Wall Street Merangkak Naik Tajam, Ketakutan Suku Bunga The Fed Naik Sirna

27 Mei 2022 6:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 New York Stock Exchange (NYSE) Foto: REUTERS/Lucas Jackson
zoom-in-whitePerbesar
New York Stock Exchange (NYSE) Foto: REUTERS/Lucas Jackson
ADVERTISEMENT
Bursa saham Wall Street ditutup naik tajam pada perdagangan hari Kamis (26/5). Kenaikan ini didorong optimisme dari prospek pendapatan ritel dan berkurangnya kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga yang terlalu agresif oleh The Fed.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters pada Jumat (27/5), Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 516,91 poin atau 1,61 persen menjadi 32.637,19, S&P 500 (.SPX) naik 79,11 poin atau 1,99 persen menjadi 4.057,84 dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 305,91 poin atau 2,68 persen menjadi 11.740,65.
Pada level saat ini, ketiga indeks siap untuk mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Maret.
Untuk basis mingguan, S&P 500, Nasdaq, dan Dow berada di jalur untuk menghentikan penurunan beruntun terpanjang mereka dalam beberapa dekade. Di mana patokan S&P anjlok sebesar 14,1 persen dan membawanya dalam jarak yang sangat dekat untuk dikonfirmasi sebagai pasar bearish.
Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall mengatakan, pendapatan kuartal pertama yang pada dasarnya berakhir dan masuk lebih baik dari sebagaimana yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
"Apabila dikombinasikan dengan The Fed yang menunjukkan bahwa mereka akan menjadi front-end dengan memuat kebijakan pengetatan suku bunga serta menyiratkan itu mungkin berhenti nanti di musim gugur. Semua itu telah memberi investor alasan untuk merasa optimis," ujar Stovall di New York.
Sebuah tanda jalan, Wall Street, terlihat di luar New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS. Foto: Shannon Stapleton/REUTERS
Adapun risalah dari pertemuan kebijakan moneter terbaru Federal Open Market Committee's (FOMC) menenangkan kekhawatiran bahwa The Fed dapat berubah lebih hawkish. Kekhawatiran yang telah dimasukkan ke dalam volatilitas pasar dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami memiliki 65 persen lebih banyak pergerakan harga harian sebesar 1 persen atau lebih dari rata-rata sejak WW2," ungkap Stovall.
Menurut Stovall, apabila The Fed terlalu agresif, mereka akan menghentikan inflasi tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti di musim dingin, kita ingin menginjak rem, bukan membantingnya untuk mempertahankan kendali dan menghindari putaran.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dirilis pada hari Kamis lalu, terdapat kabar baik dan buruk yang menunjukkan perekonomian cukup lesu untuk mendorong poros dovish dari Fed pada musim gugur. Tidak hanya itu saja, klaim pengangguran, penjualan rumah yang tertunda dan PDB membaik.
Volume saham di bursa AS adalah 11,43 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 13,22 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.