Bejo Sugiantoro, Persebaya, dan KTP yang Tertinggal di Malang

2 April 2020 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bejo Sugiantoro saat jadi asisten pelatih Persebaya. Foto: Dok. Media Persebaya
zoom-in-whitePerbesar
Bejo Sugiantoro saat jadi asisten pelatih Persebaya. Foto: Dok. Media Persebaya
Bejo Sugiantoro dan Persebaya Surabaya adalah dua entitas yang sulit terpisahkan. Setidaknya, itulah yang tercermin sepanjang perjalanan karier Bejo sebagai pesepak bola, hingga kini ia memulai karier sebagai pelatih.
Tercatat, Bejo membela Persebaya selama dua periode, yakni 1994-2002 serta 2004-2008. Dari dua periode itu, Bejo mencatatkan 300 penampilan dan menjadi pemain dengan jumlah penampilan terbanyak bagi Persebaya di Liga Indonesia.
Bukan cuma itu, Bejo juga sukses menggondol trofi Liga Indonesia dalam dua kesempatan, yakni 1996/97 dan 2004. Namun, beda dengan Jacksen F. Tiago, Bejo meraihnya saat masih berstatus sebagai pemain.
Alhasil, berkat torehannya ini, Bejo pun dianggap sebagai seorang legenda hidup di Surabaya. Namun, laiknya legenda-legenda hidup sepak bola yang bertebaran di dunia ini, tentu ada kisah pahit manis yang dijalani Bejo.
Kisah itu bermacam-macam, mulai dari ketika dirinya memutuskan pindah ke PSPS, hingga KTP-nya tertinggal di Malang.
Bejo Sugiantoro saat jadi asisten pelatih Persebaya. Foto: Dok. Media Persebaya

Awal Karier Hingga Memutuskan Menyeberang ke PSPS

Sugiantoro nama aslinya. Ya, hanya Sugiantoro saja. Ia lahir di Sidoarjo tetapi lebih banyak menghabiskan masa kecil di Ngaglik, Surabaya. Bejo, nama yang kita ketahui saat ini, sejatinya hanya nama panggilan.
Meski begitu, kelak memang ia dikenal sebagai Bejo Sugiantoro. Bejo kecil mulai mengenal sepak bola saat ia bermain di salah satu klub internal Persebaya, Indonesia Muda (IM). Bersama IM, bakat sepak bola Bejo terasah.
Ia pun mulai naik tingkat membela Persebaya junior. Berlanjut pada 1994, berkat penampilan apik di Piala Haornas, Bejo mendapat panggilan untuk ikut dalam proyek PSSI Primavera. Sayang, Bejo menolak karena tidak mau meninggalkan kakeknya di Surabaya.
Namun, urung perginya Bejo ke Italia ini ternyata menghadirkan keuntungan bagi Persebaya. Ia pun dipersiapkan oleh 'Bajul Ijo' sebagai salah satu pemain yang mentas di Liga Indonesia edisi pertama, 1994/95.
Bayangkan, di usianya yang baru 17 tahun, Bejo sudah dipercaya untuk turun bersama para pemain Persebaya senior. Debutnya bersama Persebaya terjadi saat mereka bersua PSM Makassar, 27 November 1994.
Setelah itu, Bejo mulai rutin tampil bersama Persebaya. Gelar liga pertama sukses ia cicipi pada 1996/97. Ia juga membawa Persebaya menjadi runner-up pada gelaran Liga Indonesia 1998/99, kalah dari PSIS yang diperkuat Tugiyo di final.
Memasuki 2003, atau setelah delapan tahun membela Persebaya, ia memutuskan untuk mencoba tantangan baru di PSPS Pekanbaru. Di masa itu, PSPS memang tengah membangun Galacticos.
PSPS merekrut bintang-bintang Indonesia, seperti Aples Tecuari, Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, dan tentunya Bejo sendiri. Sayang, kebersamaan dengan Bejo dan PSPS tidak lama.
Klub yang berjuluk 'Asykar Bertuah' itu jadi tempat di mana Bejo merasakan titik terendah dalam kariernya. Di situ, ia terkena hukuman larangan tampil sebanyak satu tahun akibat kasus pemukulan kepada wasit.
Gagal di tanah rantau, Bejo memutuskan kembali ke Jawa Timur. Di sinilah salah satu kisah unik dalam kehidupan Bejo terjadi.

KTP Tertinggal di Malang dan Juara Lagi Bersama Persebaya

Sejatinya, ketika memutuskan untuk pulang ke Jawa Timur pada 2004, Bejo Sugiantoro tidak ingin membela Persebaya. Alasannya, Bejo tidak enak karena tidak jadi bagian skuat yang mengantarkan Persebaya promosi dari Divisi I 2003.
Alhasil, ia dan Hendro Kartiko memutuskan untuk membela Arema Malang. Tinggal selangkah lagi Bejo berseragam Arema, ia mengurungkan niatnya. Protes keras dari suporter serta tekanan yang melanda keluarganya jadi alasan utama Bejo.
Singkat cerita, (alm.) K.H. Hasyim Muzadi sampai turun untuk menjadi mediator antara Arema dan Persebaya. Jalan tengah dicapai. Bejo kembali membela Persebaya, tetapi ada kejadian unik di sana.
Ya, ketika ramai-ramai protes kepindahan itu terjadi, KTP Bejo tertinggal di Malang. Hingga kini, bahkan Bejo sendiri tidak tahu di mana KTP itu berada. Ia membiarkan itu berlalu dan fokus membela Persebaya.
Siapa sangka, Bejo mampu meraih gelar Liga Indonesia untuk kedua kalinya bersama 'Bajul Ijo' pada 2004. Di bawah asuhan Jacksen F. Tiago, Persebaya tampil superior dan mampu mengungguli Persija serta PSM kala itu.
Mulailah periode Bejo membela Persebaya untuk kedua kalinya. Bejo juga sempat mengantarkan Persebaya menembus babak 8 besar Liga Indonesia 2005, serta tampil di Liga Champions Asia 2005.
Periode kedua Bejo di Persebaya ini berlangsung hingga 2008. Setelah itu, Bejo lebih banyak menghabiskan waktu bersama klub-klub kecil, seperti Mitra Kukar, Persidafon Dafonsoro, Deltras Sidoarjo, hingga Persida Sidoarjo.
Di Persida-lah Bejo mengakhiri karier profesionalnya. Kini, Bejo memiliki usaha jasa angkut dan pergudangan yang dikelola sang istri. Ia juga pernah menjadi pegawai honorer di Dispora Kota Surabaya.
Sekarang, Bejo mulai fokus ke dunia kepelatihan. Ia tercatat sebagai asisten pelatih Persebaya di bawah komando Aji Santoso yang juga rekan setim semasa masih jadi pemain. Ya, Bejo nyatanya tidak bisa meninggalkan lapangan hijau begitu saja.
Bukan hanya itu, ke mana pun Bejo pergi nyatanya Surabaya dan Persebaya selalu jadi tempatnya untuk pulang dan kembali.
Bejo Sugiantoro saat jadi asisten pelatih Persebaya. Foto: Dok. Media Persebaya
***
Begitulah kisah perjalanan hidup Bejo, Persebaya, dan KTP-nya yang tertinggal di Malang. Pada masanya, ia dikenal sebagai libero terbaik Indonesia. Namun, ada masanya pula ia menorehkan tinta hitam di sepak bola Indonesia.
Namun, memang kisah seorang legenda harus dihiasi oleh naik turun karena memang di situlah letak dari seni kehidupan. Bejo tentu tahu rasanya mendapatkan puja-puji, juga tahu sakitnya saat ia mengalami tekanan dan hukuman berat dari PSSI.
Nah, hari ini, tepat pada 2 April, Bejo Sugiantoro berulang tahun. Mari kita ucapkan selamat kepada legenda hidup Persebaya ini, dan semoga ia diberkahi waktu untuk melihat Rachmat Irianto, sang putra, berkembang jadi pesepak bola andal seperti dirinya.
===
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!