Wall Street Melemah, Pelaku Pasar Cermati Data Ekonomi saat Musim Panas

7 September 2022 6:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang sedang bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE). Foto: Getty Images/Spencer Platt
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang sedang bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE). Foto: Getty Images/Spencer Platt
ADVERTISEMENT
Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan hari Selasa (6/9). Penurunan ini disebabkan setelah liburan Hari Buruh AS dan liburan musim panas, para pelaku pasar mengamati data ekonomi baru di tengah perdagangan yang bergejolak.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters pada Rabu (7/9), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 173,14 poin (0,55 persen) ke 31.145,3. S&P 500 (.SPX) kehilangan 16,07 poin (0,41 persen) menjadi 3.908,19, dan Nasdaq Composite turun 85,96 poin (0,74 persen) ke 11.544,91.
Di antara sektor S&P utama, saham energi (.SPNY) dan layanan komunikasi (.SPLRCL) memiliki kinerja buruk, sedangkan saham utilitas defensive (.SPLRCU) dan real estat (.SPLRCR) naik.
S&P turun hampir 18 persen sepanjang tahun ini, sementara Nasdaq telah turun lebih dari 26 persen akibat kenaikan suku bunga yang merugikan teknologi megacap dan saham growth stocks.
Nasdaq mengalami kerugian tujuh hari berturut-turut. Ini merupakan penurunan beruntun terpanjang sejak November 2016.
Sebuah survei dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan industri jasa AS meningkat pada Agustus, dua bulan berturut-turut di tengah pertumbuhan permintaan lapangan kerja yang lebih kuat. Sementara kemacetan pasokan dan tekanan harga mereda.
ADVERTISEMENT
Angka dari S&P Global menunjukkan indeks manajer pembelian sektor jasa jauh dari estimasi awal di bulan Agustus. Data sektor jasa ini memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.
Sebuah tanda jalan, Wall Street, terlihat di luar New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS. Foto: Shannon Stapleton/REUTERS
"The Fed telah mengirim kami sehingga sangat bergantung pada data, sehingga investor akan melihat setiap informasi yang keluar tidak hanya secara mutlak, namun mencoba simpulkan apa artinya jika the Fed memenuhi," ujar wakil kepala investasi di BMO Family Office, Carol Schief.
Carol menambahkan, "Salah satu hal yang membingungkan investor adalah sangat sedikit untuk mendorong pasar naik atau turun dengan kuat".
Pelaku pasar mencermati peluang 74 persen dari kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut pada pertemuan kebijakan Fed akhir bulan ini, menurut CME’s Fed Watch Tool.
ADVERTISEMENT
Fokusnya adalah, pidato Ketua Fed Jerome Powell pada hari Kamis (8/9), serta data harga konsumen AS minggu depan sebagai petunjuk arah kebijakan moneter.
Pada September ini, perdagangan pasar dimulai melemah. Ini memperpanjang penurunan yang dimulai pada akhir Agustus, karena komentar hawkish dari pembuat kebijakan Fed dan data yang menandakan momentum ekonomi AS menaikkan kekhawatiran lonjakan suku bunga yang agresif.