Jangan Bilang Liverpool Gagal Juara karena Kurang Beruntung

13 Mei 2019 0:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juergen Klopp usai laga Cardiff City vs Liverpool. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Juergen Klopp usai laga Cardiff City vs Liverpool. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
Di ruang jumpa pers Stadion Anfield, tak ada komentar bernada alibi keluar dari mulut Juergen Klopp. Yang ada, pelatih Liverpool berkebangsaan Jerman itu angkat topi atas kesuksesan sang rival, Manchester City.
ADVERTISEMENT
Akhir Premier League 2018/19 memang tak sesuai harapan Liverpool. Mereka menutup perjalanan di liga dengan kemenangan 2-0 atas Wolverhampton Wanderers, Minggu (12/5/2019) malam WIB.
Atas kemenangan itu, Liverpool mengemas 97 poin sepanjang musim. Kalau mengacu cerita-cerita sebelumnya, raihan sebanyak itu seharusnya sudah cukup untuk mengantarkan sebuah tim ke podium juara.
Faktanya, Liverpool cuma finis di tempat kedua dengan selisih satu angka atas Manchester City. Pasukan Pep Guardiola juga menang 4-1 atas Brighton and Hove Albion pada waktu bersamaan. Maka, muncul anggapan bahwa The Reds tak beruntung sehingga berakhir tanpa gelar juara liga.
Pendapat tersebut ditampik oleh Klopp. Menurut dia, kegagalan Liverpool bukan karena ketidakberuntungan, melainkan superioritas City sepanjang musim.
ADVERTISEMENT
"Orang-orang boleh mengatakan, kami seharusnya bisa melakukan lebih dari ini. Tidak begitu, kami sudah melakukan segalanya. Kami mendapatkan keberuntungan, begitu pula City," ujar Klopp seperti dikutip dari BBC.
"Kami memang tidak mendapatkannya saat melawan City (kalah 1-2), tetapi mencetak gol menit akhir saat menghadapi Everton (1-0) dan Newcastle United (3-2). Laga-laga tersebut bisa saja berakhir imbang.
Sadio Mane memeragakan selebrasi setelah mencetak gol Liverpool ke gawang Wolverhampton Wanderers. Foto: Phil Noble/Reuters
"Musim ini berjalan begitu spesial, bahkan lebih baik dibandingkan ketika saya menjadi juara di Jerman bersama Borussia Dortmund. Namun, kami tak bisa memungkiri bahwa tim lain lebih baik," ujarnya.
Ya, alasan kegagalan Liverpool adalah City. Begitu dominan The Citizens hingga mampu mengoleksi 198 poin dalam dua tahun terakhir. Sampai-sampai 97 angka yang menjadi rekor Liverpool di era Premier League tak berarti.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, fokus Klopp ke depannya yakni bagaimana memangkas gap kualitas dengan City. Salah satu caranya, manajemen diminta mempertahankan skuat yang telah menciptakan rekor poin musim ini.
Para pemain Manchester City merayakan kemenangan menjadi juara Liga Premier. Foto: REUTERS/Toby Melville
Dengan kata lain, Liverpool tak boleh mengulangi kesalahannya pada musim 2013/14. Tim yang dibesut Brendan Rodgers ketika itu hampir menjuarai Premier League. Kegagalan diikuti kepergian Luiz Suarez yang menjadi topskorer mereka ke Barcelona. Sejak itulah, Liverpool sempat lama keluar dari persaingan juara.
"Bagi kami, ini hanyalah langkah awal. Tim ini kerap kehilangan pemain kunci setelah menjalani musim bagus. Hal serupa tak akan terulang sekarang. Jadi, kami akan berusaha lagi," ucap Klopp.
Nah, untuk mewujudkan keinginan Klopp soal mempertahankan pemain kunci, Liverpool tentu harus menghindari predikat gagal total di akhir musim. Kesempatan masih terbuka dengan menjuarai Liga Champions, di mana mereka akan menghadapi Tottenham Hotspur di final.
ADVERTISEMENT
Kalau kembali menjadi pecundang seperti ketika kalah dari Real Madrid di final tahun lalu, Liverpool sepertinya harus bersiap melihat bintang-bintangnya tergoda pinangan klub lain. Karena prestasi adalah kunci.