Atletico vs Dortmund: Cegah Kebobolan dengan Tingkatkan Produktivitas

6 November 2018 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Antoine Griezmann untuk gol ke gawang Leganes. (Foto: Reuters/Javier Barbancho)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Antoine Griezmann untuk gol ke gawang Leganes. (Foto: Reuters/Javier Barbancho)
ADVERTISEMENT
Jika ada satu ciri khas yang bisa disematkan pada Atletico Madrid besutan Diego Pablo Simeone, itu adalah pertahanan yang tangguh. Dari fondasi di lini belakang itulah Simeone membangun kejayaannya. Pada musim 2015/16, misalnya, Los Rojiblancos sukses menahbiskan diri jadi tim dengan pertahanan terbaik di lima liga top Eropa. Kala itu, mereka cuma kebobolan 18 kali dalam 38 laga.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi pada musim itu bukanlah sebuah kebetulan. Pasalnya, memang soliditas itulah yang dicari oleh Simeone. Mereka selalu bertahan dengan kompak, di mana semua pemain terlibat, dan jarang sekali membuka ruang yang bisa dieksploitasi lawan. Dari sana, untuk mencetak gol, Atletico senantiasa mengandalkan serangan balik cepat.
Teorinya kira-kira seperti itu. Dengan cara bermain demikian, Atletico mampu mengganggu dominasi Real Madrid dan Barcelona di La Liga. Selain itu, tim yang dulu bermarkas di Estadio Vicente Calderon itu juga sanggup berbicara banyak di Eropa, terbukti dengan dua trofi Liga Europa dan keberhasilan menembus final Liga Champions sebanyak dua kali juga.
Namun, sekokoh-kokohnya Helm's Deep, akhirnya runtuh juga. Setangguh-tangguhnya Atletico dalam bertahan, ada kalanya mereka harus menelan kekalahan telak. Pada pertandingan ketiga fase grup Liga Champions menghadapi Borussia Dortmund di Westfalen bulan lalu, Diego Godin dkk. kalah telak 0-4.
ADVERTISEMENT
Borussia Dortmund merayakan kemenangan 4-0 atas Atletico Madrid. (Foto: REUTERS/Leon Kuegeler)
zoom-in-whitePerbesar
Borussia Dortmund merayakan kemenangan 4-0 atas Atletico Madrid. (Foto: REUTERS/Leon Kuegeler)
Kekalahan itu punya arti penting bagi era kepelatihan Simeone di Atletico. Sejak mulai menangani tim yang pernah dibelanya selama masih bermain ini, Simeone sama sekali tidak pernah merasakan kekalahan sebesar itu. Apakah itu artinya pertahanan Atletico memang sudah tak setangguh dulu?
Well, sebenarnya tidak juga. Masalahnya begini. Di La Liga, Atletico yang baru kemasukan enam kali itu masih berstatus sebagai tim dengan pertahanan terbaik. Kemudian, di Liga Champions, dari dua pertandingan sebelum bersua Dortmund, mereka pun cuma kebobolan dua kali. Artinya, empat gol yang bersarang di gawang Jan Oblak kala berhadapan dengan Die Borussen itu bisa dilihat sebagai sebuah anomali.
Pada pertandingan tersebut, satu dari tiga gol Dortmund tercipta karena bantuan Fortuna. Gol yang dimaksud dicetak oleh Axel Witsel. Tendangan pemain asal Belgia tersebut di babak pertama membentur kaki seorang pemain Atletico, berbelok arah, dan akhirnya masuk ke gawang Oblak yang sudah mati langkah.
ADVERTISEMENT
Atletico sebenarnya sudah berupaya membalas. Lewat tendangan jarak jauh Saul Niguez, mereka hampir saja menjebol gawang Roman Buerki. Namun, keberuntungan tak berpihak kepada Atletico karena bola sepakan Saul tadi hanya membentur mistar gawang.
Pada babak kedua, tiga gol diciptakan oleh Dortmund. Tiga gol ini tercipta hanya dalam kurun waktu 20 menit dan semuanya berasal dari skenario yang mirip. Yakni, bagaimana Dortmund berhasil melancarkan serangan balik cepat dari sisi kanan pertahanan Atletico yang melompong karena terlalu banyaknya pemain yang ikut membantu serangan.
Pemain Borussia Dortmund merayakan gol Witsel di laga melawan Atletico Madrid. (Foto: REUTERS/Wolfgang Rattay)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Borussia Dortmund merayakan gol Witsel di laga melawan Atletico Madrid. (Foto: REUTERS/Wolfgang Rattay)
Apa yang terjadi pada laga melawan Dortmund itu lahir karena kesalahan Atletico sendiri. Mereka terlalu bernafsu untuk mencetak gol secepat mungkin sehingga melupakan pertahanan. Sebenarnya, upaya Atletico itu bukannya tidak berhasil sama sekali. Toh, faktanya jumlah upaya mereka lebih banyak (13 berbanding 11) dan selain peluang Saul tadi, ada satu kans lagi --lewat Angel Correa-- yang juga digagalkan tiang gawang.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa, kekalahan dari Dortmund tadi adalah sebuah anomali. Sebab, cara bermain Atletico sendiri juga tidak seperti biasanya. Salah satu contohnya, pada pertandingan tersebut, ada momen di mana Godin yang biasanya sangat disiplin dalam mengawal areanya bisa maju sampai ke area sepertiga lapangan akhir.
Secara sistem, tetap tidak ada yang salah dengan Atletico. Bertahan rapat dengan mengandalkan serangan balik dalam balutan formasi 4-4-2 adalah identitas mereka dan tidak ada alasan untuk mengubah itu hanya karena satu hasil buruk setelah ratusan hasil baik. Simeone sendiri, dalam jumpa pers prapertandingan, menegaskan bahwa dia takkan mengubah sistem bermain Atletico.
Simeone benar. Akan tetapi, dari kekalahan tadi tetap harus ada yang dibenahi. Pertama, bagaimana caranya agar para pemain belakang, terutama Godin dan Juanfran, tidak terlalu sering berkeliaran. Khusus di pos bek kanan, ada baiknya Simeone mengistirahatkan Juanfran dan memainkan Santiago Arias supaya Atletico tidak kewalahan menghadapi kecepatan sayap-sayap Dortmund.
ADVERTISEMENT
Jadon Sancho, bintang muda Inggris milik Borussia Dortmund. (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)
zoom-in-whitePerbesar
Jadon Sancho, bintang muda Inggris milik Borussia Dortmund. (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)
Sementara itu, dari kubu Dortmund, praktis tidak ada yang perlu diubah jika menilik apa yang merea perbuat pada pertandingan pertama. Pada pertandingan itu mereka memang tidak sedominan biasanya dalam penguasaan bola (48% berbanding rata-rata biasanya 56%). Akan tetapi, itu justru membuat mereka diuntungkan.
Dengan persentase penguasaan bola yang cuma 48% itu, Dortmund mampu memancing para pemain Atletico untuk keluar dari sarangnya. Lalu, ketika ada kesempatan, barulah mereka memanfaatkan itu. Pendek kata, pada laga itu Dortmund berhasil menjadi Atletico yang lebih bagus dari Atletico sendiri.
Namun, ada kemungkinan bahwa apa yang terjadi di laga pertama tidak akan terjadi pada pertandingan kedua. Simeone tentunya ogah jatuh lagi ke lubang yang sama dan bisa jadi dia akan menginstruksikan anak-anak asuhnya untuk melakukan pendekatan yang lebih konservatif dibanding pada pertandingan pertama. Akan tetapi, syarat untuk itu adalah Atletico harus bisa mencetak gol terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Di situlah masalahnya. Musim ini, Atletico agak kesulitan dalam urusan membobol gawang lawan. Jika musim lalu mereka bisa mencatatkan lebih dari 1,5 gol per laga, musim ini catatan itu merosot sampai di bawah 1,2. Masalah produktivitas serta cedera Diego Costa punya pengaruh di sini.
***
Apakah hujan gol akan kembali terjadi ketika Atletico menjamu Dortmund di laga keempat nanti? Untuk ini, kemungkinannya kecil karena mustahil jika para pemain Los Colchoneros tidak belajar dari kesalahan-kesalahan di pertandingan pertama. Namun, ada dua faktor yang membuat hujan gol tetap mungkin terjadi.
Pertama, kualitas lini depan Dortmund itu sendiri. Sejauh ini, Marco Reus dkk. sudah mencetak 43 gol dari 15 pertandingan Bundesliga, Liga Champions, dan DFB Pokal. Faktor ini jelas tidak bisa dikesampingkan, meski Atletico secara default sudah punya sistem bertahan dan pemain-pemain bertahan bagus.
ADVERTISEMENT
Kedua, buruknya produktivitas Atletico tadi. Sekali lagi, jika lini depan tak bisa mencetak gol, maka pemain-pemain lini tengah dan belakang akan terpancing untuk maju sehingga ruang menganga tercipta. Menghadapi lini depan Dortmund yang tajam, ini sama saja dengan mengundang marabahaya.
=====
*) Atletico Madrid dan Borussia Dortmund akan bentrok dalam partai keempat fase grup Liga Champions, Rabu (7/11/2018) pukul 03:00 dini hari WIB, di Estadio Wanda Metropolitano, Madrid.