Wall Street Kembali Anjlok Usai Perusahaan Chip Nvidia Rilis Laporan Keuangan

24 Mei 2024 7:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Nvidia. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nvidia. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks saham Amerika Serikat atau Wall Street berakhir anjlok pada perdagangan Kamis (23/5). Biang keroknya rilis berbagai data ekonomi yang tumbuh dan laporan keuangan kuartalan perusahaan chip, Nvidia (NVDA.O).
ADVERTISEMENT
Kedua faktor tersebut memicu kekhawatiran mengenai kebijakan moneter yang lebih ketat untuk jangka panjang. Bahkan imbal hasil Treasury AS berubah lebih tinggi setelah data-data ekonomi dirilis.
Mengutip Reuters, Rata-rata Industri Dow Jones (.DJI) turun 605,78 poin, atau 1,53 persen menjadi 39.065,26, S&P 500 (.SPX) juga turun 39,17 poin, atau 0,74 persen menjadi 5.267,84 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 65,51 poin, atau 0,39 persen menjadi 16.736,03.
Saham teknologi (.SPLRCT) adalah satu-satunya yang memperoleh keuntungan di antara 11 sektor utama S&P 500.
“Pasar berada pada titik tertinggi sepanjang masa, valuasinya melemah, dan kita keluar dari level tertinggi dalam laporan Nvidia (Rabu) malam,” kata Investment Strategy Analyst Baird di Louisville, Kentucky, Ross Mayfield, dikutip dari Reuters, Jumat (24/5).
ADVERTISEMENT
Saham-saham teknologi mendapat kejutan adrenalin dari Nvidia yang mencatatkan pendapatan kuartalan di atas perkiraan dan mengumumkan pemecahan saham.
Jensen Huang, CEO Nvidia. Foto: Rick Wilking/Reuters
Sebelumnya, pengumuman Nvidia akan memecah sahamnya ini membuat harga per lembarnya naik 200 persen. Pada 21 Mei 2024, saham ditutup ke rekor tertinggi ke posisi USD 953,86.
Di sisi ekonomi, klaim pengangguran turun dan survei Flash Purchasing Managers Indeks (PMI) S&P Global menunjukkan aktivitas bisnis AS telah berkembang lebih cepat dari perkiraan ekonom pada Mei.
Data tersebut terutama dilihat dari sudut pandang The Fed, waktu penurunan suku bunga pertamanya, dan apakah bank sentral dapat mengendalikan inflasi tanpa memicu resesi.
Selanjutnya, data flash PMI ini juga menyebabkan tingginya imbal hasil Treasury AS dan pasar tenaga kerja tetap ketat, mendukung narasi suku bunga The Fed yang lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lam.
ADVERTISEMENT
Obligasi obligasi 10-tahun terakhir turun harganya menjadi 12/32 dan menghasilkan 4,4787 persen dari 4,434 persen pada akhir Rabu (22/5). Harga obligasi 30 tahun terakhir turun 32/18 menjadi menghasilkan 4,5844 persen dari 4,55 persen pada akhir Rabu (22/5).
Hal ini beriringan dengan menguatnya Dolar terhadap sederet mata uang dunia. Indeks dolar (.DXY) naik 0,13 persen, meskipun dengan euro turun 0,13 persen menjadi USD 1,0807. Namun, Yen Jepang melemah 0,06 persen terhadap greenback pada 156,89 per dolar, sementara Sterling terakhir diperdagangkan pada USD 1,269, turun 0,20 persen hari ini, Kamis (23/5).
Berbeda dengan dolar, harga minyak mentah berbalik melemah karena gagasan pembatasan suku bunga lebih lama dari perkiraan meningkatkan kemungkinan melemahnya permintaan AS.
ADVERTISEMENT
Minyak mentah AS turun 0,90 persen menjadi USD 76,87 per barel, sementara Brent menetap di USD 81,36 per barel, turun 0,66 persen hari ini. Harga emas di pasar spot juga terpantau turun 2,0 persen menjadi USD 2,331.23 per ons.