Fakhri Husaini: Lebih Terhormat Gagal dengan Produk Lokal daripada Sukses Palsu

21 Agustus 2020 8:22 WIB
Pelatih kepala timnas Indonesia U-19 Fakhri Husaini memberikan instruksi kepada para pemainnya pada pertandingan persahabatan melawan timnas Iran di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih kepala timnas Indonesia U-19 Fakhri Husaini memberikan instruksi kepada para pemainnya pada pertandingan persahabatan melawan timnas Iran di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Fakhri Husaini geram betul dengan isu penggunaan pemain naturalisasi untuk Timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala Dunia U-20 2021. Menurutnya, cara-cara seperti itu menunjukkan bahwa PSSI saat ini sedang panik sebagai tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Dari isu yang beredar, terdapat lima pemain asal Brasil yang berusia 18-19 tahun yang akan dinaturalisasi. Masing-masing dua pemain berada di Persija dan Arema, sementara satu pemain lainnya di Madura United.
PSSI menepis anggapan bahwa kelima pemain tersebut merupakan bagian dari proyek naturalisasi pihaknya. Menurut mereka, keberadaan pemain-pemain muda asal Negeri Samba itu murni kepentingan klub.
Namun, isu tersebut kadung meluas. Apalagi, sejumlah pihak sebelumnya menyatakan bahwa kelima pemain itu datang ke Indonesia tak lain atas permintaan PSSI.
Fakhri menilai jika nantinya benar-benar ada pemain naturalisasi di tubuh Timnas U-19, hal itu akan mematahkan semangat para pemain muda lokal. Di bawah Shin Tae-yong, saat ini mereka tengah menjalani Training Center (TC) di Jakarta yang telah berlangsung sekitar tiga pekan.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana 35 anak (ikut TC) yang sedang semangat-semangatnya, lalu mendengar berita seperti itu. Mereka ini pemain masa depan kita, kalau pun mereka gagal, kita harus mendukung mereka,” ujar Fakhri ketika berbincang dengan kumparan, Jumat (21/8).
Lima pemain asal Brasil yang diisukan dinaturalisasi PSSI. Foto: Instagram/Madura United/Persija/Arema FC
“Ini kan sama saja mau berjuang, tapi sudah enggak berani, lutut sudah gemetar. Kalau memang enggak pede dengan pemain lokal, kenapa kemarin menggebu-gebu jadi tuan rumah? Saya enggak tahu ini kepanikan PSSI atau pemerintah. Kalau kepanikan PSSI, berarti PSSI sudah enggak percaya dengan hasil kompetisi yang mereka buat, enggak percaya dengan produk SSB,” lanjutnya.
Mantan juru latih Timnas U-16 dan U-19 ini juga menilai isu penggunaan pemain naturalisasi itu sama saja tak menghargai para pemain yang sudah berjuang sebelumnya. Apalagi, banyak dari nama-nama yang mengikuti TC di Timnas U-19, pernah membawa Timnas U-16 juara Piala AFF 2018.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, PSSI seharusnya memberikan apresiasi kepada para pemain muda lokal, bukan malah berencana melakukan naturalisasi. Perhelatan Piala Dunia U-20, lanjut Fakhri, sejatinya merupakan medium yang tepat untuk mengukur sejauh mana level sepak bola Indonesia.
“Bukan seperti ini cara membangun sepakbola, mengambil pemain dari luar, terus diberikan paspor yang katanya untuk memperkuat bangsa. Jangan-jangan lagu Indonesia Raya saja mungkin belum hafal. Piala Dunia U-20 sebenarnya paling bagus untuk melihat sepak bola kita di dunia sudah sampai sejauh mana. Kalau saya, lebih terhormat gagal dengan produk lokal, daripada sukses tapi sukses palsu,” tegasnya.
“Saya yakin Shin Tae-yong juga enggak akan mau gagal atau babak belur di sana, karena dia akan mempertaruhkan reputasinya. Dia pasti juga sudah punya rencana, punya game plan buat tampil di Piala Dunia U-20. Ajang ini seharusnya jadi momentum yang baik untuk PSSI dan pemerintah untuk mengevaluasi dan menyusun rencana ke depan seperti apa,” kata mantan kapten Timnas Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Fakhri melihat keberadaan pemain naturalisasi juga sama saja mengkhianati seluruh kompetisi dan pembinaan usia muda di Indonesia. Menurutnya, semua program tersebut perlu dievaluasi jika nantinya timnas usia muda memakai jasa pemain naturalisasi.
“Pemerintah tiap tahun rutin menggelar liga pelajar, ada gala siswa, belum lagi PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar). Dengan semua program dan pusat pelatihan yang ada, tapi masih pakai pemain naturalisasi, berarti semua program itu harus dievaluasi. Kenapa enggak dari situ yang kita maksimalkan. Kalau enggak dapat dari situ, berarti ada yang salah dalam proses seleksinya atau merekrutnya,” ucapnya.
Fakhri Husaini memberikan instruksi kala Timnas U-16 berlaga melawan Australia. Foto: Adam Aidil Dok. AFC
“Semua anak-anak punya cita-cita luhur jadi pemain timnas, tujuan akhir mereka kan memakai baju Merah Putih. Tapi, ketika tiba-tiba ada program naturalisasi, entah berapa banyak anak-anak SSB yang berhenti main bola,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.