Eintracht Frankfurt vs Arsenal: Bangun Ulang Momentum

19 September 2019 14:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eintracht Frankfurt merayakan kemenangan atas Strasbourg yang meloloskan mereka ke fase grup Liga Europa. Foto: AFP/Daniel Roland
zoom-in-whitePerbesar
Eintracht Frankfurt merayakan kemenangan atas Strasbourg yang meloloskan mereka ke fase grup Liga Europa. Foto: AFP/Daniel Roland
ADVERTISEMENT
Menjadi korban dari kesuksesannya sendiri. Itulah Eintracht Frankfurt musim ini. Atas penampilan gemilang musim lalu, mereka harus membayar harga mahalnya sekarang.
ADVERTISEMENT
Musim lalu Eintracht berhasil menembus semifinal Liga Europa. Mereka juga sempat bertarung memperebutkan satu tiket zona Liga Champions meskipun harus tersisih di pekan-pekan terakhir.
Capaian itu tak bisa dipisahkan dari performa gemilang para pemain depan mereka, wabil khusus Luka Jovic, Sebastien Haller, serta Ante Rebic. Ketiga pemain itu mampu mencetak 57, atau sekitar 64%, gol Eintracht musim lalu.
Kini, mereka semua telah pergi. Catatan apik musim lalu membuat ketiga pemain itu pindah ke klub-klub yang lebih besar. Jovic ke Real Madrid, Haller ke West Ham United, Rebic ke Milan.
Dengan demikian, striker yang tertinggal kini hanyalah Goncalo Paciencia. Musim ini dia bertandem dengan Andre Silva yang baru saja datang dari Milan.
ADVERTISEMENT
Goncalo Paciencia mulai tajam setelah Luka Jovic, Sebastien Haller, dan Ante Rebic angkat kaki. Foto: AFP/John MacDougall
Sepintas, duet Paciencia dan Silva tampak jauh dari kata ideal. Pasalnya, musim lalu duo Portugal itu hanya bisa mengemas total 16 gol. Ini menunjukkan betapa menurunnya daya gedor Eintracht musim ini.
Akan tetapi, menghadapi Arsenal di Liga Europa, Kamis (19/9/2019) malam WIB nanti, bukan berarti mereka tak punya kans. Ya, Eintracht memang kehilangan tiga bintang sekaligus tetapi ada satu pemain kunci yang sukses mereka pertahankan.
Pemain kunci yang dimaksud adalah Filip Kostic. Sosok yang baru saja dipermanenkan dari Hamburger ini musim lalu berhasil mencatatkan 12 gol dan 8 assist di Bundesliga dan Liga Europa.
Dengan kepergian Jovic, Haller, dan Rebic, otomatis beban terbesar untuk menghidupkan serangan Eintracht ada pada pundak Kostic. Sampai sejauh ini pemain asal Serbia itu sudah berhasil menorehkan 4 gol dan 1 assist.
ADVERTISEMENT
Kostic pun tidak akan sendirian karena dia bakal sangat terbantu dengan kehadiran Paciencia yang mampu menemukan ketajaman. Musim lalu catatan gol Paciencia mentok di angka lima tetapi itu terjadi karena pemain 25 tahun itu terbilang jarang tampil.
Pemain andalan Eintracht Frankfurt, Filip Kostic. Foto: AFP/Daniel Roland
Per Transfermarkt, menit bermain Paciencia musim lalu hanya menyentuh angka 461. Seiring dengan kepergian tiga bintang tadi, Paciencia pun jadi andalan. Dia sudah bermain di seluruh laga Eintracht musim ini.
Hasilnya tak mengecewakan. Dari 11 pertandingan Bundesliga dan Kualifikasi Liga Europa, Paciencia mampu mencetak 6 gol dan 1 assist. Jumlah gol sekian dia bagi rata dalam dua ajang tersebut.
Selain karena keberadaan Kostic dan kebangkitan Paciencia, Eintracht juga masih berhak untuk tetap bersikap optimistis karena pelatih mereka musim lalu, Adolf Huetter, masih bertahan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, identitas permainan Eintracht pun masih terjaga. Pakem tiga bek masih jadi andalah Huetter meskipun sejauh ini dia sudah menggunakan tiga variasi berbeda di Bundesliga. Semua tergantung siapa lawan yang dihadapi.
Jika hanya dilihat dari formasinya, Eintracht tampak seperti tim yang defensif. Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian. Mereka bisa menyerang dan bertahan sama baiknya karena fleksibilitas taktik Huetter.
Pelatih Eintracht Frankfurt, Adolf Huetter. Foto: Reuters/Ralph Orlowski
Sisi sayap menjadi kunci dinamika permainan Eintracht di mana kehadiran Kostic mampu membuatnya lebih hidup. Kostic yang bermain di sayap kiri itu lebih sering bergerak ke depan membantu serangan. Jika hal ini terjadi, Martin Hinteregger akan bergerak ke sisi kiri untuk jadi bek kiri dadakan.
Di sisi seberang, agresivitas Kostic ini diimbangi oleh kedisiplinan Danny da Costa yang lebih konservatif. Dengan begitu, saat menyerang, formasi Eintracht bisa berubah menjadi 4-2-3-1 atau 4-3-3.
ADVERTISEMENT
Dengan situasi yang ada saat ini bisa dibilang performa Eintracht sudah cukup memuaskan. Di Kualifikasi Liga Europa, mereka menang lima kali dan kalah sekali. Kekalahan itu pun 'hanya' mereka derita dengan skor tipis 0-1.
Kemudian, di ajang Bundesliga, Eintracht telah menjalani empat laga. Dari sana mereka mendapat dua kemenangan dan dua kekalahan. Meski begitu, dua kekalahan itu diterima dari RB Leipzig sang pemuncak klasemen dan Augsburg yang sulit ditumbangkan di kandangnya.
Nah, lawan seperti itulah yang akan dihadapi Arsenal nanti. Tidak benar-benar mengerikan, memang, tetapi sangat layak untuk diwaspadai. Apalagi, penampilan Arsenal sedang jelek-jeleknya.
The Gunners tidak pernah menang dalam tiga laga terakhir. Mereka dikalahkan Liverpool serta ditahan imbang Tottenham Hotspur dan Watford. Menariknya, penampilan paling mengkhawatirkan Arsenal justru ketika bermain imbang.
ADVERTISEMENT
Laga kontra Tottenham dan Watford menggarisbawahi sebuah permasalah serius dalam permainan Arsenal. Yakni, rentannya mereka berbuat kesalahan. Tiga dari empat gol yang bersarang di gawang mereka adalah buah dari kesalahan sendiri.
Kesalahan-kesalahan itu sebenarnya merupakan imbas dari problem yang lebih besar lagi. Dalam lima laga Premier League musim ini Arsenal tak pernah sekali pun mampu mendominasi lawan, termasuk saat berhadapan dengan tim-tim yang lebih lemah.
Saat menang atas Burnley di pekan kedua, misalnya, Arsenal mencatatkan lebih sedikit tembakan ketimbang tim lawan. Setelah itu situasinya memburuk. Saat ditahan Watford, Arsenal cuma membuat 7 tembakan. Padahal, lawan berhasil mencatatkan 31 upaya.
Dengan kata lain, masalah Arsenal bukan cuma terletak di pertahanan, tetapi di segala lini. Keengganan Unai Emery untuk mengambil inisiatif membuat Arsenal menderita. Hasil yang didapat pun jauh dari kata maksimal.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Liga Europa tetap saja merupakan taman bermain yang menyenangkan bagi Emery. Keberhasilan menembus final musim lalu—walau akhirnya kalah telak dari Chelsea—tak bisa dikesampingkan begitu saja.
Unai Emery mendampingi Arsenal dalam pertandingan Premier League 2019/20 menghadapi Burnley. Foto: Reuters/David Klein
Di laga melawan Eintracht nanti Arsenal punya kans untuk membangun ulang momentumnya. Eksperimen bisa dilakukan Emery untuk menjajal pemain-pemain yang selama ini masih belum dapat banyak kesempatan.
Nama-nama seperti Callum Chambers, Joe Willock, Reiss Nelson, bahkan Shkodran Mustafi bisa diberi kepercayaan tampil. Selain untuk mengistirahatkan para pemain inti, kesempatan ini bisa juga membuka opsi bagi Emery di laga-laga mendatang.
Sayang, Arsenal nanti belum bisa diperkuat Alexandre Lacazette. Usai ditahan imbang Watford, Pierre-Emerick Aubameyang secara khusus menyoroti hal tersebut. Ketiadaan Lacazette mengurangi daya gedor serta agresivitas Arsenal secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Situasi ini wajib disikapi Emery dengan bijak. Dia tidak bisa lagi bermain aman dengan mencoba menyesuaikan diri dengan permainan lawan. Arsenal harus menunjukkan agresivitasnya sendiri jika masih berminat meraih kemenangan.
=====
Eintracht Frankfurt akan menjamu Arsenal di Commerzbank-Arena dalam pertandingan fase grup Liga Europa, Kamis (19/9/2019) malam pukul 23:55 WIB.