Tammy Abraham

Chelsea di Antara Buruknya Efisiensi dan Konsistensi

27 Desember 2019 15:58 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Chelsea, Frank Lampard. Foto: Reuters/Lee Smith
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Chelsea, Frank Lampard. Foto: Reuters/Lee Smith
ADVERTISEMENT
Kalau melihat klasemen sementara Premier League, posisi Chelsea memang tidak jelek-jelek amat. Namun, kalau melihat pencapaian mereka dalam beberapa pertandingan terakhir... Well, itu lain cerita.
ADVERTISEMENT
The Blues kini nangkring di urutan empat klasemen dengan koleksi 32 poin. Yah, tidak aman-aman amat, sih, mengingat tim-tim di bawah mereka, Tottenham Hotspur (29 poin), Sheffield United (29), dan Manchester United (28), berjarak cukup dekat.
Wajar, dong, kalau Pelatih Chelsea, Frank Lampard, khawatir. Apalagi pada laga Boxing Day, Kamis (26/12/2019), Chelsea kalah 0-2 dari Southampton di kandang sendiri.
Kekalahan dari The Saints itu mempertontonkan dengan telanjang dua kelemahan Chelsea: Inefisiensi dan inkonsistensi. Lampard paham betul dengan dua penyakit itu.
Bicara inkonsistensi, Chelsea cuma meraih satu kemenangan dalam empat laga terakhir Premier League. Sisa tiga pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan.
Pada pertandingan melawan Southampton, serangan Chelsea terlihat sporadis. Dari total 10 tembakan (3 tepat sasaran), tidak ada satu pun yang berbuah menjadi gol.
ADVERTISEMENT
Frank Lampard (kiri) bersama strikernya, Tammy Abraham. Foto: Reuters/Carl Recine
"Hal-hal seperti crossing dan tembakan memang membuat suporter senang, tapi kami gagal menciptakan peluang bersih dan kami harus lebih baik lagi dalam hal keberanian dan mengolah bola," ujar Lampard seperti dilansir situs resmi Chelsea.
"Kami kurang klinis di depan gawang, kami harus lebih baik lagi. Ini adalah periode sibuk buat semua orang, jadi kelelahan bukanlah alasan. Kami cuma perlu belajar dari kesalahan dan memperbaikinya," kata pelatih berusia 41 tahun itu.
Chelsea-nya Lampard adalah Chelsea yang amat direct. Mereka seringkali tidak buang-buang waktu dalam membangun serangan. Pokoknya, hajar ke depan saja.
Di satu sisi, gaya main itu membuat mereka terlihat agresif. Di sisi lain, Chelsea kerap kecolongan ketika melawan tim yang punya serangan balik cepat. Pasalnya, transisi mereka dari menyerang ke bertahan acapkali buruk. Selain itu, kerap ada rongga di antara lini tengah dan lini belakang Chelsea.
ADVERTISEMENT
Kelemahan lainnya, Chelsea acap kerepotan menghadapi lawan yang bertahan rapat dan bermain dengan organisasi yang rapi. Inilah yang terjadi pada laga melawan Southampton.
Minggu (29/12/2019), Chelsea akan bertanding melawan Arsenal di Emirates. Mengingat Arsenal, yang kini ditangani Mikel Arteta, acap bermain terbuka, semestinya, sih, Chelsea punya peluang.
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo, buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersi original.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten