com-Yanti Lidiati

Yanti Lidiati: Tinggalkan Jakarta untuk Mengikuti Panggilan Hati

31 Agustus 2019 12:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Yanti Lidiati tidak menyangka bisa begitu sukses setelah pergi dari Jakarta Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
com-Yanti Lidiati tidak menyangka bisa begitu sukses setelah pergi dari Jakarta Foto: Dok. kumparan
ADVERTISEMENT
Yanti Lidiati tidak pernah membayangkan ia akan pergi dari Jakarta dengan cepat. Ia sedang berada di posisi yang bagus di perusahaannya dulu, salah satu perusahaan farmasi global terbesar. Ia bahkan bercita-cita untuk pensiun di sana. Alasannya tidak lain adalah karena benefit yang sangat besar yang menantinya ketika pensiun.
ADVERTISEMENT
“Posisi saya adalah di Compensation & Benefit Manager, jadi saya sudah menghitung berapa gaji dan berapa pensiun saya. Jadi saya berharap, ‘Ya Allah, saya akan di sini terus sampai saya pensiun’. Saya membayangkan, uangnya banyak sampai dengan pensiun. Karena materialistis otak saya,” ceritanya kepada kumparan.
Tetapi rencana Yanti tidak pernah terwujud. Alih-alih pensiun di Jakarta, Yanti justru harus pulang lebih cepat ke rumahnya di Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ibunya yang jatuh sakit menjadi alasan dirinya untuk memutuskan pulang dan meninggalkan posisi bagus dan gaji besar di ibukota.
Kondisi sang ibu bahkan sempat sangat buruk hingga koma selama sepuluh hari. Meski pada akhirnya harus dirawat di rumah sakit selama satu bulan penuh, kepulangan Yanti membuat kondisi sang ibu membaik. Yanti pun sadar, ia lebih dibutuhkan oleh ibunya untuk hadir di sisinya ketimbang mencari uang dan posisi bagus di Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Beliau tidak memerlukan obat lagi. Obat beliau adalah kehadiran saya di sebelah beliau. Itu saja sudah cukup. Jadi saya pikir, selagi saya bisa, saya lakukan,” katanya.
Siapa sangka, keputusan yang berlandaskan rasa kepedulian terhadap ibunya itu, malah membuka kesempatan lain untuk Yanti. Asalnya adalah gerakan pendidikan yang diprakarsai oleh ibunya sendiri, yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) An-Nur. PKBM An-Nur adalah sebuah usaha edukasi dan pemberdayaan masyarakat lokal Ibun, untuk menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai orang yang tidak punya pengalaman di bidang pendidikan atau pemberdayaan, Yanti seperti memulai segalanya dari nol. Ia bahkan sempat dipandang sebelah mata oleh para pegiat PKBM lainnya.
“Yang paling saya ingat sampai detik ini, (ada ucapan) ‘Bu Yanti pindah ke sini nebeng nama ibunya’. Karena apa, dia tidak punya pengalaman di pendidikan,” kata Yanti. “Saya akan buktikan kalau saya tidak akan bergantung dari beliau, dan saya terjung langsung. Mulai dari peningkatan kualitas, sampai bagaimana mengelola operasional keuangan.”
ADVERTISEMENT
Yanti benar-benar membuktikannya. Dengan latar belakangnya sebagai orang yang pernah bekerja di Jakarta, ia menunjukkan bahwa ia punya sesuatu yang ditawarkan bagi PKBM An-Nur. Ia bahkan, bisa dibilang, mengubah PKBM menjadi sebuah badan yang lebih besar.
Sekarang, tidak lagi sekadar memberikan edukasi dan memberdayakan masyarakat, terutama perempuan di Ibun agar lebih produktif. PKBM An-Nur juga menjadi sukses di sisi ekonomi sehingga ikut mengerek kesejahteraan masyarakat lokal.
Semua itu adalah hasil kerja keras dan kreativitas Yanti sendiri. Selain memperbaiki operasional keuangan sehingga lebih tertata dan disiplin, Yanti juga memberikan ide yang tidak biasa bagi usaha tekstil yang ditekuni PKBM. Termasuk memperkenalkan blazer unik yang kini jadi ciri khas PKBM An-Nur, yakni “It’s Blazer Ibun”.
ADVERTISEMENT
Lewat “It’s Blazer Ibun”, Yanti pun berhasil mengolah kearifan lokal Ibun menjadi sesuatu yang memiliki cita rasa internasional. “Kearifan lokal, potensi lokal, adalah energi yang bisa membawa kita maju. (PR-nya adalah) bagaimana meng-up energi tersebut agar bisa diterima semua khalayak, baik di dalam maupun di luar negeri,” kata Yanti.
“Saya bangga dengan kecamatan kami, Kecamatan Ibun, yang bisa membesarkan kami, dan kami mengenalkan produk kearifan lokal, potensi lokal yang ada di Ibun,” lanjutnya.
Untungnya, Yanti tidak sendirian untuk mengangkat PKBM An-Nur sehingga bisa menjadi ikon baru bagi Ibun. Usaha dan ide-idenya mendapatkan dorongan tidak hanya dari pemerintah lokal, namun juga dari salah satu BUMN terbesar di Indonesia, Pertamina.
Pertamina tidak hanya sekali-dua kali saja memberikan bantuan bagi PKBM An-Nur. BUMN di bidang migas ini menjadikan Yanti dan PKBM An-Nur sebagai UMKM binaan, sehingga kerja sama kedua belah pihak berjalan secara terus menerus selama bertahun-tahun. Dengan bantuan tersebut, PKBM An-Nur pun dapat berkembang menjadi lebih maju lagi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ibun, terutama kaum perempuannya.
ADVERTISEMENT
“Saya enggak sendiri, saya gaet tokoh masyarakat dan pemerintah. Salah satunya Pertamina yang memberikan bantuan uang. Jadi bisa saya bilang, dari awal kita berterima kasih kepada Pertamina, (yang telah membantu) dari hulu ke hilir,” ujar Yanti.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Pertamina
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten