Waspada, Pertumbuhan Ekonomi RI Diperkirakan Minus di Kuartal II 2020

1 Agustus 2020 15:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 pada 5 Agustus mendatang. Sejumlah ekonom bahkan pemerintah dan Bank Indonesia pun memprediksi ekonomi akan mengalami kontraksi di periode Maret-Juni 2020.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah, memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II minus antara 4,5-5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Angka ini jauh menurun dibandingkan realisasi kuartal I yang sebesar 2,97 persen (yoy).
“PDB kuartalan diperkirakan terkontraksi antara 4,5-5 persen,” kata Piter kepada kumparan, Sabtu (1/8).
Dia melanjutkan, salah satu penyebab anjloknya ekonomi RI di kuartal II adalah konsumsi rumah tangga yang juga mengalami kontraksi. Hal ini sejalan dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan pemerintah akibat pandemi COVID-19.
“Penyebab utamanya adalah turunnya konsumsi dan investasi. Konsumsi juga diperkirakan akan turun di kisaran 4-5 persen,” jelasnya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, juga memproyeksi ekonomi Indonesia akan terkontraksi antara 4-7 persen (yoy) di kuartal II. Menurutnya, perekonomian hanya mampu didorong oleh konsumsi pemerintah, sementara konsumsi rumah tangga masih lemah.
ADVERTISEMENT
“Antara minus 4 persen sampai minus 7 persen, tengahnya ada di minus 5 persen (yoy),” kata David.
Infografik proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020. Foto: kumparan
David pun berharap pemerintah bisa mempercepat belanjanya agar penyerapan semakin baik. Sehingga, ekonomi di kuartal III ini bisa kembali pulih dari kontraksi di kuartal II.
“Kondisi sekarang ini harusnya yang ada di depan adalah kebijakan fiskal. Kita harapkan peran pemerintah untuk mendorong ekonomi melalui stimulus-stimulus yang telah dikeluarkan. Realisasi belanja dipercepat,” tuturnya.
Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI, Eric Sugandi, memproyeksi kuartal II minus 2,6 persen secara kuartalan (qtq) dan minus 3,7 persen (yoy).
“Saya prakirakan ekonomi Indonesia masih akan terkontraksi di kuartal II 2020, tumbuh sebesar -2,6 persen (qtq), not seasonally adjusted (tidak berdasarkan penyesuaian jumlah COVID-19) -3,7 persen (yoy),” jelas Eric.
ADVERTISEMENT
Ekonomi di kuartal II 2020 yang diperkirakan mengalami resesi itu juga sebagai ancang-ancang atau warning bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan selanjutnya. Sebab jika ekonomi di kuartal III kembali minus, maka secara teknik, Indonesia akan terjun ke jurang resesi.
Sementara di kuartal III, perekonomian diproyeksi mulai tumbuh 2,5 persen (qtq), namun masih terkontraksi 4,3 persen (yoy).
“Tapi ini dengan catatan bahwa wabah COVID-19 bisa mulai terkendali penyebarannya atau jumlah kasus baru sudah mulai turun,” kata dia.
Pertumbuhan Ekonomi Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Eric memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi 1 persen (yoy) di tahun ini. Dan akan pulih 4,8 persen (yoy) di 2021.
“Saya perkirakan untuk angka pertumbuhan full year 2020 di -1,0 persen (kontraksi), sebelum mulai pulih dan tumbuh sebesar 4,8 persen (positif) di 2021. Tapi sekali lagi, ini dengan asumsi bahwa wabahnya sudah bisa terkendali di kuartal II 2020,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 mengalami kontraksi alias minus 4,3 persen secara tahunan (yoy). Proyeksi ini semakin menurun dibandingkan proyeksi pekan lalu yang sebesar minus 3,8 persen (yoy).
Secara kisaran, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 akan tumbuh -3,5 persen hingga -5,1 persen.
"Titik poinnya kita ada di minus 4,3 persen, jadi lebih dalam dari yang kita sampaikan minus 3,8 persen," ujar Sri Mulyani usai rapat kerja dengan Banggar DPR RI, Rabu (15/7).
Dia melanjutkan, penurunan ekonomi tersebut karena sejumlah sektor industri juga mengalami kontraksi yang cukup dalam selama periode April-Juni 2020. Di antaranya perdagangan, pertambangan, manufaktur, hingga transportasi.
ADVERTISEMENT
Untuk transportasi, kata Sri Mulyani, meskipun sektor ini telah diberikan relaksasi, namun dinilai tak mampu tumbuh. Menurutnya, hal ini karena masyarakat juga masih enggan untuk melakukan perjalanan seperti sebelum adanya COVID-19.
Menteri Keuanagn Sri Mulyani saat menghadiri penandatanganan kerja sama antara Pemrov DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan PT Sarana Multi Infrastruktur. Foto: Humas Kemenkeu
"Transportasi itu walaupun sudah ada relaksasi tapi tidak pulih karena orang tidak melakukan traveling, walau terjadi tapi masih kecil sekali, pertambangan berkontribusi negatif growth cukup dalam di kuartal II," jelasnya.
Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan kuartal II 2020 ekonomi RI akan mengalami kontraksi atau minus antara 4 persen hingga 4,8 persen. Angka ini semakin menurun dibandingkan proyeksi bank sentral saat rapat dewan gubernur 16 Juli yang hanya sebesar minus 4 persen.
Proyeksi ekonomi BI itu juga lebih dalam dibandingkan pemerintah yang minus 4,3 persen di periode April-Juni 2020.
ADVERTISEMENT
“Kuartal II Kemenkeu sekitar 4 persen negatif. BI angka yang sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen, itulah kira-kira range yang kita perkirakan di kuartal II ini,” kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, Senin (20/7).
Destry melanjutkan, pemulihan ekonomi akan semakin lambat karena kasus COVID-19 yang juga terus meningkat di Indonesia. Bahkan hingga saat ini, pemerintah sendiri belum bisa melihat kapan puncak kasus virus corona itu terjadi di Tanah Air.