Dendam Ancelotti dan Cara Real Madrid Melukai Liverpool

28 Mei 2022 11:00 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Carlo Ancelotti, pelatih Real Madrid. Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Carlo Ancelotti, pelatih Real Madrid. Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tangis penjaga gawang Liverpool berkebangsaan Jerman, Loris Karius, pecah usai wasit meniupkan peluit panjang. Real Madrid sukses memenangi partai puncak Liga Champions 2018, Liverpool ditaklukkan dengan skor 3-1. Los Blancos berpesta.
Satu gol dari 'kecerdikan' Benzema dan dua gol indah dari kaki Gareth Bale menjadi malam yang tak terlupakan bagi pendukung Real Madrid. Sementara bagi Liverpool dan para fannya, kekalahan dari anak asuhan Zinedine Zidane itu adalah mimpi buruk.
Kekalahan tersebut memupus harapan Liverpool membawa 'Si Kuping Besar' ke rumah setelah terakhir kali menjuarai Liga Champions pada 2005. Bagi Real Madrid, ketambahan satu trofi Liga Champions kian mengukuhkan predikat mereka sebagai 'Raja Sepak Bola Benua Biru'.
Empat tahun sudah keseruan final Liga Champions di Kiev, Ukraina, itu berlalu. Kini, kedua tim kembali bersua di partai puncak yang bakal berlangsung di Stade de France, Paris, pada akhir pekan nanti.
ADVERTISEMENT
Banyak yang mengatakan bahwa laga final kali ini merupakan ajang balas dendam Liverpool setelah kalah menyakitkan dari Real Madrid di final 2018. Namun sejatinya, laga nanti adalah partai balas dendam bagi sang entrenador, Carlo Ancelotti.
Pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti bersama para pemain merayakan kemenangan LaLiga di atas bus bersama fans, di air mancur Cibeles di Madrid, Spanyol, Sabtu (30/4/2022). Foto: Isabel Infantes/REUTERS
Don Carlo pernah memimpin AC Milan masuk ke final Liga Champions 2005. Rossoneri besutannya bertemu dengan Liverpool yang waktu itu dilatih oleh Rafael Benitez.
Pada laga tersebut, Paolo Maldini dkk unggul telak 3-0 di paruh pertama. Namun nahas, Liverpool mampu bangkit dan menyamakan skor menjadi 3-3 di paruh kedua. Akhirnya, Ancelotti beserta pasukannya harus gigit jari. Kekalahan menjadi takdir, trofi juara pupus tinggal mimpi usai drama adu penalti.
Ancelotti dan timnya harus tertunduk lesu. Sakitnya kalah di partai final dari Liverpool tentu tak ingin dirasakan kembali oleh pelatih berkebangsaan Italia tersebut.
ADVERTISEMENT
Partai final menghadapi The Reds nanti bisa menjadi ajang balas dendam Don Carlo. Kendati demikian, tujuan utamanya tetap membawa Real Madrid kembali juara Liga Champions seperti apa yang pernah ia lakukan saat menghadirkan La Decima pada 2014.
Carlo Ancelotti. Foto: Clive Brunskill/REUTERS
Momen indah La Decima itu yang bakal diulang Ancelotti untuk menghadirkan mimpi buruk bagi sang lawan. Terlebih, baik Ancelotti dan Madrid tidak asing dengan Liverpool. Keduanya sering berjibaku di lapangan hijau dalam kompetisi Liga Champions.
Dari sisi kekuatan, mayoritas pemain Liverpool mengisi skuad saat takluk di partai final 2018 dari Real Madrid dan ketika mereka juara Liga Champions 2019. Artinya, tak banyak perubahan di skuad Juergen Klopp.
Nama-nama seperti Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino masih sering menghiasi lini depan Liverpool. Begitupun lini tengah dan belakang.
ADVERTISEMENT
Di kubu Real Madrid, justru sebaliknya. Pascajuara Liga Champions 2018, beberapa nama mulai terganti dan pergi. Begitupun pada kursi pelatih. Real Madrid bahkan sempat mengalami masa-masa sulit menembus babak partai final di edisi selanjutnya.
Dua palang pintu, Rafael Varane dan Sergio Ramos, memilih hengkang. Marcelo jarang mendapatkan menit bermain di usianya saat ini. Sementara, Daniel Carvajal lebih sering berkutat dengan cedera.
Di lini depan, hanya menyisakan Karim Benzema dari skuad Madrid ketika kali terakhir menjuarai Liga Champions. Cristiano Ronaldo juga sudah tidak ada. Sedangkan, Gareth Bale tak kunjung menemukan performa terbaiknya, sehingga sempat dipinjamkan ke Tottenham Hotspur.
Pemain Real Madrid Luka Modric berselebrasi dengan trofi setelah memenangkan LaLiga di Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, Sabtu (30/4/2022). Foto: Susana Vera/REUTERS
Praktis, hanya trio Luka Modric, Casemiro, dan Toni Kroos (Trio MCK) yang masih tampil konsisten untuk Real Madrid. Ketiganya masih menjadi 'jantung' lini tengah Los Merengues hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Real Madrid memiliki pengganti yang sepadan. Di lini depan, Madrid diperkuat pemain-pemain muda enerjik nan tajam macam Rodrygo Goes dan Vinicius Junior, serta Marco Asensio pun bisa jadi pembeda.
Ingat juga bahwa Benzema kini sedang on fire dan hobi banget mencetak gol. Penyerang Prancis itu sudah mencetak 44 gol dari 45 laga lintas ajang musim ini, 15 gol di antaranya dari 11 laga Liga Champions.
Untuk lini belakang, Ferland Mendy dan David Alaba tentunya diyakini bisa mempersulit pergerakan Mohamed Salah, Diogo Jota, maupun Luis Diaz. Thibaut Courtois juga bakal mati-matian mempertahankan gawangnya.
Sementara di lini tengah, walau ada trio MCK tadi, Real Madrid memiliki pemain muda yang juga bisa saling mengisi. Sebut saja Fede Valverde dan Eduardo Camavinga, yang pastinya tidak gentar jika harus bersaing dengan Jordan Henderson maupun Thiago Alcantara.
Pemain Liverpool Mohamed Salah memegang trofi Premier League Playmaker dan Golden Boot setelah pertandingan di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, Minggu (22/5/2022). Foto: Phil Noble/REUTERS
Secara performa di liga domestik pun, Liverpool sejatinya lebih baik dari Real Madrid. Performa anak asuhan Klopp lebih konsisten di Liga Inggris. Sementara, Real Madrid sang juara La Liga bermain angin-anginan.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu semua, Real Madrid bolehlah sedikit jemawa di Liga Champions. Klopp dan timnya tentu paham betul bagaimana memukau penonton dengan cara mereka bermain sepak bola. Tapi jangan lupakan hal penting, bagaimana Real Madrid 'membunuh' lawannya hanya dalam satu atau dua kali sentuhan di fase kritis.
Di babak 16 besar Liga Champions, PSG yang berisikan pemain bintang harus tertunduk lesu di akhir pertandingan. Kemudian, di babak perempat final, giliran Chelsea yang merenungi kekalahan pelik mereka. Terakhir adalah Manchester City yang dibuat tak berdaya di menit-menit akhir pada babak semifinal.
Di tiga laga krusial menghadapi raksasa, Real Madrid membuktikan karakter mereka yang pantang menyerah. Ditambah lagi, dengan perpaduan pemain sarat pengalaman dan pemain muda enerjik, Tim Ibu Kota Spanyol ini memiliki modal yang bagus untuk menatap final Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Jangan lupakan pula tangan dingin Carlo Ancelotti di pinggir lapangan. Ada yang bilang, ia pelatih miskin taktik. Namun, kemenangan atas tim-tim besar yang disebut tadi, adalah bukti bahwa ia juru taktik genius. Pelatih 62 tahun ini siap menghadirkan mimpi buruk bagi Liverpool dan penggemar mereka pada Minggu (29/5).