Yang Perlu Kamu Tahu soal Pertumbuhan Ekonomi Minus hingga Ancaman Resesi

9 Agustus 2020 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kuli panggul menunggu pengguna jasanya di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, Selasa (30/6).  Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kuli panggul menunggu pengguna jasanya di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Dampak dari merebaknya virus corona kian terasa ke pertumbuhan ekonomi. Setelah kuartal pertama ekonomi Indonesia merosot jadi 2,9 persen, kuartal kedua ekonomi berkontraksi 5,32 persen.
ADVERTISEMENT
Mulai dari ekonom senior hingga pengusaha kemudian ramai-ramai memprediksi ekonomi Indonesia di kuartal ketiga bakal terpuruk lebih dalam. Jika hal itu terjadi, maka resesi ekonomi tidak bisa dihindari.
Kondisi tersebut kemudian bakal menimbulkan banyak dampak negatif. Mulai dari turunnya daya beli, makin masifnya gelombang PHK, hingga meningkatnya angka kemiskinan.
Berikut hal-hal yang perlu kamu tahu mengenai ekonomi minus dan ancaman resesi:

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Minus 5,32 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua tahun 2020 minus 5,32 persen (year-on-year/ yoy). Angka tersebut jauh merosot dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang tumbuh 2,97 persen (yoy) maupun dibandingkan kuartal II 2019 yang mampu tumbuh 5,05 persen (yoy).
Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II itu juga lebih buruk dari prediksi Pemerintah dan Bank Indonesia. Di mana Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memprediksi ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 4,3 persen pada kuartal II 2020.
ADVERTISEMENT
Sedangkan BI semula memprediksi pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II 2020, minus 4,8 persen.

Resesi Ekonomi di Depan Mata

Belum adanya kepastian kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, membuat banyak pengamat ekonomi hingga pengusaha memprediksi Indonesia bakal mengalami resesi ekonomi. Ekonom senior Indef, Didik J. Rachbini, memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III bakal berkontraksi lebih dalam lagi.
Buruknya penanganan pandemi COVID-19 hingga saat ini, menjadi alasan kuat Didik berani berargumen demikian. Tak hanya kuartal III, bahkan kuartal IV pun menurutnya pertumbuhan ekonomi juga bakal negatif.
Hal yang sama juga dinyatakan ekonom senior, Faisal Basri. Faisal juga menyarankan agar pemerintah tak memaksakan menghindari resesi dengan mengutamakan pemulihan ekonomi daripada pengendalian COVID-19. Menurut dia, jika hal ini dipaksakan, resesi di Indonesia bisa lebih panjang.
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, juga berkali-kali menyinggung resesi yang sudah di depan mata ini. Menurut Sandi, agar bisa terhindar dari ancaman resesi, pemerintah mesti mengebut realisasi berbagai program terkait pemulihan ekonomi nasional.

Angka Pengangguran dan Kemiskinan Melonjak

Jika resesi terjadi, dampak pertama yang tidak bisa dihindari yakni melemahnya daya beli masyarakat. Makin banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan secara operasional membuat PHK kian masif.
Dengan kondisi tersebut, pemerintah memprediksi angka pengangguran naik 2,92 juta orang dalam skenario berat, serta naik 5,23 juta orang dalam skenario sangat berat.
Di samping itu, Pemerintah juga memproyeksi angka kemiskinan bertambah 1,89 juta orang pada skenario berat dan bertambah 4,86 juta orang pada skenario sangat berat.
ADVERTISEMENT
Sementara Bank Dunia memprediksi angka kemiskinan di Indonesia bisa meningkat 5,5 juta orang di tahun ini. Dan dalam skenario terberat, dengan catatan Indonesia terkena gelombang kedua COVID-19, kemiskinan bisa meningkat hingga 8 juta orang.