Di Balik Asa Comeback Spurs, Ada Kisah Semifinal Copa Libertadores 92

8 Mei 2019 0:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mauricio Ppchetino, manajer Tottenham Hotspur. Foto: REUTERS/Scott Heppell
zoom-in-whitePerbesar
Mauricio Ppchetino, manajer Tottenham Hotspur. Foto: REUTERS/Scott Heppell
ADVERTISEMENT
Laga baru berjalan empat menit, gawang America de Cali sudah bergetar. Mauricio Pochettino merayakan golnya. Asa melangkah ke final membesar tak karuan di balik perayaan gol Pochettino untuk Newell’s Old Boy.
ADVERTISEMENT
Tapi, Jorge Orosman da Silva membuat Pochettino dan kawan-kawannya geregetan semenit jelang waktu normal tuntas. Tembakan Da Silva sanggup membobol gawang yang dikawal oleh Norberto Scoponi.
Situasi tak menguntungkan seperti yang terjadi leg pertama kembali muncul. Pertandingan tuntas dengan skor imbang 1-1. Apa boleh buat, duel mesti berlanjut ke adu penalti.
Sudah enam orang dari masing-masing tim melakukan tugasnya sebagai eksekutor penalti, tapi tak ada satu pun yang gagal. Giliran Pochettino tiba, ia menjadi penendang ketujuh. Sialnya, sepakannya itu gagal berbuah gol. Begitu pula dengan Christian Domizzi, rekannya yang jadi penendang kedelapan.
Kabar baik bagi sang wakil Argentina, penendang ketujuh dan kedelapan Cali juga gagal menunaikan tugasnya. Tiket final Copa Libertadores 1992 berhasil direbut begitu Gustavo Raggio, si penendang ke-13, berhasil menggetarkan jala lawan. Old Boy menang 11-10 di babak adu penalti. Penendang terakhir Cali, Orlando Maturana, gagal membobol gawang lawan.
ADVERTISEMENT
Kisah di atas bukan karangan semata. Itu adalah kisah tentang keberhasilan Old Boy melangkah ke final Copa Libertadores 1992. Ingatan akan duel tadi muncul dalam benak Pochettino jelang leg kedua semifinal Liga Champions 2018/19.
Ajax Amsterdam yang bertanding ke Tottenham Hotspur Stadium, berhasil mengantongi kemenangan 1-0 di leg pertama. Tak heran jika publik menilai beban terberat ada di pundak Pochettino.
Ajax yang sekarang tak bisa disamakan dengan Ajax tiga empat tahun sebelumnya. Real Madrid yang jadi juara tiga musim beruntun sejak 2015/16 saja berhasil mereka jungkalkan. Apalagi Spurs yang tak karib dengan Liga Champions.
Tak ada gelar juara untuk Pochettino di ujung Copa Libertadores 1992 itu. Sao Paolo berhasil mengalahkan mereka di puncak, juga via babak adu penalti. Tapi, yang diingat Pochettino adalah betapa tipisnya kans Old Boy untuk berlaga di final. Terlebih, pertandingan leg kedua digelar di kandang Cali.
ADVERTISEMENT
“Tak ada satu pun yang percaya dengan kami. Waktu itu Cali jadi favorit, segala sesuatunya seperti telah dipersiapkan untuk mereka. Saya mengingat betapa beraninya kami berlaga di partai semifinal itu,” jelas Pochettino kepada David Hytner untuk The Guardian.
“Meskipun, yaaah… kami ‘parkir bus’ dan mengandalkan serangan balik begitu berhasil mencetak gol cepat. Kami bertahan di sepanjang laga hingga akhirnya mereka berhasil menyamakan kedudukan. Namun, itu benar-benar pertandingan yang mengagumkan,” kenang Pochettino.
Donny van de Beek merayakan golnya ke gawang Tottenham Hotspur. Foto: Reuters/Andrew Couldridge
Jika Pochettino merasakan sendiri bahwa underdog pun bisa lolos dari lubang jarum, tentunya ia berharap peristiwa serupa dialami Spurs. Situasi Spurs dan Ajax jelang laga perebutan tiket final ini ibarat langit dan Bumi.
Mental Ajax diprediksi sedang bagus-bagusnya. Mereka baru saja menjadi kampiun KNVB Cup yang juga menjadi trofi pertama tim besutan Erik ten Hag.
ADVERTISEMENT
Sementara, Spurs menelan tiga kekalahan beruntun di Premier League 2018/19. Malahan di pertandingan teranyar melawan Bournemouth, kekalahan 0-1 juga diwarnai dengan kartu merah Son Heung-min dan Juan Foyth. Itu belum ditambah dengan penyerang andalan mereka, Harry Kane, yang dipastikan tak bisa merumput sampai akhir musim akibat cedera.
Berangkat dari sini, tak berlebihan jika Ajax yang paling diunggulkan melaju ke final. Terlebih, leg kedua digelar di kandang Johan Cruijff Arena alias kandang Ajax.
Kabar baiknya, Spurs belum kehilangan harapan seluruhnya. Kalah 0-1 memang membuat mereka harus mencetak setidaknya dua gol tanpa balas untuk berlaga ke final. Bukan misi mudah, tapi bukannya mustahil.
Menyoal dua gol tadi, Spurs bisa berharap pada Son yang sudah bisa bertanding. Terlebih, catatan gol pemain berkebangsaan Korea Selatan ini menjanjikan: 20 gol di lintas ajang.
ADVERTISEMENT
"Semuanya tetap mungkin bila kami bertanding dengan berani dan mental pemenang,” ucap Pochettino.
***
Leg kedua semifinal Liga Champions 2018/19 antara Ajax Amsterdam dan Tottenham Hotspur akan digelar di Johan Cruijff Arena pada Kamis (9/5/2019). Sepak mula akan berlangsung pada pukul 02:00 WIB.