Final Piala FA: Tekad Doucoure untuk Ciptakan Sejarah Bersama Watford

17 Mei 2019 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doucoure kala melayani sesi tanda tangan bersama suporter Watford. Foto: REUTERS/Ian Walton
zoom-in-whitePerbesar
Doucoure kala melayani sesi tanda tangan bersama suporter Watford. Foto: REUTERS/Ian Walton
ADVERTISEMENT
Sabtu (18/5/2019) malam WIB, laga final Piala FA antara Manchester City dan Watford akan berlangsung. Bagi penggawa Watford, Abdoulaye Doucoure, laga ini menjadi kesempatan untuk menciptakan sejarah bersama klubnya.
ADVERTISEMENT
Laga final ini memang menjadi ajang bagi Watford untuk menuliskan sejarah. Jika mampu mengalahkan City, Watford akan merengkuh trofi Piala FA untuk pertama kalinya sejak mereka berdiri tahun 1898. Lebih dari itu, trofi Piala FA ini juga akan menjadi trofi mayor pertama mereka sepanjang sejarah.
Fakta itulah yang tentunya menjadi motivasi Doucoure. Namun, gelandang asal Prancis itu rupanya juga memiliki motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Perjalanan karier sepak bolanya yang sulit menjadi motivasi pribadinya.
“Ketika Anda telah menjalani hal yang berat dalam karier, Anda ingin sesuatu yang menyenangkan. Berada di final adalah sesuatu yang menyenangkan. Semua pemain yang ada di Watford juga telah menjalani hal yang berat. Final ini adalah hadiah yang kami dapatkan, tetapi ini adalah saatnya kami membuat sejarah,” kata Doucoure dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Doucoure di laga melawan West Brom. Foto: Reuters/Peter Cziborra
Perjalanan Doucoure untuk dapat tampil di ajang bergengsi seperti final Piala FA memang sama sekali tidak mudah. Di awal kariernya, Doucoure sempat digadang-gadang menjadi gelandang masa depan Tim Nasional Prancis. Ia bahkan sempat menjadi tandem Paul Pogba di tim junior Les Bleus.
Sayang, perkembangannya mesti terhambat oleh cedera yang menjadi momok pesepak bola, cedera ligamen lutut. Parahnya, tak hanya sekali Doucoure terhambat cedera itu, melainkan dua kali.
Untungnya, Doucoure berhasil bangkit. Pria yang memiliki darah Mali ini tampil bagus bersama klubnya, Rennes. Pada akhirnya, ia direkrut oleh Watford di tahun 2016 silam.
Namun, awal kariernya bersama Watford tak berjalan mulus. Setelah direkrut, ia langsung dipinjamkan ke klub gurem La Liga Spanyol, Granada. Bagi Doucoure, peminjamannya ini adalah sesuatu yang sulit, tetapi ia berhasil belajar banyak hal dari situ.
ADVERTISEMENT
“Ketika saya tiba, saya harus pergi ke Granada. Pada awalnya, itu adalah sesuatu yang sulit diterima. Namun, saya bermain bagus di sana. Saya berhadapan dengan tim-tim terbaik di dunia seperti Real Madrid dan Barcelona. Itu adalah pengalaman yang bagus buat saya, dan saya menjadi lebih kuat saat kembali ke Watford," kenangnya.
Aksi Doucoure bersama Watford di laga melawan Chelsea. Foto: Reuters/Matthew Childs
Ucapan Doucoure itu memang benar. Saat kembali membela Watford di musim 2017/18, ia menjelma menjadi salah satu pemain terbaik Premier League yang bermain di luar klub top six. Ia bahkan dinobatkan menjadi Pemain Terbaik Watford di musim tersebut.
Di musim 2018/19 ini, Doucoure kembali meneruskan performa apiknya. Lima gol plus enam assist berhasil ia kemas di Premier League. Selain itu, tentu saja, ia berkontribusi terhadap kesuksesan The Hornets menembus final Piala FA.
ADVERTISEMENT
Lewat penampilannya itu, Doucoure kabarnya diminati oleh banyak klub besar di Eropa. Mulai dari Arsenal, Chelsea, hingga Paris Saint-Germain.
Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa laga final Piala FA ini akan menjadi laga terakhir Doucoure bersama Watford. Sang pemain pribadi pun tidak menyangkal.
“Ini akan menjadi pertandingan bagi saya untuk menunjukkan kualitas yang saya miliki. Ketika Anda memiliki kesempatan untuk bermain di depan banyak orang, Anda harus menampilkan kualitas Anda, memberikan yang terbaik. Setelah itu, mungkin Anda akan mendapatkan sesuatu yang tidak terduga,” ujar Doucoure.