Erick Thohir Tertarik Pegang Operator Liga

10 Oktober 2019 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erick Thohir bersama pemilik saham mayoritas Persis Solo, Her Subrabu, di Stadion Manahan. Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
zoom-in-whitePerbesar
Erick Thohir bersama pemilik saham mayoritas Persis Solo, Her Subrabu, di Stadion Manahan. Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
ADVERTISEMENT
PSSI limbung tanpa ketua umum. Edy Rahmayadi mundur. Joko Driyono kemudian muncul mengisi kursi nomor satu federasi. Namun, tak lama kemudian ia tersandung kasus pidana.
ADVERTISEMENT
Iwan Budianto sebagai pelaksana tugas Ketua Umum (Ketum) PSSI tak bisa berbuat banyak. Gelombang permintaan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih Ketum PSSI baru tak terbendung.
Pada 27 Juli akhirnya KLB digelar. Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan terbentuk. Pemilihan sendiri digelar pada 2 November mendatang.
Warganet ramai menyambut pemilihan Ketum PSSI yang anyar. Mereka berandai-andai dengan mengembuskan calon-calon yang pas menjadi orang nomor satu federasi.
Ilustrasi PSSI Foto: ADEK BERRY / AFP
Erick Thohir salah satu di antara harapan masyarakat. Ia dicap mengerti sepak bola dan paham pengelolaan organisasai yang baik. Namun, Erick menolak meramaikan bursa calon Ketum PSSI. “Tidak mau!” ujarnya singkat kepada kumparanBOLA.
Selain menolak tawaran menjadi Ketum PSSI, Erick ternyata tak berniat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga. Sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi–Ma’ruf Amin, Erick tentunya bisa dengan mudah “meminta” jabatan Menpora periode 2019-2024.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, dia malah mengincar pos lain. Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) menjadi jabatan yang diinginkannya dalam pemerintahan Jokowi jilid kedua ini.
“Saya ingin KEIN. Bidang saya ekonomi. Sangat bagus kalau ada orang yang bisa dekat dengan pemerintah dan bicara ekonomi, bukan politik. Kalau dikasih kesempatan, saya mau di situ,” kata Erick.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Erick Thohir memberikan keterangan pers terkait kampanye terbuka Jokowi-Maaruf di Rumah Cemara, Jakarta, Sabtu (23/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Meski demikian, ternyata Erick tak ingin melepaskan keterlibatannya di sepak bola Indonesia. Selain masih menjabat sebagai Wakil Komisaris Persib, Erick belum lama dikabarkan ingin mengakuisisi saham mayoritas Persis Solo.
Belakangan, saat ditemui di Kongres Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pada Rabu (9/10/2019), Erick mengaku tertarik memegang operator kompetisi.
“Setelah kepengurusan PSSI yang baru terbentuk, bila mereka mengajak untuk membenahi liga secara bisnis, saya oke saja. Belum ada omongan karena memang belum ada kepengurusan baru. Di KOI ada sisa uang, apalagi di liga nanti,” kata Erick.
ADVERTISEMENT
Meski mengapungkan niat ingin menjadi operator liga, Erick punya syarat. Ia tak ingin terjadi match fixing di kompetisi.
“Kalau memang semua klub sepakat mau dibenahi liganya dan dijalankan secara profesional, saya siap. Dan, tidak ada match fixing. Buat apa bila masih ada match fixing," ucap Erick.
Erick Thohir (kedua kanan) berbincang saat kunjungan di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
"Harus dikelola profesional dan tidak ada sistem yang selama ini berjalan. Match fixing itu membohongi rakyat. Sudah datang jauh-jauh ke stadion, beli tiket, tapi pertandingannya diatur,” lanjutnya.
Erick memang sosok yang dinilai banyak orang paham bisnis, terutama di bidang olahraga. Rekam jejaknya di sepak bola bahkan sudah mendunia.
Dia tercatat pernah memiliki Inter Milan dan DC United. Terbaru, Erick membeli Oxford United—klub League One (kompetisi level ketiga Inggris).
ADVERTISEMENT
Bahkan, menyinggung semasa menjabat Ketum KOI periode 2014-2019, Erick membuat keuangan organisasi sehat. KOI jadi tidak terlalu bergantung kepada pemerintah.
“KOI ada dana abadi dan dana operasional. Berarti, dana abadi untuk keperluan darurat. KOI tinggal ngomong ke anggota mau mencairkan dana abadi. KOI saja saya jadikan bisnis. Bukan berarti tanpa bantuan pemerintah sepenuhnya, ya," jelasnya.
"Mengirim atlet dengan dana Rp100 miliar tentu KOI tidak kuat, harus ada bantuan pemerintah. Namun, paling tidak hidup bulanan KOI dari operasional sudah lumayan sekarang. Tidak semua bergantung ke pemerintah,” tambah Erick.
Lebih lanjut, Erick menuturkan bisa ‘menjual’ kontingen Indonesia sebagai merek dagang. Sponsor berdatangan untuk membiayai atlet.
“Saya pengusaha. Semua yang saya presentasikan di KOI akhirnya terjadi. Kami punya fasilitas mencari dana. KOI punya uang. Memang, KOI tidak bisa dijual karena ada sponsor dari IOC (Komite Olimpiade Internasional). Namun, kita punya tim Indonesia yang bisa dijual,” pungkas Erick.
ADVERTISEMENT