Yenny Wahid di Garuda: dari Pisang Goreng hingga Tumpukan Utang
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dipilihnya Yenny Wahid mengawasi Garuda Indonesia cukup mengagetkan. Sebab anak dari Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini tak memiliki latar belakang atau pengalaman di industri penerbangan.
Yenny pun buka suara terkait tawaran yang disodorkan Menteri BUMN Erick Thohir. Berikut kumparan rangkum, Jumat (24/1).
Dilobi Pisang Goreng
Yenny mengaku, pertama kali Erick Thohir menawari jabatan tersebut dilobi dengan pisang goreng. Hal itu dilakukan usai Erick pulang dari Labuan Bajo beberapa waktu lalu.
"Waktu itu beliau dari Labuan Bajo ngasih pisang goreng," kata Yenny usai bertemu Menko Polhukam Mahfud MD di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (23/1).
Yenny Nilai Utang Garuda dan Beban Masa Lalunya Banyak
Namun, pesan serius yang membuatnya menerima tawaran Erick Thohir karena ia ingin berkontribusi memperbaiki kinerja Garuda Indonesia yang menjadi ikon Indonesia. Apalagi perseroan mengalami keuangan tidak bagus pada tahun buku 2018, yakni rugi hingga Rp 2,50 triliun.
ADVERTISEMENT
"Intinya ketika Pak Erick minta bantuan saya untuk membantu berkontribusi terhadap perbaikan Garuda Indonesia ke depannya. Saya terpanggil," sebutnya.
Dia menilai, persoalan di maskapai Garuda Indonesia sudah sangat kompleks. Salah satunya terkait jumlah utang.
"Utangnya banyak. Utangnya banyak sekali, beban masa lalunya banyak," ujarnya.
Mengutip laporan keuangan perseroan, total kewajiban (liabilitas) atau utang yang harus dibayar Garuda Indonesia mencapai USD 3,5 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs USD 1 = Rp 14.000) di kuartal III 2019. Selain soal utang, Garuda Indonesia dihadapkan pada masalah tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance). Karena manajemen sebelumnya membuat kebijakan kontroversial seperti skandal laporan keuangan, skandal hubungan spesial dengan awak kabin, hingga penyelundupan.
Kawal Perusahaan Terapkan Prinsip GCG
ADVERTISEMENT
Selain diminta mengawasi perusahaan untuk menyelesaikan utang yang menggunung, ia juga diminta untuk mengawal perusahaan agar menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG).
Tak heran, sebab selama tahun 2018-2019, Garuda Indonesia dilanda beberapa persoalan yang menjadi sorotan publik seperti skandal laporan keuangan, larangan foto di dalam pesawat, hingga penyelundupan Harley Davidson dan skandal petinggi perusahaan dengan pramugari.
Erick Nilai Yenny Wahid Sangat Mumpuni
Sebelumnya, Erick menjelaskan alasan dirinya meminta Yenny Wahid menduduki jabatan tersebut. Menurutnya, Yenny merupakan figur yang terpercaya sehingga diharapkan dapat menjadi perwakilan publik.
“Kami di Kementerian BUMN berupaya mencari figur terbaik yang akan duduk mengelola flight carrier kita, Garuda Indonesia. Khusus untuk Ibu Yenny Wahid, figur perempuan yang sangat mumpuni, Bu Yenny merupakan Komisaris Independen perwakilan publik yang dapat dipercaya,“ kata Erick dalam keterangan resmi, Rabu (22/1).
Berikut susunan dewan komisaris dan direksi Garuda Indonesia :
ADVERTISEMENT
Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama: Triawan Munaf
2. Wakil Komisaris Utama: Chairal Tanjung
3. Komisaris Independen : Yenny Wahid
4. Komisaris Independen: Elisa Lumbantoruan
5. Komisaris : Peter Gontha
Dewan Direksi
1. Direktur Utama: Irfan Setiaputra
2. Wakil Direktur Utama: Dony Oskaria
3. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Fuad Rizal
4. Direktur Operasi: Tumpal Manumpak Hutapea
5. Direktur Human Capital: Aryaperwira Adileksana
6. Direktur Teknik: Rahmat Hanafi
7. Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan IT: Ade R. Susardi
8. Direktur Niaga dan Kargo: M. Rizal Pahlevi