Wall Street Ditutup Melemah, Investor Khawatir Perlambatan Ekonomi Global

17 Mei 2022 6:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Brendan McDermid/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Brendan McDermid/REUTERS
ADVERTISEMENT
Wall street berakhir lebih rendah pada perdagangan Senin (16/5) diikuti dengan melemahnya saham pertumbuhan lainnya. Pasalnya data ekonomi China yang suram menambah kekhawatiran investor tentang perlambatan global dan kenaikan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters Selasa (17/5), S&P 500 turun 0,39 persen untuk mengakhiri sesi di 4.008,01 poin. Nasdaq turun 1,20 persen menjadi 11.662,79 poin, sementara Dow Jones Industrial Average naik 0,08 persen menjadi 32.223,42 poin.
Di mana aktivitas ekonomi China mendingin tajam pada April karena meluasnya lockdown atas COVID-19 yang berdampak besar pada konsumsi, produksi industri dan lapangan kerja. Selain itu, menambah kekhawatiran ekonomi dapat menyusut pada kuartal kedua.
Namun, saham energi mendapat dorongan dari optimisme bahwa China akan melihat pemulihan permintaan yang signifikan setelah tanda-tanda positif bahwa pandemi virus corona surut di daerah yang paling terpukul.
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
Tidak hanya itu saja, investor telah khawatir bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS untuk memerangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi, dengan konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan dan penguncian terkait pandemi di China memperburuk masalah ekonomi.
ADVERTISEMENT
Data pada Senin menunjukkan aktivitas pabrik di negara bagian New York merosot pada Mei untuk ketiga kalinya tahun ini di tengah anjloknya pesanan dan pengiriman baru.
Pedagang sekarang memperkirakan peluang hampir 86 persen dari kenaikan 50 basis poin oleh Fed pada bulan Juni. Investor fokus pada data penjualan ritel yang akan dirilis pada hari Selasa, menyusul data inflasi dan sentimen konsumen yang mengkhawatirkan pekan lalu.