Jika Gagal Dapatkan Pogba, Akankah Juventus Baik-baik Saja?

24 Juni 2019 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pogba saat membela Juventus di musim 2015/16. Foto: AFP/Marco Bertorello
zoom-in-whitePerbesar
Pogba saat membela Juventus di musim 2015/16. Foto: AFP/Marco Bertorello
ADVERTISEMENT
Dalam dua mercato besar terakhir, musim panas 2018 dan 2019, para suporter Juventus benar-benar dimanjakan. Tahun lalu, Cristiano Ronaldo adalah protagonisnya. Kedatangan megabintang asal Portugal itu tak cuma membuat Juventus jadi kekuatan yang benar-benar diperhitungkan di Eropa tetapi juga mengangkat performa saham klub di lantai bursa.
ADVERTISEMENT
Musim ini situasinya tak berbeda jauh. Bahkan, boleh dibilang masa-masa ini lebih menyenangkan lagi bagi para Juventini. Sebab, ada dua nama besar sekaligus yang dikait-kaitkan dengan 'Si Nyonya Tua', yaitu Matthijs de Ligt dan Paul Labile Pogba.
Nama Pogba sebenarnya muncul lebih dulu. Tak lama setelah Pogba menyatakan ingin keluar dari Manchester United dan mencari tantangan di tempat lain, muncul kabar bahwa pemain asal Prancis itu lebih memilih Juventus ketimbang Real Madrid sebagai destinasi berikutnya. Meski demikian, setelah itu belum ada kabar lain perihal ke mana Pogba akan berlabuh musim depan.
Di tengah absennya kabar Pogba itu, mencuatlah warta-warta mengenai De Ligt. Dalam beberapa hari terakhir, tiga pakar transfer terkemuka, Gianluca Di Marzio, Fabrizio Romano, dan Romeo Agresti, sepakat bahwa De Ligt bakal memilih Juventus sebagai pelabuhan karier selanjutnya. Konon, De Ligt akan ditebus dengan mahar 70 s/d 75 juta euro dan digaji 12 juta euro per tahun.
ADVERTISEMENT
Dua kabar ini jelas membuat para Juventini bersorak riang. Namun, yang jadi masalah, apakah Juventus mampu membeli dua pemain itu sekaligus? 70 juta euro bukan uang sedikit bagi Juventus. Sementara, Pogba sendiri diperkirakan hanya bisa ditebus dengan biaya di atas 100 juta euro. Dengan kata lain, Juventus kemungkinan besar harus memilih salah satu.
Saat ini, transfer De Ligt lebih dekat pada kenyataan. Itu artinya, Pogba bisa jadi tidak akan menjadi pemain Juventus pada musim 2019/20 mendatang. Padahal, Juventus sendiri tidak cuma butuh pemain baru di lini belakang. Justru, lini tengahlah yang selama ini jadi persoalan terbesar mereka. Jika memang akhirnya tidak bisa mendatangkan Pogba, bagaimanakah nasib lini tengah Juventus musim depan?
ADVERTISEMENT
***
Pogba, bagi Juventus, adalah kunci. Sejak dia pergi ke Manchester United sebagai pemain termahal dunia tiga tahun silam, Juventus tak lagi memiliki pemain seperti dirinya. Jenis pemain seperti inilah yang dibutuhkan oleh Juventus dan wajar jika Pogba masih diinginkan.
Awalnya, Juventus mencoba mendekati Sergej Milinkovic-Savic untuk mendapatkan pemain dengan tipe seperti Pogba. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tidak ada kabar lagi mengenai kepindahan pemain asal Serbia tersebut. Sampai akhirnya, nama Pogba kembali dikaitkan dengan Juventus.
Pogba dan Milinkovic-Savic sama-sama mampu menawarkan teknik, energi, dan ketajaman bagi tim yang mereka perkuat. Mereka adalah katalis serangan yang mampu mencetak gol, menghasilkan peluang, dan bertarung memperebutkan bola di lini tengah. Dalam tiga tahun terakhir Juventus harus mengandalkan Sami Khedira dan Blaise Matuidi untuk menjalankan peran tersebut. Hasilnya pun tak optimal.
ADVERTISEMENT
Sergej Milinkovic-Savic merayakan gol di final Coppa Italia 2018/19. Foto: Vincenzo PINTO / AFP
Dengan mimpi menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1996, wajar apabila Juventus berupaya memperbaiki lini tengahnya. Terlebih, mereka sudah menunjuk Maurizio Sarri sebagai pelatih anyar. Di bawah Sarri, mustahil apabila Juventus terus mengandalkan Khedira dan Matuidi yang kemampuan teknikalnya terbatas. Juventus butuh pemain yang nyaman menguasai bola agar taktik Sarri bisa dieksekusi dengan baik.
Sebelum mendatangkan Sarri, Juventus sudah terlebih dahulu merekrut Aaron Ramsey secara cuma-cuma dari Arsenal. Dalam balutan formasi 4-3-3, Ramsey diprediksi bakal jadi bagian penting dari rencana Sarri bersama Miralem Pjanic yang bakal dijadikan regista. Namun, Ramsey dan Pjanic saja tentunya tidak cukup.
Juventus sesungguhnya masih punya pemain dengan olah bola bagus bernama Rodrigo Bentancur. Namun, Bentancur masih terlalu hijau. Di kemudian hari dia tidak diragukan bakal jadi andalan utama Juventus, tetapi tidak dalam waktu dekat ini. Lagipula, pria Uruguay ini juga tidak mampu memberikan apa yang ditawarkan Pogba atau Milinkovic-Savic. Bentancur adalah seorang ahli pass and move tetapi dia tidak cukup atletis dan tajam untuk menjadi katalis.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, menjadi masuk akal bila Pogba dan Milinkovic-Savic muncul sebagai incaran Juventus. Namun, masalahnya, Juventus kemungkinan besar tidak akan memiliki cukup uang untuk memboyong salah satu dari mereka jika sudah mendatangkan De Ligt. Lalu, Juventus harus bagaimana?
Mattia De Sciglio, Rodrigo Bentancur, dan Gregoire Defrel memperebutkan bola udara. Foto: AFP/Marco Bertorello
Masuklah Adrien Rabiot. Pemain asal Prancis ini, menurut kabar dari Tuttosport, akan segera bergabung dengan Juventus secara gratis. Eks penggawa Paris Saint-Germain itu konon sudah sepakat dengan tawaran gaji senilai 7 juta euro dan bakal meneken kontrak hingga 2024. Tanpa biaya transfer sepeser pun untuk merekrutnya, Rabiot adalah solusi ideal bagi Juventus.
Perlu dicatat bahwasanya Rabiot bukan pemain yang benar-benar apple to apple dengan Pogba maupun Milinkovic-Savic. Selama tiga musim terakhir di PSG, Rabiot hanya mampu mencetak 7 gol dan menyumbangkan 11 assist. Bandingkan dengan Pogba di United (29 gol & 26 assist) serta Milinkovic-Savic di Lazio (23 gol & 16 assist). Statistik ini diambil dari WhoScored berdasarkan performa di liga dan kompetisi Eropa.
ADVERTISEMENT
Dari situ terlihat bahwa Rabiot adalah pemain yang berbeda. Akan tetapi, apa yang dikatakan Gianluigi Buffon tentang dirinya patut jadi bahan pertimbangan. Sepekan silam Buffon berkata bahwa Rabiot adalah perpaduan dari mantan tiga gelandang hebat Juventus: Pogba, Arturo Vidal, dan Claudio Marchisio.
"Dia punya kekuatan fisik seperti Pogba, karakter seperti Vidal, dan cara bermain yang dinamis seperti Marchisio. Dia luar biasa dan sangat kuat. Dia cuma butuh mematangkan pengambilan keputusan ketika mendekati kotak penalti lawan. Dia punya potensi jadi pemain dengan catatan sepuluh gol per musim," kata Buffon yang bermain bersama Rabiot di PSG pada musim 2018/19.
Apabila yang dikatakan Buffon itu benar, maka Rabiot bakal jadi jawaban dari segala permasalahan Juventus di lini tengah. Selama ini Rabiot memang tidak begitu produktif karena lebih kerap dimainkan di kedalaman sebagai pengumpan. Jika pengamatan Buffon tadi tepat, berarti Rabiot sebenarnya mampu melakukan apa yang selama ini belum pernah dia lakukan.
ADVERTISEMENT
Rabiot di laga vs Real Madrid. Foto: REUTERS/Paul Hanna
Adapun, dengan kedatangan Rabiot dan Ramsey, Juventus bakal memiliki tujuh gelandang tengah dalam skuatnya. Jumlah ini tidak ideal karena dengan begitu skuat Juventus terlalu gemuk. Dengan demikian, proses pembuangan harus segera dimulai dan Khedira adalah kandidat terkuat untuk ditendang.
Sejauh ini, proses pembuangan Khedira sudah menunjukkan perkembangan. Ada wacana bahwa kontrak pemain asal Jerman itu bakal diputus. Besiktas pun konon sudah siap jadi tempat penampungan.
Meski berstatus sebagai kapten ketiga, Khedira sudah tak lagi layak jadi pemain Juventus. Maka, selain mendatangkan pemain baru, melepas pemain-pemain macam Khedira juga harus dilakukan Juventus di bursa transfer kali ini untuk membenahi lini tengahnya. Sementara itu, Matuidi dan Emre Can layak dipertahankan karena mereka masih mampu menawarkan sesuatu yang berbeda, khususnya secara defensif.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pada prinsipnya, Juventus tidak harus mendapatkan Pogba untuk mencari solusi bagi masalah di lini tengah. Rabiot yang bisa didatangkan tanpa biaya adalah jawaban yang cukup baik bagi persoalan itu. Namun, Juventus pun perlu waspada karena Rabiot sendiri bisa saja berubah pikiran. Jika itu sampai terjadi, maka mereka perlu memikirkan ulang strategi transfer musim panas ini.