Wamendag soal Kelangkaan Gula: Tunggu Saja, Nanti Juga Harganya Turun Lagi

12 Maret 2020 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gula pasir. Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula pasir. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Pasokan gula pasir di pasaran belakangan ini sedang langka. Hal itu membuat harga di tingkat konsumen sempat mencapai Rp 16.000 per kg dari harga normal Rp 10.000 - Rp 12.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Terkait kondisi tersebut, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga tetap tenang. Ia yakin harga gula bakal segera normal lagi.
“Kita tunggu saja, nanti juga turun lagi,” kata Jerry di Hotel Aston Kuningan, Jakarta, Kamis (12/3).
Namun, Jerry belum bisa memastikan kapan harga gula akan turun. Ia hanya menjelaskan kalau pemerintah bakal berupaya menambah stok. Hal itu tentu agar pasokan gula tidak lagi langka.
“(Target turun) Itu nanti kita lihat lah. Intinya saya ingin katakan begini, ini kan yang paling penting ketersediaan stok dan suplainya dan juga bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Jerry.
Calon Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Kebutuhan masyarakat bakal semakin meningkat apalagi menjelang Lebaran. Sehingga, ia menuturkan, Kementerian Perdagangan bakal berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam menyelesaikan masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kita dalam hari ini di Kemendag dan kementerian lain kita berusaha memastikan stok itu cukup,” tutur Jerry Sambuaga.
Seperti diberitakan sebelumnya, pengusaha menyebut keterlambatan pemerintah dalam membuka impor membuat pasokan gula langka. Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengatakan, impor gula seharusnya sudah mulai dilakukan pada awal tahun.
Keterlambatan ini membuat industri terpaksa membeli gula konsumsi di pasaran. Dampak lanjutannya, gula untuk konsumsi rumah tangga jadi menghilang dari pasar.
“Sehingga dengan keterlambatan ini, ada kemungkinan dari perusahaan-perusahaan makanan minum beli dari gula konsumsi. Jadi gula stok yang tipis juga digunakan konsumsi, juga industri beli dari masyarakat,” katanya kepada kumparan.
Yadi menuturkan, stok gula awal tahun 2020 hanya sekitar 1,080 juta ton. Sementara kebutuhan untuk industri diperkirakan sebanyak 250 ribu ton dalam sebulan. Lalu untuk konsumsi rumah tangga dibutuhkan 500 ribu ton per bulan.
ADVERTISEMENT