Zulhas: RI Larang Ekspor Bauksit Mungkin Tahun Depan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain memberi nilai tambah, Zulhas mengatakan larangan ekspor bauksit juga punya dampak positif terhadap lingkungan. Nantinya, bauksit juga akan seperti nikel di mana ekspornya disetop dan hilirisasinya akan dibangun di dalam negeri.
"Oleh karena itu akan dijadikan hilirisasi seperti nikel, mungkin akan diberlakukan tahun depan," kata Zulhas di Istana Negara, Selasa (6/12).
Menurut Zulhas, energi ramah lingkungan menjadi sebuah keharusan di Indonesia. Apalagi Indonesia punya potensi kekayaan alam yang besar, dan itu akan menjadi pembahasan pemerintah ke depannya.
"Energi ramah lingkungan enggak ada pilihan, harus. Oleh karena itu ada motor listrik, energi tenaga air, jadi dibahas. Tapi akan dibahas lebih lanjut lagi," pungkasnya.
Kendala Larangan Ekspor: Smelter Masih Konstruksi
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan larangan ekspor komoditas bauksit akan berlaku mulai Juni 2023. Meski begitu, pemerintah masih berupaya mempercepat tahap konstruksi pabrik pemurnian mineral atau smelter.
ADVERTISEMENT
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif, menilai pengembangan industri hilirisasi minerba di Indonesia tidak mudah lantaran menemui banyak tantangan.
Irwandy melaporkan Indonesia baru memiliki 21 smelter yang dikelola Kementerian ESDM hingga tahun 2021, selebihnya dikelola secara independen atau milik sektor swasta. Salah satunya smelter bauksit yang hanya berjumlah 2-3 unit saja.
Sementara itu, 32 unit smelter masih dalam tahap konstruksi. Khusus smelter bauksit, kata dia, masih butuh tambahan 10 smelter untuk mempersiapkan kebijakan larangan ekspor.
"Masih ada 9-10 yang dalam konstruksi, apakah ini akan selesai karena pelarangan penjualan biji bauksit di Juni 2023. Dan ini sangat menentukan hilirisasi ke depan," ujar Irwandy saat Launching Buku Kajian Manufaktur dan Pariwisata, Jumat (18/11).
ADVERTISEMENT