CVR, Gary Pallister

Gary Pallister, Pilar Kokoh Istana Sir Alex Ferguson

24 Maret 2020 15:02 WIB
comment
154
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bek Manchester United, Gary Pallister, dalam pertandingan Premier League 1994/95 menghadapi Wimbledon di Selhurst Park, London. Foto: Getty Images/Mike Hewitt
zoom-in-whitePerbesar
Bek Manchester United, Gary Pallister, dalam pertandingan Premier League 1994/95 menghadapi Wimbledon di Selhurst Park, London. Foto: Getty Images/Mike Hewitt
Gary Pallister adalah seorang raksasa. Tubuhnya tinggi menjulang hingga 193 cm dan itu membuat dirinya jadi punya kelebihan dibanding pemain-pemain lainnya. Soal duel udara, misalnya, jangan ditanya lagi seperti apa kemampuannya.
Pallister lahir pada 1965 di sebuah kota pelabuhan bernama Ramsgate yang terletak di Inggris selatan. Meski demikian, dia tidak tumbuh besar di sana. Pallister kecil dibesarkan di kota bernama Norton yang berada di utara. Di sinilah kemudian rasa cintanya untuk Middlesbrough tumbuh.
Pada usia 19 tahun, Pallister berhasil mewujudkan mimpi bergabung dengan Middlesbrough setelah beberapa tahun menimba ilmu bersama klub non-liga, Billingham Town.
Pallister tidak bergabung dengan Middlesbrough di masa-masa yang menyenangkan. Pada musim 1984/85 itu Boro masih bermain di Divisi Dua dengan kondisi keuangan mengenaskan.
Bahkan, pada musim berikutnya, Middlesbrough harus terdegradasi ke Divisi Tiga dan dilikuidasi akibat krisis keuangan. Syukurnya, mereka masih bisa membayar lisensi untuk mengikuti kompetisi profesional.
Akan tetapi, di situasi sulit itulah Pallister justru terbentuk sebagai seorang pemain. Dia menjelma menjadi bek tangguh yang rela melakukan apa pun untuk menyelamatkan gawang timnya dari kebobolan. Postur tinggi besarnya tadi sangat membantu Pallister dalam menunaikan tugasnya.
Gary Pallister saat memperkuat Middlesbrough di dekade 1980-an. Foto: Middlesbrough FC
Berkat kontribusi Pallister, Middlesbrough pun langsung mendapat promosi kembali ke Divisi Dua pada akhir musim 1986/87. Setahun berselang, promosi ke Divisi Satu pun sukses mereka gamit.
Kiprah Pallister pada musim 1987/88 itu begitu hebat sampai dia pun mendapatkan panggilan dari Sir Bobby Robson untuk memperkuat Tim Nasional Inggris. Tak banyak pemain yang bermain untuk Three Lions saat berkiprah di Divisi Dua dan Pallister mendapatkan keistimewaan itu.
Saat Middlesbrough akhirnya berlaga di Divisi Satu pada 1988/89, Pallister terus secara konsisten menunjukkan ketangguhan di lini belakang. Sayangnya, Boro memang tak cukup tangguh untuk bertahan di sana.
Pada akhir musim itu Middlesbrough kembali terdegradasi ke Divisi Dua tetapi Pallister selamat dari degradasi tersebut. Dengan nilai transfer 2,3 juta poundsterling, Pallister hengkang ke Manchester United.
Pallister pun menjadi bek termahal Britania saat itu. Bahkan, kalau tidak ada Ian Rush yang memecahkan rekor transfer Britania saat dibeli Juventus dari Liverpool, Pallister-lah yang berhak memegang catatan tersebut.
Usia Pallister baru 24 tahun ketika bergabung dengan Manchester United. Ketika itu, Sir Alex Ferguson tengah membangun kekaisarannya dan Pallister datang di saat yang tepat.
Setahun sebelum Pallister tiba, Ferguson terlebih dahulu mendatangkan Steve Bruce dari Norwich City. Ada pertimbangan pragmatis di balik keputusan Ferguson mendatangkan kedua pemain itu.
Gary Pallister memperkuat Manchester United di laga Piala FA 1996/97 menghadapi Southampton di Old Trafford, Manchester. Foto: Allsport/Getty Images/Mark Thompson
Kala itu Ferguson memasuki musim ketiganya di Manchester United dan dia belum berhasil mendapatkan gelar apa-apa. Piala FA serta Piala Liga pun menjadi target Ferguson ketika itu dan ketangguhan Bruce bersama Pallister diharapkan bisa menjadi pembeda.
Pallister lebih tinggi 10 cm dibanding Bruce tetapi gaya permainan kedua pemain ini bisa dibilang nyaris tak berbeda. Bruce memang sedikit punya keunggulan teknis dan ini terbukti lewat kemampuan eksekusi penaltinya tetapi secara umum tidak banyak perbedaan di antara keduanya.
Baik Bruce maupun Pallister sama-sama merupakan bek klasik yang amat mengandalkan kekuatan fisik. Secara teknis, kedua pemain itu memang tidak saling melengkapi seperti, katakanlah, Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Namun, memang bukan itu prioritas Ferguson saat itu.
Ferguson hanya ingin gawang yang dikawal Jim Leighton dan Les Sealey saat itu aman dari kebobolan. Di kompetisi berbentuk turnamen macam Piala FA dan Piala Liga, pertahanan memang harus menjadi prioritas.
Cita-cita Ferguson itu akhirnya tercapai. Pada akhir musim 1989/90, dia berhasil mendapatkan gelar pertama sebagai manajer Manchester United. Usai menundukkan Crystal Palace dalam dua leg, United menjadi juara Piala FA.
Sebagai catatan, Ferguson sebelum itu sudah memiliki pemain-pemain macam Bryan Robson, Brian McClair, dan Mark Hughes tetapi baru setelah Bruce dan Pallister dipasangkan dia bisa mendapatkan trofi. Setahun sesudah itu, trofi Eropa pertama juga berhasil direngkuh usai menundukkan Barcelona di final Piala Winners.
Pallister dan Bruce sendiri berduet selama tujuh musim. Mereka tampil di lebih 800 pertandingan dengan 650 di antaranya di Premier League. Kebersamaan itu berakhir pada 1996 ketika Bruce yang telah berusia 36 tahun dilepas ke Birmingham City.
Bek legendaris Manchester United, Steve Bruce. Foto: Premier League
Selama berpasangan, Pallister dan Bruce berhasil meraup delapan trofi baik di level domestik maupun kontinental. Pada 1992/93, pada gelaran perdana Premier League, duet ini berhasil membawa United menjadi juara.
Bruce mencetak dua gol di laga kandang kontra Sheffield Wednesday untuk membawa Manchester United memastikan gelar juara. Pallister, sementara itu, punya kontribusi dalam bentuk lain. Sepanjang Premier League 1992/93 itu, Pallister tak pernah sekali pun absen dan selalu bermain penuh.
Ini membuat Pallister jadi satu-satunya pemain tim juara yang selalu turun bertanding sepanjang musim sebelum akhirnya John Terry menyamainya pada 2014/15. Wes Morgan (2015/16) dan Cesar Azpilicueta (2017/18) pun kemudian menyusul.
Sebagai duet di jantung pertahanan, Pallister dan Bruce memiliki karakter yang sama. Namun, ada perbedaan besar dari segi produktivitas.
Selama bermain untuk United, Bruce berhasil mengemas 51 gol dalam delapan musim. Pallister, sementara itu, hanya bisa mencetak 15 gol dalam kurun sembilan tahun. Meski begitu, Pallister seperti tahu kapan saat yang paling pas untuk membobol gawang lawan.
Gol pertama Pallister, misalnya, hadir dalam pertandingan kontra Nottingham Forest pada 1989. Itu merupakan gol tunggal yang membawa United menang 1-0 atas tim asuhan Brian Clough tersebut.
Kemudian, ada gol di partai terakhir musim 1992/93 kontra Blackburn Rovers. Saat itu, Pallister jadi satu-satunya pemain United yang belum mencetak gol sepanjang musim. Lewat sebuah tendangan bebas di menit ke-90, dia menaklukkan kiper Bobby Mimms.
Lalu, ada pula gol di semifinal Piala FA 1994/95 melawan Aston Villa yang membuat laga berakhir imbang dan harus diulang. Pada partai ulangan, Pallister kembali mencetak gol yang meloloskan United ke partai puncak.
Terakhir, jangan lupakan juga brace Pallister ke gawang Liverpool pada April 1997. Manchester United menang 3-1 pada laga di Anfield tersebut dan berhasil mempertahankan puncak klasemen dari kejaran Liverpool, Arsenal, serta Newcastle United. Di akhir musim, United jadi juara liga.
Pada musim 1996/97 itu juga Pallister sukses menjadi mentor bagi David May di lini belakang. Sayangnya, duet ini tak bertahan lama karena pada 1998 Pallister dilego kembali ke Middlesbrough. May pun akhirnya tersisih menyusul kedatangan Jaap Stam dan Ronnie Johnsen.
Tiga tahun setelah kembali ke Middlesbrough, Pallister pensiun di usia 36 tahun. Dia kemudian bekerja sebagai pandit dan sempat menjabat sebagai direktur operasional Darlington—klub tempatnya dipinjamkan pada 1985.
Saat ini Pallister masih kerap terlihat di Old Trafford sebagai duta Manchester United. Salah satu momen kehadiran Pallister di Old Trafford ada pada Derbi Manchester musim lalu ketika Manchester City meraih kemenangan 2-0.
Masa kejayaan Pallister memang sudah lama sekali lewat. Akan tetapi, mustahil untuk melupakan begitu saja kontribusinya untuk United. Pallister adalah salah satu pilar kokoh di istana Ferguson dan tak ada yang bisa merebut predikat itu dari dirinya.
-----
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi uang tunai Rp50.000.000. Buruan daftar di sini.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten