news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wall Street 'Kebakaran' Anjlok 3 Persen, Imbas The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga?

29 Agustus 2022 6:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria memakai masker berjalan melewati sebuah tanda jalan, Wall Street di luar New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS.
 Foto: Shannon Stapleton/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria memakai masker berjalan melewati sebuah tanda jalan, Wall Street di luar New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS. Foto: Shannon Stapleton/REUTERS
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street ‘kebakaran’ atau anjlok lebih dari 3 persen pada penutupan perdagangan, Jumat (26/8). Hal tersebut dipengaruhi oleh sikap hawkish bank sentral AS, The Fed terhadap suku bunga guna memerangi lonjakan inflasi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Sabtu (27/8) tiga indeks utama Wall Street mengalami penurunan lebih dari 3 persen, seperti Indeks Dow Jones Industrial Average melorot 1.008,38 poin atau 3,03 persen ke 32.283,40, S&P 500 turun 141,46 poin atau 3,37 persen ke 4.057,66 dan Nasdaq Composite turun 497,56 poin atau 3,94 persen ke 12.141,71.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 10,37 miliar saham dengan rata-rata 10,64 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Jerome Powell Foto: REUTERS/Jonathan Crosby
Dalam simposium Jackson Hole, Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan ekonomi AS akan membutuhkan kebijakan moneter ketat untuk beberapa waktu sebelum inflasi terkendali.
Powell mengulangi sikap kerasnya terhadap inflasi. Sehingga mendorong investor untuk mempertimbangkan implikasi dari suku bunga yang lebih tinggi yang dipertahankan untuk waktu yang lebih lama.
ADVERTISEMENT
Itu artinya, pertumbuhan ekonomi akan lebih lambat, pasar kerja yang lebih lemah dan sedikit rasa sakit untuk rumah tangga dan bisnis.
Investor menafsirkan ini sebagai kenaikan suku bunga sekitar 50 hingga 75 basis poin (bps) di bulan depan. Powell mengatakan, kelanjutan pengetatan moneter ini bisa berarti pertumbuhan yang lebih lambat. Tapi dia tidak mengisyaratkan apa yang mungkin dilakukan The Fed pada pertemuan kebijakan September.
(Reporter: Nabil Jahja)