7 Gol ke Gawang Lecce Bawa Atalanta Samai Rekor Skuat Legendaris AC Milan

2 Maret 2020 19:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Skuat AC Milan 1958-59. Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Skuat AC Milan 1958-59. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Untuk segala citra defensif yang melekat pada sepak bola Italia, sosok yang bertanggung jawab adalah Giuseppe Viani. Dialah—bukan Nereo Rocco, apalagi Helenio Herrera—yang pertama kali memperkenalkan sistem verrou bikinan Karl Rappan ke Italia dan menyebutnya dengan Catenaccio.
ADVERTISEMENT
Nama Viani sebagai pelatih mulai harum ketika menangani Salernitana. Sejak itu dia terus merangkak naik sampai akhirnya dipercaya untuk menangani AC Milan pada 1957. Dua gelar Serie A, yaitu pada 1956/57 dan 1958/59 berhasil dipersembahkan pria kelahiran Treviso itu kepada 'Iblis Merah'.
Viani membawa Milan berjaya dengan prinsip bermain Catenaccio yang telah diadopsinya sejak membawa Salernitana promosi ke Serie A pada 1947/48. Prinsip itu kemudian diwariskan kepada Rocco yang membawa Milan tak cuma sukses di Italia tetapi juga Eropa.
Suatu kali pada medio 1960-an (dan berulang kali setelahnya) Herrera pernah bersabda bahwa Catenaccio sebenarnya bukanlah taktik defensif. Ucapan itu sendiri berhasil dibuktikan Herrera lewat Grande Inter asuhannya. Namun, sebelum itu, Viani sudah membuktikannya terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Pada ajang Serie A musim 1958/59, Milan asuhan Viani tampil begitu produktif. Tak seproduktif Fiorentina yang diperkuat Kurt Hamrin, memang, tetapi cukup produktif. Total, 84 gol dilesakkan Nils Liedholm dkk. pada musim itu dari 34 pertandingan.
Duvan Zapata (kanan) dan Josip Ilicic merayakan gol untuk Atalanta. Foto: AFP/Miguel Medina
Jika dirata-rata, dalam satu pertandingan Rossoneri sukses mencatatkan 2,47 gol. Tingginya rata-rata itu sangat terbantu dengan fakta bahwa mereka bisa mencetak lima gol atau lebih dalam lima pertandingan berbeda. Itu adalah rekor yang benar-benar sulit dipatahkan di Italia.
Sampai akhirnya, datanglah Atalanta asuhan Gian Piero Gasperini.
Minggu (1/3/2020) malam WIB, Atalanta menang 7-2 atas Lecce dalam lanjutan Serie A di Via del Mare. Duvan Zapata jadi pemain terbaik lewat hattrick yang dia bukukan. Tiga gol lain lahir dari Josip Ilicic, Luis Muriel, dan Ruslan Malinoskvyi, sementara satu gol lagi lahir akibat bunuh diri bek Lecce, Giulio Donati.
ADVERTISEMENT
Bagi Atalanta, itu adalah kali ketiga musim ini di mana mereka bisa mencetak tujuh gol dalam satu pertandingan Serie A. Sebelumnya, tujuh gol juga berhasil mereka lesakkan ke gawang Udinese (7-1) dan Torino (7-0).
Selain itu, di dua kesempatan lain, saat menghadapi Milan dan Parma, Atalanta berhasil mencetak lima gol. Itu membuat mereka kini sejajar dengan Milan asuhan Viani tadi.
Atalanta sendiri saat ini sudah mencetak 70 gol di Serie A, jauh di atas tim-tim lain. Lazio yang menduduki puncak klasemen saja 'baru' mengemas 60 gol dalam 26 partai. Atalanta, sementara itu, bisa menghasilkan 70 gol tadi dalam 25 pertandingan.
Di akhir musim 1958/59 Milan keluar sebagai juara. Sayangnya, untuk Atalanta, kans untuk merebut Scudetto musim ini tidak terlampau besar. Masih ada, memang, secara matematis tetapi tidak besar. Pasalnya, mereka saat ini baru mengemas 48 angka, terpaut 14 poin dari Lazio.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu diingat bahwa Atalanta bukanlah Milan. Milan asuhan Viani itu memiliki pemain-pemain bintang dalam diri Liedholm, Cesare Maldini, Lorenzo Buffon (sepupu dari kakek Gigi Buffon, red), Sandro Salvadore, Juan Schiafino, serta Jose Altafini.
Atalanta sebaliknya. Jangankan membeli pemain bintang, duit saja mereka tidak punya banyak. Sebagai catatan, anggaran gaji Atalanta cuma lebih tinggi 5 juta euro dari gaji Cristiano Ronaldo seorang. Di antara 20 tim Serie A saat ini, anggaran gaji Atalanta ada di urutan ke-13.
Jadi, yah, keberhasilan Atalanta menyamai prestasi Milan era Viani adalah sebuah keberhasilan fenomenal. Tanpa kegeniusan Gasperini dan kepercayaan yang diberikan presiden klub Antonio Percassi terhadap dirinya, tidak mungkin La Dea bisa sehebat ini.
ADVERTISEMENT