WIKA Berhasil Raih Rp 2,5 T dari Penerbitan Surat Utang

10 September 2021 8:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Wijaya Karya  Foto: instagram/@ptwijayakarya
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Wijaya Karya Foto: instagram/@ptwijayakarya
ADVERTISEMENT
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) kembali mencari pendanaan lewat pasar modal. Kali ini, WIKA menerbitkan surat utang berupa Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021.
ADVERTISEMENT
“Dari penawaran tersebut, Perseroan mampu menghimpun total dana sebesar Rp 2,5 triliun, yang terdiri dari Obligasi sebesar Rp 1,75 triliun dan Sukuk sebesar Rp 750 miliar,” ujar Direktur Keuangan WIKA Ade Wahyu dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Jumat (10/9).
Atas penerbitan tersebut, WIKA berhasil mendapatkan kelebihan permintaan (oversubscribe) sebanyak 2,3 kali. Menurut Ade oversubscribe tersebut menandakan masih tingginya kepercayaan investor terhadap kinerja WIKA yang solid di tengah pandemi Covid-19 dan terus bertumbuh di masa yang akan datang.
“Melalui dana Obligasi yang diperoleh, WIKA mampu untuk melakukan debt profiling, di mana pinjaman jangka pendek perusahaan diubah menjadi pinjaman jangka panjang sehingga rasio utang perusahaan tetap dalam kondisi sehat,” ujarnya.
Langkah debt profiling ini juga diambil sejalan dengan karakteristik proyek WIKA yang mayoritas merupakan proyek multiyears. Sejalan dengan itu, dana yang didapat dari Sukuk akan digunakan untuk modal kerja proyek infrastruktur dan gedung yang sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal.
ADVERTISEMENT
“Apresiasi dan terima kasih kami sampaikan kepada investor yang telah percaya terhadap WIKA. Kepercayaan ini tentunya datang bersama ekspektasi yang tinggi dan merupakan komitmen WIKA untuk menjawab ekspektasi tersebut dengan kinerja yang baik,” tutup Ade Wahyu.
Adapun hingga akhir Agustus 2021, WIKA telah mengantongi kontak baru di kisaran Rp 12-13 triliun. Kontrak paling besar diperoleh dari proyek Bandara Kediri, beberapa proyek dari PUPR, dan beberapa proyek dari pembangunan gedung. Termasuk juga RS Darurat COVID di Tanjung Duren dan Wisma Haji.