sebaliknya, saham energi naik 1,5 persen memimpin kenaikan di antara sektor S&P 500. Hal ini karena penghentian produksi minyak Texas, yang mendorong harga minyak mentah. Rebound penjualan ritel AS juga membantu saham konsumen naik tipis 0,7 persen.
ADVERTISEMENT
S&P 500 dan Nasdaq mengurangi kerugian, sementara Dow menambah keuntungan setelah rilis risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed).
Seluruh dewan gubernur mendukung keputusan agar The Fed mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif. The Fed pun berjanji untuk menahan suku bunga acuan mendekati nol hingga inflasi naik menjadi 2 persen atau lebih.
“Pasar secara akurat mencerminkan kombinasi suku bunga rendah yang berkelanjutan dan kebijakan akomodatif yang berkelanjutan,” kata Oliver Pursche, presiden Bronson Meadows Capital Management di Fairfield, Connecticut.
Namun sikap The Fed yang akan tetap akomodatif ditambah usulan paket USD 1,9 triliun dari Presiden Joe Biden untuk bantuan pandemi, membuat beberapa analis memperingatkan akan datangnya lonjakan inflasi dalam waktu dekat. Sehingga, beberapa investor khawatir The Fed kemungkinan harus mengubah arah kebijakannya lebih cepat dari yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran tersebut terlihat oleh kenaikan tajam dalam benchmark imbal hasil US Treasury. Hal ini berkontribusi pada penurunan pasar saham baru-baru ini dan investor mengambil keuntungan dari saham teknologi.
Tekanan inflasi pun dapat memaksa The Fed untuk merevisi kebijakannya, kata Michael O'Rourke, kepala strategi pasar di JonesTrading di Stamford, Connecticut.
“Tapi, ini merupakan ambang batas tinggi yang harus kita lewati agar The Fed bereaksi,” jelasnya.
Saham Wells Fargo & Co melonjak 5,2 persen, setelah sebuah laporan mengatakan pemberi pinjaman memenangkan penerimaan The Fed atas proposalnya untuk merombak manajemen risiko dan tata kelola.
Saham Shopify Inc yang terdaftar di AS turun 3,3 persen, setelah raksasa perangkat lunak e-commerce Kanada itu mengisyaratkan pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat pada tahun 2021. Hal ini dipicu oleh peluncuran vaksin yang mendorong orang untuk kembali ke kantor dan usahanya setelah setahun di rumah.
ADVERTISEMENT
Volume di bursa AS adalah 14,31 miliar saham, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 15,99 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.