Inter vs Dortmund: Oportunitas di Tangan 'Nerazzurri'

23 Oktober 2019 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi pemain Inter Milan usai mencetak gol ke gawang Sasuolo di Stadion Mapei Ð Citta del Tricolore, Reggio Emilia, Italia. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain Inter Milan usai mencetak gol ke gawang Sasuolo di Stadion Mapei Ð Citta del Tricolore, Reggio Emilia, Italia. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
ADVERTISEMENT
'Lain ladang, lain belalang', itulah peribahasa yang lekat dengan Inter Milan saat ini. Mereka boleh jemawa atas hasil impresif di Serie A sejauh ini karena sudah mengemas 7 kemenangan dari 8 laga --setara dengan Juventus. Namun, di Liga Champions, hasilnya berbeda. Nerazzurri belum mampu meraih satu pun kemenangan dan masih menjadi juru kunci Grup F.
ADVERTISEMENT
Kamis (24/10/2019) dini hari WIB, Inter bakal kembali melakoni laga di Liga Champions. Kali ini lawan yang dihadapi cukup berat, Borussia Dortmund. Bukan cuma pemuncak klasemen, gawang Die Borussen juga masih bersih dari lesakan lawan.
So, mampukah Inter menaklukkan Dortmund di Giuseppe Meazza dini hari nanti?
Well, ada kabar baik buat para penggemar Inter. Dortmund berjalan dingklang dalam lawatannya kali ini. Mereka tak akan diperkuat Marco Reus dan Paco Alcacer lantaran cedera.
Ini jelas kerugian besar bagi Dortmund, terkhusus kalau bicara soal produktivitas. Reus dan Alcacer sudah mencetak 10 gol bila dikalkulasi --setengah dari total gol Dortmund di Bundesliga.
Praktis, cuma Mario Goetze yang jadi opsi Lucien Favre untuk pos penyerang. Pemain yang pernah menyeberang ke Bayern Muenchen itu, sialnya, tak lebih tajam dari Reus dan Alcacer.
ADVERTISEMENT
Namun, kehadiran Goetze sebagai false nine bisa membuat lini serang Dortmund menjadi lebih cair. Laga melawan Freiburg di Bundesliga pekan ketujuh bisa menjadi acuan. Kala itu Favre mengaplikasi formasi dasar 4-2-3-1 dengan Goetze sebagai penyerang tengah.
Ekspresi kekecewaan Marco Reus setelah gagal memanfaatkan peluang di laga melawan Eintracht Frankfurt. Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
Hasilnya tokcer. Pergerakan vertikal Goetze berhasil memicu agresivitas para pemain dari second line.
Gol kedua Dortmund yang dibuat Achraf Hakimi jadi buktinya. Oh, ya, soal Hakimi sendiri... Jangan lupakan kalau pemain pinjaman dari Real Madrid ini merupakan topskorer Dortmund di Liga Champions dengan torehan 2 golnya.
Perkara penciptaan peluang, Favre juga tak perlu waswas. Ia masih punya Julian Brandt, Jadon Sancho, dan Thorgan Hazard untuk muncul dari lini kedua. Dua nama yang disebut belakangan bahkan sudah mengemas masing-masing 5 assist di Bundesliga musim ini.
ADVERTISEMENT
Selebrasi gol Mario Goetze. Foto: REUTERS/Leon Kuegeler
Besar kemungkinan, Favre akan kembali memakai pakem dasar 4-2-3-1 dengan Brandt diplot di belakang Goetze yang bermain sebagai false nine. Sementara itu, Hazard dan Sancho bakal mengisi sisi tepi.
Kebetulan, Inter cenderung lemah dalam mengantisipasi serangan dari sisi kiri pertahanan mereka. Satu gol dari Slavia Praha dan sepasang lesakan Barcelona berawal dari sektor yang rutin dihuni Kwadwo Asamoah tersebut.
Satu lagi yang perlu diantisipasi oleh Inter: Serangan balik. Mereka memang mengalami peningkatan kualitas soal build-up serangan. Kendati begitu, Milan Skriniar cs. masih kelabakan saat lawan berhasil merebut bola dari mereka dan melancarkan counter attack.
Lihat saja bagaimana terciptanya gol kedua dan ketiga Sassuolo akhir pekan lalu. Semuanya berawal dari kegagalan mereka dalam mengantisipasi serangan balik.
ADVERTISEMENT
Nah, Dortmund punya potensi besar untuk memaksimalkan cara demikian. Selain memliki winger yang cepat, mereka punya gelandang bertahan yang piawai dalam meredam sekaligus mendistribusikan bola. Adalah Thomas Delaney dan Axel Witsel yang dimaksud. Pemain yang disebut terakhir malah sudah menyumbangkan 3 assist dan 2 gol di ajang liga.
Axel Witsel Mencetak Gol Untuk Dortmund. Foto: REUTERS/Matthias Rietschel
Kemenangan 4-3 atas Sassuolo bisa menjadi modal yang mengenyangkan bagi Inter. Ya, raihan tiga angka itu jadi penanda berakhirnya hasil negatif di awal Oktober --kalah dari Barcelona dan Juventus.
Antonio Conte sebenarnya bisa berdalih atas dua kekalahan beruntun yang diterima anak asuhnya. Saat keok dari Barcelona, ia tak bisa menurunkan Lukaku karena cedera. Sementara saat takluk dari Juventus, Stefano Sensi --gelandang andalannya-- kudu ditarik di tengah laga karena mengalami masalah pada ototnya.
ADVERTISEMENT
Nah, kali ini Conte tak perlu risau karena bisa menurunkan skuat terbaiknya. Oke, Sensi memang masih diragukan bakal fit tepat waktu. Worst-case, eks pelatih Juventus itu bakal menurunkan Matias Vecino atau Roberto Gagliardini sebagai tandem Nicolo Barella dan Marcelo Brozovic.
Pemain-pemain Inter merayakan kemenangan di Derby della Madonnina. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
Oh, ya, sektor lini depan Inter sedang bagus-bagusnya. Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez sama-sama sukses mengukir brace pada laga yang dihelat di MAPEI Stadium akhir pekan lalu.
Keduanya cukup aktif dalam menjemput bola hingga area tengah. Ini penting --memperlancar distribusi bola juga membuat ujung tombak menjadi bias dan membuat bek lawan kesulitan.
Memang, bukan perkara mudah untuk menjebol pertahanan Dortmund via skema open-play. Toh, klub sekelas Barcelona saja kesulitan untuk membongkar lini belakang mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, Inter bisa memaksimalkan opsi lainnya, via skema bola mati. Tercatat sudah 6 kali Dortmund kebobolan dari metode set-piece di Bundesliga --hanya kalah dari Werder Bremen dan Mainz 05. Sebaliknya, Inter justru sudah berhasil mengonversi tiga gol dari metode set-piece di Serie A sejauh ini.
Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez menunjukkan penampilan menjanjikan sebagai tandem di lini depan Inter. Foto: Reuters/Daniele Mascolo
Inter berpotensi untuk meraih kemenangan perdananya di Liga Champions 2019/20. Syaratnya, mereka mampu untuk memaksimalkan ketajaman lini depan dan mengoptimalkan skema bola mati. Toh, Dortmund juga turun minus skuat terbaiknya.
Di sisi lain, Inter mesti mewaspadai tipu daya Favre yang menurunkan Goetze sebagai false nine. Plus, agresivitas lini kedua Die Borussen.