17 April 2014: Dengan Sprint Kencang, Gareth Bale Pecundangi Barcelona

17 April 2020 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Gareth Bale di El Clasico 2019. Foto: Reuters/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Gareth Bale di El Clasico 2019. Foto: Reuters/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
Gareth Bale kerap dikritik sekaligus diremehkan, tetapi dia bukan pesepak bola yang buruk. Terlepas dari masalah cedera, orang-orang tak menyukai Bale lebih karena perkara nonteknis.
ADVERTISEMENT
Misal, Bale dianggap terlalu individualistis sebagai pribadi sehingga malas beradaptasi. Lupakan soal bahasa Spanyol, Bale bahkan jarang bergaul dengan rekan setim. Satu-satunya yang dia ajak ngobrol santai adalah Luka Modric, yang fasih berbahasa Inggris.
Soal budaya? Tak usah ditanya. Bale sama sekali peduli, termasuk siesta yang terkenal di Spanyol alias tidur siang. Kisah ini dituturkan oleh Thibaut Courtois, rekan setim Bale di Real Madrid, pada awal 2019 lalu.
"Kami biasanya tidur pukul 1 dini hari, lalu latihan pukul 11 keesokan harinya. Saya percaya itu waktu yang sempurna untuk istirahat. Tapi Bale tidak ikut karena dia harus tidur tepat pukul 11 malam," cerita Courtois kepada HLN.
Gareth Bale dalam pertandingan melawan Athletic Club. Foto: Reuters/Juan Medina
Biar bagaimana, Bale tetaplah pesepak bola hebat. Sudah berkali-kali dia membuktikan hal itu. Kehebatannya bahkan tak jarang menjadi penyelamat Madrid. Salah satu yang fenomenal adalah pada final Copa del Rey 2014 melawan Barcelona.
ADVERTISEMENT
Mestalla, 17 April 2014. Ini adalah arena dan waktu laga tersebut dimulai. Barcelona nyaris turun dengan kekuatan penuh pada laga itu. Ada Lionel Messi, Neymar, Andreas Iniesta, Xavi Hernandez, Ces Fabregas, hingga Dani Alves.
Madrid, di sisi lain, tampil pincang. Yang paling mencolok adalah tak hadirnya Cristiano Ronaldo di pos penyerang kiri. Bale lantas ditugaskan untuk beroperasi di area itu, sedangkan sisi kanan yang biasa dia isi ditempati Angel Di Maria.
Dalam kondisi itu nyatanya Madrid tampil baik-baik saja. Mereka bahkan tampak lebih berbahaya ketimbang lawan lewat serangan-serangan cepat. Alhasil, Madrid unggul 1-0 via sontekan Di Maria pada menit ke-11.
Keunggulan tersebut bertahan hingga babak pertama tuntas, tetapi akhirnya tetap mampu disamakan Barcelona lewat Marc Bartra. Pada masa genting seperti ini biasanya Bale muncul dan demikianlah yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Pada menit ke-85, pemain asal Wales itu kembali membawa Madrid unggul lewat golnya.
Gol tersebut benar-benar mengejawantahkan bagaimana orang-orang menggambarkan pribadi Bale selama ini: Individualistis. Dari sisi kiri bagian tengah, dia seorang diri mengandalkan kecepatannya untuk meninggalkan Bartra.
Bola sempat terlampau jauh dan Bartra menghalangi pergerakannya. Namun, Bale tak kehilangan akal. Dia menggunakan tepi luar lapangan sebagai lintasan dan mempercepat sprint-nya.
Belakangan terkuak bahwa kecepatan Bale pada momen tersebut mencapai angka 34,6 km/jam. Bola pun berhasil dia jangkau.
Ada opsi untuk melepaskan crossing ke arah Karim Benzema yang tak terkawal. Walau begitu, Bale terus menguasai bola, memasuki kotak penalti, hingga sudah berhadapan langsung dengan kiper Barcelona, Jose Manuel Pinto.
ADVERTISEMENT
Yang terjadi setelahnya adalah sejarah. Bale berhasil mengakhirinya dengan gol lewat sontekan kaki kiri yang memastikan gelar Copa del Rey bagi Madrid. Bale yang individualistis lantas dimaknai secara positif, setidaknya hari itu.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!