FIFPro: Penangguhan Kompetisi Picu Gejala Gangguan Mental pada Pesepak Bola

21 April 2020 7:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Anfield Gate. Foto: Paul ELLIS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
The Anfield Gate. Foto: Paul ELLIS / AFP
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang membuat aktivitas sepak bola hampir di seluruh dunia terhenti tidak hanya berimbas pada guncangan finansial sejumlah klub.
ADVERTISEMENT
Mengutip laporan The Guardian, Asosiasi Pesepak Bola Profesional Internasional (FIFPro) menjelaskan bahwa penangguhan kompetisi akibat mewabahnya virus corona turut memicu gejala gangguan mental di kalangan pelakon sepak bola.
FIFPro melakukan survei sejak 22 Maret sampai 14 April 2020 pada 1.602 pesepak bola profesional di 16 negara. Dari ke-16 negara tersebut, tiga di antaranya adalah Inggris, Skotlandia, dan Republik Irlandia.
Hasilnya, sekitar 22% dari 468 pesepak bola wanita profesional dan 13% dari 1.134 pesepak bola pria profesional mengalami gejala yang konsisten dengan diagnosis depresi.
Kiper Inter Milan, Samir Handanovic, dalam laga Derby d'Italia kontra Juventus yang digelar tanpa penonton akibat virus corona. Foto: Reuters/Massimo Pinca
Itu belum ditambah dengan gejala gangguan kecemasan. Jika di kalangan pesepak bola wanita (dalam populasi tadi) mencapai 18%, di kalangan pesepak bola pria mencapai 16%.
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian akan efek jangka panjang pandemi menjadi salah satu stressor (pemicu) gejala gangguan mental tersebut. Masih mengutip The Guardian, FIFPro menjelaskan bahwa pandemi membuat para pesepak bola itu khawatir akan masa depan mereka.
Meski dalam hitung-hitungan di atas kertas pesepak bola memiliki kualitas finansial yang kokoh, mereka tetap merasa terancam secara jangka panjang. Toh, permintaan pemotongan gaji yang diajukan klub belakangan menjadi kabar yang masif terdengar.
Kondisi tambah tak mengenakkan karena di saat bersamaan, para pelakon sepak bola tidak dapat berinteraksi secara bebas dengan orang-orang terdekat mereka. Survei ini menunjukkan bahwa rerata usia pesepak bola pria adalah 26 tahun, sedangkan wanita 23 tahun.
Kebanyakan dari mereka juga tinggal di negara asing yang mengharuskan mereka berjarak dengan orang-orang terdekat, termasuk sahabat dan keluarga. Kondisi ini dianggap FIFPro punya andil terhadap gangguan mental tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kondisinya seperti ini. Tiba-tiba pesepak bola pria dan wanita--yang kebanyakan masih dalam usia muda--harus menghadapi social distancing (pembatasan sosial), penangguhan aktivitas profesional, serta keraguan akan masa depan mereka," jelas Kepala Medis FIFPro, dokter Vincent Gouttebarge, dikutip dari The Guardian.
"Mungkin ada sejumlah pesepak bola yang tidak dipersiapkan atau tidak memiliki bekal yang baik dalam menghadapi perubahan ini. Kami mendorong mereka untuk mencari bantuan dari orang yang mereka percayai ataupun profesional kesehatan mental," ujar Gouttebarge.
Seseorang berlari melewati poster dengan pesan harapan, ketika penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Manchester, Inggris. Foto: REUTERS/Phil Noble
Nasib sebagian besar kompetisi sepak bola di seluruh dunia belum jelas hingga sekarang. Beragam wacana, seperti Premier League dan Serie A 2019/20 digulirkan kembali pada Juni, memang mulai mencuat.
Akan tetapi, belum ada keputusan resmi karena bagaimanapun, kompetisi hanya akan dilanjutkan jika situasi sudah benar-benar aman.
ADVERTISEMENT
Catatan editorial:
Anda bisa mencari bantuan jika mengetahui orang lain atau Anda sendiri mengalami gangguan kecemasan dan/atau depresi dengan menghubungi psikolog, psikiater, atau rumah sakit terdekat.
Anda juga bisa menghubungi sejumlah komunitas seperti Yayasan Pulih di nomor 0811 8436 633 dan (021) 7884 2580 atau Into the Light dengan mengontak surel [email protected] dan [email protected], serta hotline darurat 119 untuk pertolongan pertama.
====
Simak panduan lengkap dalam menghadapi pandemi corona dalam Pusat Informasi Corona: Sebuah inisiatif yang dirancang kumparan untuk membantu masyarakat Indonesia.