Bagaimana Jika Bali United Menduetkan Spaso-Bachdim?

15 Mei 2018 14:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bali United vs Perseru (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
zoom-in-whitePerbesar
Bali United vs Perseru (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Spanduk raksasa bertuliskan "Ada Apa Denganmu?" terpampang di salah satu tribune Stadion Dipta Gianyar Bali saat Bali United bertanding menghadapi Sriwijaya FC. Teriakkan keras "Baliku Bikin Malu" dari 'Semeton Dewata' juga didengungkan pada pertandingan yang berlangsung, Sabtu (5/5/2018) itu.
ADVERTISEMENT
Pendukung Bali United tentu saja kecewa dengan penampilan buruk Bali United. Bayangkan saja, runner-up Liga 1 musim lalu ini menderita empat kekalahan beruntun dalam semua kompetisi yang mereka ikuti.
Paling baru, Bali United menderita kekalahan di Stadion Aji Imbut Tenggarong markas Mitra Kukar dalam pekan kedelapan Go-Jek Liga 1, Jumat (11/5). 'Serdadu Tridatu' menderita kekalahan 1-3 atas si pemilik markas.
Beberapa faktor menjadi penyebab turunnya penampilan dari Bali United musim ini. Pemain-pemain utama yang mengalami cedera, jadwal padat yang menderita Bali United, hingga minimnya variasi taktik dari pelatih Widodo Cahyono Putro menjadi penyebab turunnya penampilan Bali United.
Ya, musim ini Bali United sedang mengalami kesulitan, Ahn Byung Keon dan Irfan Bachdim bulak-balik masuk ruang perawatan. Sudah begitu, Widodo kudu pintar-pintar melakukan rotasi karena Bali United main di tiga kompetisi berbeda yakni AFC Cup, Piala Indonesia, dan Liga 1.
ADVERTISEMENT
Lebih ironi lagi, Widodo juga tak berani melakukan variasi pada skema permainannya. Pelatih kelahiran Cilacap ini terlalu terpaku pada skema 4-3-3 yang menjadi kebiasaanya. Musim lalu, skema ini cukup mumpuni untuk bisa mengangkat penampilan Bali United.
Trio Irfan Bachdim, Sylvano Comvalius, dan Stefano Lilipaly menjadi sosok yang paling ditakuti oleh lini belakang lawan. Tak heran, Bali United menjadi tim yang paling subur musim lalu dengan torehan 76 gol. Raihan gol Bali United lebih baik dari juara kompetisi musim lalu yakni Bhayangkara FC yang hanya mengemas 61 gol.
Namun, produktifnya Bali United musim lalu belum bisa berlanjut di musim ini. Comvalius -sang top skorer musim lalu- sudah pergi dari Bali United. Sebagai ganti, manajemen mendatangkan penyerang dengan tipe serupa pada diri Ilija Spasojevic.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2017, penampilan Spaso tidak bisa dibilang buruk. Bergabung di paruh musim dengan Bhayangkara FC, Spaso berhasil mengemas 12 gol dari 15 pertandingan. Spaso membawa Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 dan itu pula yang membuat Bali United tertarik mendatangkan penyerang naturalisasi asal Serbia itu.
Kendati demikian, pada musim ini, Spaso belum juga menunjukkan kapasitas sesungguhnya sebagai penyerang tajam. Pemain berusia 30 tahun itu baru mengemas dua gol dalam delapan penampilan bersama Bali United. Tragisnya, Spasojevic baru bisa mencetak gol pada pekan keempat Liga 1 saat Bali menghadapi Persela Lamongan.
Nah, untuk mengakomodasi ketajaman dari Spaso, Widodo diyakini bisa mencoba opsi lain yakni bermain dengan dua penyerang. Duet Irfan dan Spaso di lini serang dinilai menjadi paling ideal. Duet penyerang beda karakter ini bisa menjadi variasi serangan di lini depan Bali.
ADVERTISEMENT
Spaso yang kuat menahan bola bisa menjadi tembok untuk pemain-pemain Bali di lini kedua. Sementara, Irfan yang punya mobilitas tinggi bisa membuat kewalahan lini belakang lawan. Duet pemain dengan pergerakan statis dan dinamis ini bisa membuat para bek lawan kebingungan untuk mengawalnya.
Selain itu, Widodo juga bisa menaruh Stefano Lilipaly di posisi aslinya sebagai gelandang serang. Memiliki pergerakan serta umpan yang baik dipercaya membuat Lilipaly tak kesulitan menjalankan peran tersebut. Tidak hanya itu, Lilipaly juga bisa menjadi opsi Bali untuk mencetak gol mengingat dirinya juga memiliki ketajaman dan keberanian dalam menuntaskan peluang.
Nah, di belakang Lilipaly, Bali memiliki gelandang-gelandang yang bisa memutus serangan lawan serta mengalirkan bola sama baiknya. Taufiq, Fadil Sausu, dan Nick van der Velden bisa berbagi tugas di lini tengah Bali.
ADVERTISEMENT
Taufiq dan Fadil bisa lebih fokus untuk menjaga kedalaman, sementara Van der Velden bisa menjadi gelandang pengalir bola. Tidak hanya itu, Velden juga bisa menambah jumlah pemain di lini serang Bali United.
Jangan lupa, Bali United juga memiliki bek-bek sayap yang cepat dan juga agresif. Ya, Ricky Fajrin dan Made Andhika bisa membuat pilihan untuk serangan sayap Bali United.
Ezechiel N'Douassel memenangi duel udara. (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
zoom-in-whitePerbesar
Ezechiel N'Douassel memenangi duel udara. (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
Pola 4-4-2 memang sedang kembali berkembang di sepak bola Indonesia. Persib Bandung menjadi tim yang menerapkan skema tersebut musim ini. Memiliki Jonathan Bauman dan Ezechiel N'Douasel membuat Mario Gomez menerapkan pola dua penyerang.
Bauman diminta Gomez untuk aktif turun menjemput bola. Umpan serta pergerakan Bauman saat melewati lawan membuat penyerang asal Argentina ini amat fasih menjalankan perannya. Ezechiel yang memiliki postur kekar bergerak lebih statis dan berperan sebagai penyelesai peluang.
ADVERTISEMENT
Tak heran, duet Eze dan Bauman kini sudah mencetak 12 gol di Liga musim ini. Hebatnya, itu merupakan 12 gol dari 13 gol yang sudah Persib cetak musim ini.
'Maung Bandung' juga memiliki gelandang-gelandang yang cepat dan mampu mengalirkan bola dengan baik. Febri Haryadi dan Supardi Nasir bermain baik di sisi sayap Persib. Dedi Kusnandar dan Oh In-Kyun piawai untuk menginisiasi serangan Persib.
Well, dengan begitu, Bali United bisa meniru apa yang sudah dilakukan Persib. Karena, Bali United juga memiliki kualitas pemain yang baik untuk menerapkan skema main itu. Pertanyaanya, apakah Widodo berani memperkaya variasi permainan Bali United?