David Alaba Boleh Berencana, Tuhan yang Menentukan

4 Juni 2020 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi David Alaba saat melawan Chelsea di Liga Champions. Foto: GLYN KIRK/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Aksi David Alaba saat melawan Chelsea di Liga Champions. Foto: GLYN KIRK/AFP
ADVERTISEMENT
Melihat karier sepak bola David Alaba, sang ayah yang bernama George Alaba mungkin akan tersenyum lebar lalu berujar seraya mengenang masa silam, "Oh, perjalanan anak saya mirip seperti saya dahulu."
ADVERTISEMENT
George adalah seorang pangeran dari Ogere-Remo, Nigeria. Saat tiba di Wina, Austria, puluhan tahun lalu, tujuannya adalah kuliah ekonomi. Namun, bisa apa, sih, kamu kalau Tuhan punya rencana lain yang mungkin justru lebih baik untukmu?
Di Wina, kuliah George terhenti. Dia malah menjadi tentara kulit hitam pertama Austria, berkarier sebagai DJ, lalu menikah dengan Gina, seorang perawat yang juga eks ratu kecantikan Filipina. Dari pernikahannya, David Olatokunbo Alaba lahir.
Barangkali suratan takdir atau bagaimana, Alaba yang kelak jadi pesepak bola punya garis hidup serupa ayahnya. Panjang kisah soal bagaimana dia memilih karier itu, tetapi kita persingkat saja hingga saat dia tiba di tim muda Bayern Muenchen.
Alaba tahu, Bayern adalah tim super dari semua aspek. Mereka punya sejarah panjang, bergelimang prestasi, serta rutin menelurkan bakat-bakat terbaik dari tim muda. Saat gabung pada 2008, aspek terakhir itu yang dia harapkan.
ADVERTISEMENT
Alaba bahkan punya rencana jelas. Dia ingin meneruskan performa impresif sebagai gelandang, seperti saat di tim sebelumnya, Austria Wien. Mungkin dia sudah mengidamkan untuk jadi tandem Mark van Bommel atau Bastian Schweinsteiger.
Namun, rencana sebatas rencana. Louis van Gaal yang melatih Bayern pada 2009 hingga 2011, yang juga memberi Alaba debut Bundesliga pada 2010 di usia ke-17 tahun, berpandangan lain. Dia menilai Alaba lebih cocok sebagai bek kiri.
"Dia adalah bek kiri, meskipun dia sendiri tidak pernah berpikir begitu," ucap eks pelatih Manchester United itu, yang kabarnya sempat cekcok dengan Alaba terkait posisi bermain.
Rencana lain Alaba adalah membela Timnas Nigeria. Sayangnya, kita tahu hingga kini Alaba tak pernah tampil untuk negara sang ayah. Sejak usia 19 tahun dia selalu bermain untuk Austria yang tak ada hubungan darah dengan dirinya.
ADVERTISEMENT
Tapi hidup memang seperti itu. Kamu bisa saja mendapat sesuatu yang sama sekali tak ada dalam rencanamu. Sangat mungkin pula yang tak kamu inginkan itu malah amat baik untukmu di masa depan. Demikian yang terjadi pada Alaba.
David Alaba, pemimpin baru di lini belakang Bayern Muenchen? Foto: RONNY HARTMANN/AFP
Bersama Austria, Alaba sangat dihargai. Dia sudah jadi pemain terbaik di sana saat masih 19 tahun. Gelar serupa dia peroleh lagi sebanyak lima kali beruntun. Semua capaian itu Alaba raih sebagai bek kiri, posisi yang tak pernah dia inginkan.
Sebagai bek kiri, Alaba memang begitu cepat mencuri perhatian. Sejak debut dia beberapa kali tampil di bawah komando Van Gaal. Tatkala Jupp Heynckes mengambil alih kemudi, Alaba bahkan jadi pilihan utama di pos tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemudian sederet prestasi dia canangkan. Salah satu musim terbaiknya adalah pada 2012-13 ketika Bayern meraup juara Bundesliga, DFB Pokal, dan Liga Champions. Treble. Usia Alaba waktu itu masih 20 tahun.
Sejak masa itulah kita mengenal Alaba sebagai salah satu bek kiri terbaik di dunia. Dia punya kemampuan bertahan yang bagus, visi bermain yang oke, crossing ciamik, terbilang cepat, punya stamina yang luar biasa, serta eksekusi bola mati yang lumayan.
Namun, kejutan Alaba untuk kita, yang juga tak pernah Alaba perkirakan, tak berhenti di situ. Benar sekali, kita tiba di masa depan, masa sekarang tepatnya, dan kita akan bicara soal Alaba yang tiba-tiba saja jadi bek tengah andal.
***
Mulanya karena krisis. Niklas Suele dan Lucas Hernandez, si pemain termahal Bayern, cedera. Adapun, Benjamin Pavard yang datang sebagai bek tengah lebih banyak di pos bek kanan sebab Niko Kovac mengembalikan Joshua Kimmich jadi gelandang.
ADVERTISEMENT
Cuma Jerome Boateng yang tersisa. Ada Javi Martinez --gelandang bertahan yang biasa bermain sebagai bek tengah--tetapi Kovac lebih memilih David Alaba untuk jadi tandem Boateng. Posisi bek kiri Alaba akhirnya dipaksakan pada sosok Alphonso Davies.
Perubahan itu sayangnya tak berjalan mulus. Performa Bayern jeblok. Puncaknya adalah saat mereka dihajar Eintracht Frankfurt 1-5. Bayern jadi olok-olok. Kovac dipecat. Hansi Flick, yang sebelumnya asisten, ditunjuk jadi pelatih.
Flick punya opsi untuk mengembalikan Alaba sebagai bek kiri, sedangkan bek tengah diberikan kepada Martinez dan Boateng. Opsi lain: Mengembalikan Kimmich ke bek kanan, lalu Boateng berduet dengan Pavard.
Di bawah Hansi Flick, David Alaba bertransformasi menjadi bek tengah luar biasa. Foto: CHRISTOF STACHE/AFP/POOL
Namun, opsi-opsi itu tak Flick ambil. Dia malah meneruskan apa yang Kovac lakukan. Yang membedakan, hasilnya jauh lebih baik. Kemenangan 2-0 atas Olympiakos dan skor 4-0 atas Borussia Dortmund jadi permulaan.
ADVERTISEMENT
Bayern sendiri tak cuma nirbobol pada dua laga tersebut. Pertahanan mereka juga sama sekali tidak mendapat ancaman tembakan mengarah ke gawang. Untuk hal itu, Davies layak diapresiasi. Juga satu sosok lagi: Alaba.
Saat melawan Dortmund, Alaba sukses memerankan tugas utama bek tengah sebelah kiri dengan sangat baik. Dia melakukan 3 tekel sukses (hanya kalah dari Davies) dan kerap memutus operan-operan direct nan cepat Dortmund.
Performanya kian lengkap bila merujuk statistiknya kala menguasai bola. Dari 97 operan, 89 di antaranya (atau 92 persen) tepat sasaran. Alaba juga jadi pemain terbanyak yang menyentuh bola (104) serta 2 kali melepaskan key pass.
Seketika Alaba menjadi pemimpin baru nan kokoh di jantung pertahanan Bayern hingga Bundesliga melewati pekan ke-29. Kurun itu, Alaba selalu bermain penuh. Flick lantas menyanjungnya setinggi langit.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah berbicara dengan dia dan bilang kepadanya bahwa saya sangat bisa membayangkannya sebagai bek tengah yang bagus. Perkembangannya di posisi itu sangat impresif," kata Flick, dikutip laman resmi Bayern.
"Dia bisa memimpin tim dan memberi perintah. Dia juga sangat lihai membuka permainan dari lini belakang. Dia bisa memulainya dengan gerakan dan umpan-umpan bagus," pungkas eks asisten pelatih Timnas Jerman itu.
Laman resmi Bundesliga bahkan menyebut Alaba punya statistik lebih baik sejak menjadi bek tengah. Angka duel udara, akurasi operan, dan jumlah sentuhan meningkat 10 hingga 14 persen ketimbang saat dia bermain di pos lain.
Secara rinci, angka sentuhannya menyentuh 1.893 kali, sedangkan duel sukses mencapai 64 persen. Tak satu pun pemain Bayern yang menyamai angka tersebut sejak Alaba bertransformasi menjadi bek tengah musim ini (20 pertandingan).
ADVERTISEMENT
Merujuk WhoScored, Alaba juga melakukan masing-masing 1 tekel sukses, intersep, dan sapuan per pertandingan. Angka itu kian mencengangkan karena Alaba sama sekali tak pernah mendapat kartu kuning dan kartu merah.
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, beraksi di laga versus Sheffield United. Foto: Reuters/Andrew Boyers
Namun, pada dasarnya semua itu bukan kejutan karena Alaba memang punya modal komplit. Sebagai pesepak bola, pemahamannya terhadap ruang begitu baik. Perkara ini yang bikin Alaba begitu versatile alias serbabisa.
Pep Guardiola, yang melatih Bayern pada 2013-16, menyebut pemahaman akan ruang dan kecerdasan Alaba selevel Philip Lahm. Pada masa awal kepelatihannya, Alaba dan Lahm pernah dia duetkan sebagai double pivot, bahkan sayap kiri.
Bukan cuma itu. Guardiola juga merupakan pelatih pertama yang memberi peran bek tengah untuk Alaba. Dia lantas memprediksi Alaba bisa menjadi bek tengah andal di masa depan. Bersama Flick, prediksi itu terbukti.
ADVERTISEMENT
"Dia bisa bermain di mana saja. Dia cepat, bagus dalam build-up, dan selalu fokus 100 persen. Saya yakin dia bisa menjadi salah satu bek tengah terbaik di dunia. Dia adalah hadiah besar untuk Bayern," kata Guardiola, dilansir laman Bundesliga.
Beberapa waktu lalu muncul rumor soal keinginan Alaba berkiprah bersama salah satu di antara dua tim besar La Liga: Real Madrid atau Barcelona. Kabarnya, dua klub itu memang merupakan impian Alaba selama ini.
Namun, mesti ingat-ingat lagi, bisa saja Tuhan punya rencana lain yang jauh lebih baik untuk Alaba--misalnya dengan tetap berseragam Bayern, seperti bagaimana perjalanan ayahnya dan Alaba sendiri sejauh ini.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!
ADVERTISEMENT