Bos Empoli: Menteri Olahraga Italia Kayaknya Benci Sepak Bola

30 April 2020 20:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Klub Empoli FC, Fabrizio Corsi. Foto: Twitter @EmpoliCalcio
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Klub Empoli FC, Fabrizio Corsi. Foto: Twitter @EmpoliCalcio
ADVERTISEMENT
Kebijakan pemerintah Italia terkait kelangsungan Serie A menuai kritik. Menteri Olahraga Italia, Vincenzo Spadafora, sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah siap untuk mengakhiri kompetisi jika tak ada protokol medis terbaru terkait virus corona.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat Fabrizio Corsi selaku Bos Empoli pun mencak-mencak. Dia berkata bahwa pemerintah tidak mendukung eksistensi sepak bola Italia.
Kekhawatiran Corsi ini cukup logis, mengingat pemerintah punya kewenangan buat menghentikan kompetisi. Rampungnya Ligue 1, misalnya, didasari atas kebijakan Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe, yang melarang digelarnya event olahraga sampai September.
"Saya kecewa dengan apa yang terjadi di Italia, dan saya merujuk pada Perdana Menteri, Giuseppe Conte, dan Menteri Olahraga, Spadafora," kata Corsi kepada Itasportpress.
“Bagi saya seolah-olah yang terakhir (Spadafora) membenci sepak bola dan dia tidak mampu melakukan itu, mengingat sepak bola membiayai semua olahraga lain di negara ini."
Empoli FC. Foto: Twitter @EmpoliCalcio
Menurut Corsi, kompetisi harus tetap bergulir. Baik itu Serie A serta Serie B. Ya, sejak awal musim ini Empoli sendiri sedang berkubang di Serie B.
ADVERTISEMENT
"Kita harus kembali bermain, meskipun itu berarti Juli dan Agustus. Saya benar-benar setuju dengan Presiden FIGC, Gabriele Gravina, dan Presiden Serie B, Mauro Balata," lanjut Corsi.
Berbeda dengan pemerintah Italia, Gravina ngotot untuk tetap melanjutkan kompetisi. Pasalnya, menghentikan liga sama halnya dengan memampatkan saluran pendapatan klub secara signifikan.
Sebagai gambaran, menghentikan musim bisa memunculkan kerugian sebesar 700-800 juta euro. Bila melanjutkan liga tanpa penonton, klub-klub nantinya akan merugi sekitar 330 juta euro. Sementara bila digulirkan dengan normal (dengan penonton) kerugiannya 'hanya' 100-150 juta euro.
“Perusahaan hak TV telah meminta diskon dari klub. Dampak ekonomi akan sangat besar dan beberapa pihak akan menghadapi risiko pailit,” imbuh Corsi.
Warga Italia mengenakan masker untuk melindungi dari virus corona saat bermain bola. Foto: Marzio Toniolo / via REUTERS
Di lain sisi, pemerintah Italia punya dasar kuat untuk menghentikan kompetisi lebih dini. Mereka menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus virus corona tertinggi di dunia.
ADVERTISEMENT
Melansir data Worldometers per Kamis (30/4/20), tercatat masih ada 104.657 kasus aktif di Italia --terbanyak ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris Raya.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!