Sir Alex Ferguson

Bagaimana Aturan Transfer Manchester United di Era Sir Alex Ferguson?

2 April 2020 8:13 WIB
comment
131
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sir Alex Ferguson di laga terakhirnya. Foto: Reuters/Eddie Keogh
zoom-in-whitePerbesar
Sir Alex Ferguson di laga terakhirnya. Foto: Reuters/Eddie Keogh
ADVERTISEMENT
Sir Alex Ferguson sudah lama angkat kaki dari jabatan sebagai manajer Manchester United.
ADVERTISEMENT
Namun, cerita tentang kesuksesannya memugar United menjadi raksasa Inggris bahkan Eropa masih tetap diperdengarkan. Barangkali itu menjadi cara United bertahan di tengah pasang-surut usai ditinggal Sir Alex.
Salah satu cerita di balik kesuksesan Sir Alex adalah metode transfer. Gary Neville yang pernah dididik oleh Sir Alex menjelaskan seperti apa trik manajer asal Skotlandia itu dalam memilih dan membentuk pemain.
Gary Neville dan Ole Gunnar Solskjaer kala membela Manchester United pada 2002. Foto: ADRIAN DENNIS / AFP
"Ada tiga kategori. Yang pasti, ia bakal mengoptimalkan pemain muda di tim dulu sebelum melirik ke pasar eksternal. Yang kedua, ia melihat talenta-talenta terbaik di Premier League," ujar Neville kepada Skysport.
"Syarat untuk opsi kedua ini, ia harus dapat memercayai orang tersebut dapat bertahan dan bertumbuh di klub dalam jangka pajang. Gary Pallister, Steve Bruce, Wayne Rooney, Rio Ferdinand, Robin van Persie. Ini contoh pemain-pemain kategori kedua," tutur Neville.
ADVERTISEMENT
"Setelahnya, baru ia membidik talenta internasional yang ia anggap sesuai dengan programnya. Nemanja Vidic, Peter Schmeichel, Patrice Evra, Cristiano Ronaldo, Ole Gunnar Solskjaer. Dia jarang mendatangkan pemain yang sudah jadi bintang. Mirip dengan strategi Pep Guardiola di Manchester City," lanjut Neville.
Sir Alex memang persis seperti yang diucapkan Neville. Ia punya perhatian khusus kepada para pemain muda yang 'belum jadi'. Lihatlah seperti apa ia membentuk Class of 92. Atau lihat-lihat lagi seperti apa ia membangun talenta muda dan bengal Everton, Rooney.
Park Ji-sung berpose bersama Sir Alex Ferguson saat diresmikan jadi pemain Man United. Foto: Manchester United
Pun demikian dengan Ronaldo yang datang ke Old Trafford sebagai bocah ingusan. Bertalenta, sih, tetapi masih kelewat polos. Untuk berbicara bahasa Inggris di depan kamera saja masih tak sanggup.
ADVERTISEMENT
Salah satu penjelasan paling detail tentang kepercayaan Sir Alex pada pemain muda dapat dibaca dari bukunya yang berjudul 'Alex Ferguson with Michael Moritz: Leading'.
Bagi Sir Alex, pembinaan pemain muda adalah investasi terbaik yang bisa dilakukan klub untuk menuai kejayaan. Bicara soal komitmen membentuk pemain muda, Sir Alex akan selalu menaruh hormat pada Barcelona.
"Tak peduli sekeras apa kami mendidik pemain muda, Barcelona akan selalu melakukannya lebih baik ketimbang klub lain. Metode yang mereka gunakan utuk mengembangkan pemain muda menjadi pemain kelas dunia sangat menakjubkan," jelas Sir Alex dalam bukunya.
Ferguson bersama trofi Liga Champions 1999. Foto: Getty Images
Sir Alex menjelaskan bahwa klub sepak bola adalah perusahaan. Dalam perusahaan yang sehat, orang-orang yang bekerja sama dalam waktu lama akan saling mengenal dan memahami.
ADVERTISEMENT
Pengenalan itu yang akan membuat siapa pun yang ada dalam klub dan tim bisa saling mengantisipasi ragam situasi. Kerja sama yang baik dalam tim datang dari kedekatan dan keterikatan antar-pemain yang dibangun dalam waktu lama.
"Contohnya, trio ajaib Messi-Xavi-Iniesta. Ketiganya sudah saling mengenal dengan baik sejak lama sehingga ketika mereka saling mengoper bola, Anda bisa langsung pusing sendiri," jelas Sir Alex.
Akan tetapi, Sir Alex tidak berhenti sampai di situ. Menurut Neville, Sir Alex unik karena ia bukan tipe pelatih yang takut kehilangan pemain hebat. Sir Alex tak mau pemain-pemain didikannya merasa lebih besar daripada klub dan bertindak semaunya.
Meski demikian, bukan berarti kau harus menjadi anak baik-baik melulu. Mau bandel, silakan. Mau bengal, tak masalah. Yang penting, Sir Alex tahu pasti bahwa kau masih bisa dikendalikan. Kalau tidak bisa, ya, silakan angkat kaki.
Cristiano Ronaldo bersama Sir Alex Ferguson saat di Manchester United. Foto: PAUL ELLIS / AFP
"Ia menjual pemain jika merasa pemain itu kualitasnya menurun atau tidak sesuai dengan rencananya. Selain itu, Sir Alex menjual pemain yang menurutnya mulai ribet dikontrol,
ADVERTISEMENT
"Strategi transfer United mirip ban yang berjalan sangat lambat. Beberapa pemain akan datang, lalu beberapa lagi akan pergi. Transfernya tidak pernah besar-besaran sehingga skuat tidak perlu beradaptasi besar-besaran pula," jelas Neville.
"Komposisi tim dikontrol, dengan enam atau tujuh pemain muda, 10 di usia menengah, dan tiga atau empat pemain yang berusia 30-an. Komposisi ini membuat tim tidak kehilangan stabilitas pemain," lanjutnya.
Pada akhirnya, tangan dingin Sir Alex tidak berakhir sia-sia. Hasilnya memang tidak langsung terlihat, tetapi begitu terlihat, juga tidak gampang redup. Cerlangnya bertahan awet. Lewat metode seperti itu, United berjaya di bawah kepemimpinan Sir Alex.
Tiga belas gelar juara Premier League, lima mahkota juara Piala FA, empat trofi Piala Liga Inggris, 10 gelar juara Community Shield, dua trofi Liga Champions, serta masing-masing satu mahkota juara European Cup Winners Cup, Piala Super Eropa, Piala Interkontinental, dan Piala Dunia Antarklub menjadi bukti bahwa bersama Sir Alex, Manchester United memang raksasa.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi uang tunai Rp50.000.000. Buruan daftar di sini.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten