Wamenkeu: Penggunaan Energi Kotor Bakal Meningkat Imbas Perang Rusia-Ukraina
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Suahasil, hal tersebut dilakukan oleh pemerintah demi kepentingan masyarakat jelang memasuki musim dingin, di tengah pembatasan pengiriman stok minyak mentah oleh Rusia.
"Amerika mengatakan saya rilis deh cadangan minyak saya. Cadangan minyaknya kan adalah fossil fuels. Betul kan?" jelas Suahasil dalam acara Indonesia Infrastructure Roundtable (IRR), Jumat (8/7).
Seiring dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia, Suahasil mengatakan, sejumlah negara di dunia sudah menambah anggaran subsidi dan kompensasi di sektor energi, termasuk Indonesia.
"Apa yang kita lakukan, kita tambah subsidi dana kompensasi untuk energi. Ini adalah bentuk survival, karena kita ingin melindungi masyarakat," tandasnya.
Meskipun demikian, Wamenkeu memastikan, penggunaan energi fosil tersebut bersifat sementara saja. Untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat penggunaan transisi energi ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan komitmen Indonesia mengembangkan industri ramah lingkungan. Hal ini didukung dengan kekayaan alam dalam penyediaan bahan baku industri serta penyediaan pembangkit energi hijau.
Untuk mendukung pengembangan industri hijau di Indonesia, Jokowi meminta para pemimpin bisnis Amerika Serikat (AS) untuk turut serta berinvestasi di Indonesia dan juga negara-negara ASEAN pada umumnya.
Jokowi menjelaskan, saat ini potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sangat besar didukung dengan 4.400 sungai di Indonesia. Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan panas bumi atau geothermal (PLTP) juga besar dengan potensi 29.000 MW.
"Kami memastikan bahwa barang-barang penting akan dihasilkan dari pembangkit listrik yang ramah lingkungan, dan kami mengundang para pelaku bisnis Amerika untuk investasi di Indonesia," ujarnya saat ASEAN-US Special Summit with Business Leaders, Jumat (13/5).
ADVERTISEMENT