Cita-cita Mulia Mark Noble: Dirikan Yayasan Properti Murah Bersama Rio Ferdinand

20 September 2021 15:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain West Ham United Mark Noble gagal menendang penalti saat melawan Manchester United di Stadion London, Inggris. Foto: John Sibley/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pemain West Ham United Mark Noble gagal menendang penalti saat melawan Manchester United di Stadion London, Inggris. Foto: John Sibley/Reuters
ADVERTISEMENT
Nama Mark Noble mencuat usai gagal mengeksekusi penalti di laga West Ham vs Manchester United, Minggu (19/9) malam WIB. Timnya pun gagal meraih poin usai kalah 1-2.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kegagalan tersebut, Noble tetap dipandang sebagai legenda The Hammers. Pasalnya, ia tercatat telah bermain sebanyak 530 pertandingan lintas ajang sejak awal bergabung pada 2004 lalu.
Catatan tersebut membuatnya berada di posisi pertama pemain yang paling sering membela West Ham, mengungguli Carlton Cole (293) dan Aaron Cresswell (257). Bahkan, jumlah tersebut masih bisa bertambah mengingat kontraknya baru berakhir pada Juni 2022.
Terlepas dari loyalitasnya di atas lapangan hingga dijuluki sebagai 'Mr. West Ham', pemain berusia 34 tahun itu ternyata memiliki gagasan mulia untuk membantu masyarakat Inggris dengan mendirikan sebuah yayasan bernama Legacy Foundation.
Rio Ferdinand pada sebuah laga tandang bersama Manchester United. Foto: Jonathan Nackstrand/AFP
Ia tak sendiri, Noble bekerja sama dengan legenda Man United, Rio Ferdinand dan juga eks pesepak bola Inggris lain, Bobby Zamora. Yayasan tersebut mereka dirikan pada 2016 dengan tujuan menghadirkan properti dengan harga terjangkau bagi masyarakat Inggris.
ADVERTISEMENT
"Kami bertujuan tidak hanya mengurangi tekanan pada perumahan yang terjangkau dan layanan masyarakat lokal, tetapi akan memberdayakan para penyewa melalui komunitas di lokasi dan fasilitas olahraga," tulis situs resmi Legacy Foundation.
Akan tetapi, mengutip laporan BBC International pada 2018, proyek tersebut dilaporkan mangkrak. Bahkan, Legacy Foundation mendapat kritikan dan disebut hanya memberi harapan palsu.
Legacy Foundation sebelumnya disebutkan akan membangun 1.300 rumah di Bedfordshire, Inggris. Selain rumah, ada juga akademi olahraga, pusat rekreasi lengkap dengan gym dan kolam renang, serta fasilitas pendidikan dan komunitas.
Akan tetapi, dua tahun berselang sejak didirikan, tak ada tanda-tanda pembangunan dari proyek tersebut.
"Mereka pergi ke sekolah lokal untuk melihat anak-anak, menjanjikan kami rumah, kesepakatan pendidikan di dalamnya, dan mobilitas sosial," kata salah seorang anggota dewan buruh.
ADVERTISEMENT
"Mereka menjanjikan kami melalui Rio Ferdinand dan bukan itu yang kami dapatkan. Seharusnya mereka memiliki rencana lain dan tidak membangun harapan palsu," imbuhnya.
Pemain West Ham United Mark Noble gagal menendang penalti saat melawan Manchester United di Stadion London, Inggris. Foto: John Sibley/Reuters
Sementara itu, Dewan Central Bedfordshire melalui juru bicaranya mengatakan bahwa Legacy Foundation masih memiliki ketertarikan untuk mewujudkan rencananya itu. Hanya saja, pihak daerah perlu kejelasan rencana finansial dan manfaat yang jelas.
"Kami terus melakukan pembicaraan dengan Legacy, jadi mereka jelas masih tertarik untuk mengembangkan proposal untuk daerah tersebut," kata juru bicara Dewan Central Bedfordshire.
"Namun, kami hanya akan maju dengan rencana finansial yang jelas dan memberikan manfaat kepada komunitas yang ada," tandas mereka.
Selain gagasan mulia untuk menghadirkan tempat tinggal terjangkau dan memberdayakan warga lokal, Noble juga dilaporkan memiliki sebuah akademi sepak bola untuk anak-anak usia 5 sampai 14 tahun.
ADVERTISEMENT
Mengutip laporan Planet Football, Noble mendirikan Mark Noble Football untuk anak laki-laki dan perempuan berusia 5-14 tahun dari semua tingkat di Essex. Tim itu juga dilengkapi dengan pelatih bersertifikasi dari Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Samir Nasri dan Mark Noble jelang laga West Ham vs Brighton. Foto: REUTERS/David Klein
Hanya saja, tujuannya memang bukan untuk menemukan superstar Inggris di masa mendatang. Ia ingin memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bersenang-senang di lingkungan yang aman.
“Saya pikir sekarang anak-anak akademi begitu muda, mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk bermain sepak bola Sunday League sampai mereka berusia 12-13 tahun karena cara permainan sekarang," kata pria kelahiran 1987 itu.
“Ini adalah batu loncatan yang baik untuk terus menciptakan persahabatan dalam tim, menjadi bagian dari tim, dan bermain untuk mendapatkan piala. Itulah intinya, hanya berkumpul, bangun di pagi hari dan bersenang-senang," tandasnya.
ADVERTISEMENT