Di Stamford Bridge, Kepa Arrizabalaga Membangun Epos

10 Mei 2019 7:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjaga Gawang Chelsea, Kepa Arribazalaga, menahan tendangan penalti dari pemain Eintracht Frankfurt,  Martin Hinteregger. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Penjaga Gawang Chelsea, Kepa Arribazalaga, menahan tendangan penalti dari pemain Eintracht Frankfurt, Martin Hinteregger. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Tidak ada lagi bocah bengal yang berdiri di depan gawang Chelsea. Tidak ada lagi penjaga gawang yang menolak untuk ditarik keluar oleh pelatihnya. Kepa Arrizabalaga menjadi pahlawan, menjadi penyelamat yang mengantarkan Chelsea ke laga final Liga Europa 2018/19.
ADVERTISEMENT
Leg kedua semifinal pada Jumat (12/5/2019) mesti berlanjut ke babak adu penalti. Chelsea dan Eintrach Frankfurt bermain sama kuat 1-1 hingga babak tambahan selesai. Itu berarti kedudukan secara agregat pun imbang 2-2. Tak ada cara lain, tiket puncak diperebutkan dengan laga satu lawan satu.
Dari lima eksekusi penalti, ada dua penyelamatan yang dilakukan oleh Kepa. Martin Hinterreger dan Goncalo Paciencia merasakan sendiri keperkasaan Kepa di depan gawang Chelsea. Sebelum adu penalti, sudah ada enam aksi penyelamatan yang dikemas kiper asal Spanyol ini.
"Di Wembley, saya meminta maaf kepada semua orang. Sekarang adalah pertandingan yang berbeda dan kami sangat gembira bisa melangkah ke Baku. Di babak adu penalti terakhir kami di sini, kami juga menang. Kami akan melakoni final istimewa melawan Arsenal yang juga menjadi Derbi London," ucap Kepa.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang yang menyaksikan pertandingan ini akan mengingat apa yang terjadi pada final Piala Liga Inggris 2019. Kala itu, Chelsea berduel melawan Manchester City di partai puncak. Mirip dengan laga melawan Frankfurt, duel melawan City itu juga harus berlanjut ke adu penalti. Hanya, kala itu skor bertahan 0-0.
Ketika babak tambahan hampir selesai, Wilfredo 'Willy' Caballero bersiap bangkit dari bangku cadangan. Ia melepas jaket dan memperlihatkan jersi kiper yang berwarna hijau kekuningan itu, lalu berjalan ke tepi lapangan.
Ada alasan mengapa Caballero tiba-tiba bangkit. Oleh Maurizio Sarri, kiper Argentina itu sengaja disiapkan untuk babak adu penalti.
Namun, hingga babak adu penalti selesai, tak ada Willy yang bersiaga di depan gawang Chelsea. Kepa menolak diganti. Ia kukuh berdiri di sana walau David Luiz sudah berusaha membujuknya agar menurut.
ADVERTISEMENT
Kepa menolak diganti saat hadapi City di final Piala Liga. Foto: Reuters/Carl Recine
Rencananya gagal total, Sarri pun marah bukan kepalang. Kamera televisi sempat menyorotnya saat sedang memukul-mukul bangku cadangan.
Di akhir cerita Chelsea kalah. Akhir yang buruk dan sekaligus menjadi bukti bahwa tak ada yang salah dengan hitung-hitungan Sarri. Kepa memang sukses menahan sepakan Leroy Sane. Akan tetapi, dia membuat blunder saat menghadapi tendangan Sergio Aguero.
Kepa mampu menggapai bola yang diarahkan ke sudut kanan bawah tetapi bola itu kemudian lepas dan bergulir masuk ke dalam gawang. Gelar juara pun akhirnya kembali melayang ke Kota Manchester.
Segala hal tentang Kepa yang terjadi di semifinal Liga Europa adalah kebalikannya. Eksekusi Eden Hazard yang tak dapat dimentahkan oleh Kevin Trapp menjadi penutup manis perjalanan Chelsea mencapai final.
ADVERTISEMENT
Bicara soal aksi penyelamatan Kepa, yang paling ajaib adalah saat ia mematahkan sepakan Hinteregger. Bek tengah Frankfurt yang menjadi eksekutor keempat itu melepaskan tembakan lurus menyusur tanah. Alih-alih menangkap bola, Kepa justru menghentikannya dengan menjepit bola di kedua betisnya.
Pemain-pemain Chelsea merayakan keberhasilan melangkah ke final Liga Europa 2018/19. Foto: REUTERS/David Klein
"Di era sekarang, setiap penjaga gawang akan menganalisis dan berusaha mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Kami akan selalu mencari cara yang dapat menyelamatkan kami dari situasi genting," jelas Kepa.
"Selalu ada campur tangan keberuntungan dalam babak adu penalti. Hari ini kami menang, hari lain bisa kalah. Saya juga meminta maaf karena Frankfurt tidak pantas menerima kekalahan ini. Mereka bermain dengan sangat hebat, mereka adalah tim yang begitu kuat," ucap Kepa.
ADVERTISEMENT
Frankfurt memang tidak datang ke Stamford Bridge dengan mental kerdil, mereka tak bermain sebagai tim semenjana. Meski Chelsea mampu mencetak keunggulan pertama via Ruben Loftus-Cheek pada menit 28, Frankfurt sanggup membalas melalui gol Luka Jovic pada menit 49.
Meski tak memenangi penguasaan bola, Frankfurt membuktikan diri sebagai tim yang agresif. Oke, kuantitas serangan mereka memang kalah dari Chelsea. Bila dikalkulasi, Frankfurt membuat 14 upaya, sementara Chelsea 16 percobaan.
Luka Jovic merayakan gol ke gawang Chelsea. Foto: Reuters/John Sibley
Tapi, selisih itu juga bukan jarak yang jauh. Lantas, agresivitas itu ditunjukkan Frankfurt dalam rupa yang lain: aksi defensif.
Di sepanjang laga, ada 31 tekel sukses dari 53 percobaan yang dibuat Frankfurt. Itu belum ditambah dengan 22 intersep dan 33 sapuan. Bandingkan dengan Chelsea yang hanya mengemas 17 tekel sukses dari 26 percobaan, 20 sapuan, dan 13 intersep.
ADVERTISEMENT
Keberadaan gelandang petarung macam Mijat Gacinovic dan Danny da Costa memang jadi keuntungan sendiri bagi Frankfurt untuk membangun serangan lewat skema counterpressing dari tengah lapangan. Sayangnya, upaya untuk menangkal dominasi penguasaan bola Chelsea itu urung membuahkan hasil sepadan karena serangan Frankfurt acap putus di area pertahanan.
Chelsea merayakan kemenangan di semifinal Liga Europa. Foto: REUTERS/Hannah Mckay
"Ini benar-benar laga semifinal yang berat, tak cuma di leg kedua, tapi juga leg pertama. Kami cukup beruntung dapat menembus final yang mana bakal berjalan sulit," lanjut Kepa.
Keberhasilan Chelsea menjejak ke partai puncak mempertemukan mereka dengan Arsenal. Berlaga di Mestalla, Arsenal tampil perkasa dan menundukkan Valencia dengan skor 4-2. Di leg pertama, Arsenal bahkan sudah menyegel kemenangan 3-1.
Tak pelak, laga ini diprediksi akan berjalan sengit. Terlebih duel final itu mempertemukan dua tim Kota London. Derbi London, itulah tajuk utama laga pemungkas di Baku. Namun, tak ada laga yang berjalan tanpa kesulitannya masing-masing. Apalagi ini pertandingan final, duel terakhir memperebutkan mahkota juara kompetisi level Eropa.
ADVERTISEMENT