Kejayaan Volgograd, Keruntuhan Nazi

22 Juni 2018 19:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Volgograd Arena Stadium (Foto: Mladen ANTONOV / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Volgograd Arena Stadium (Foto: Mladen ANTONOV / AFP)
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum 32 negara bertarung memburu kejayaan di Piala Dunia 2018, Volgograd sudah menjadi arena pertempuran bagi Rusia dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, Pertempuran Stalingrad terjadi pada pertengahan 1942 hingga 3 Februari 1943. Untuk diingat, Volgograd yang menjadi salah satu kota penyelenggaraan Piala Dunia di Rusia tadinya bernama Stalingrad. Ia menjadi arena pertempuran bagi Uni Soviet dalam menghadapi invasi Nazi Jerman selama Perang Dunia II.
Pertempuran Stalingrad pada akhirnya menjadi alasan terhentinya upaya Jerman merebut Moskow. Ia juga menjadi titik mula dari berbaliknya Uni Soviet yang tadinya ada di kubu Jerman.
Bagi Jerman, pertempuran ini menjadi penting karena dinilai sebagai elemen terpenting invasi militer mereka di Rusia Selatan. Di lain pihak, Stalingrad menjadi salah satu kota terpenting bagi Rusia karena merupakan pusat industri dan transportasi. Atas pemahaman itu, Rusia bertekad mempertahankan dan Jerman kukuh merebut, walau pertempuran brutal menjadi harga yang harus dibayar.
ADVERTISEMENT
Bila dirunut, Operasi Barabossa menjadi cikal-bakal kelahiran Pertempuran Stalingrad. Sepintas, ia terlihat sebagai upaya bunuh diri paling masyhur yang bisa digagas oleh Nazi. Sebabnya, kekuatan militer Soviet bukannya tak berkelas. Mereka dilengkapi dengan tank paling mutakhir. Penduduk Soviet pun tiga kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan Jerman. Kalaupun Jerman punya kelebihan, maka itu hanya tentara udaranya.
Namun, Adolf Hitler bukannya tanpa alasan. Sebelum Operasi Barbarossa, Soviet merangkum catatan minor di ranah peperangan. Dalam Perang Musim Dingin melawan Finlandia pada 1940-1941, Soviet takluk. Itu belum ditambah dengan kegegabahan Joseph Stalin yang menghabisi pasukannya sendiri pada 1937-1938.
Stalin-lah yang mengeksekusi sebagian besar tokoh kunci kekuatan militer yang dibangunnya. Tuduhannya, konspirasi anti-Soviet. Mulai dari Marsekal Mikhail N. Tukhachevsky, kepala Ieronim Uborevich, Iona Yakir, Robert Eideman, August Kork, Vitovt Putna, Boris Feldman, hingga Vitaly Primakov -semua dihabisi oleh Stalin sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada saat periode pembersihan berakhir, tiga dari lima marsekalnya tewas, bersama dengan 13 dari 15 komandan militer, 110 dari 195 komandan divisi, dan 186 dari 406 jenderal brigadir. Yang dilakukan Stalin untuk menambal lubang di skuat militernya adalah menunjuk tentara-tentara tua yang dinilainya setia sampai mati kepada partai dan ideologi bentukannya.
Hitler dengan segala pengaruhnya berhasil menggaet Italia, Rumania, Hongaria, dan Kroasia. Konon, ada pula relawan Spanyol yang bergabung, walaupun Diktator Franco menolak untuk bergabung.
Operasi yang dimulai pada 22 Juni 1941 ini dilakukan dengan tiga serangan awal. Yang pertama, menjadi area utara di pesisir Baltik demi merebut Leningrad. Yang kedua, menjadikan Moskow sebagai target. Dan ketiga, melumat Ukraina yang dikenal sebagai lumbung pertanian utama Soviet.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Kolonel Jenderal Friedrich von Paulus yang mengepalai Angkatan Darat Keenam Jerman memasuki pinggiran Kota Stalingrad pada 3 September 1942 menjadi penanda dimulainya puncak pertempuran ini.
Harapan sang kolonel waktu itu, mereka bisa menguasai kota dalam waktu singkat. Bukan harapan berlebihan karena pada 1 September 1939, mereka hanya membutuhkan waktu tak lebih dari setengah hari untuk merebut Polandia.
Harapan tinggal harapan. Keputusan Uni Soviet untuk membelot dari Jerman dibuktikan dengan bangunan pertahanan dan kedatangan tentara bantuan. Bahkan, pasukan terdepan dikomandoi oleh Jenderal Soviet, V.I Chuikov. Sementara, Marsekal Georgii K. Zhukov yang punya tugas mempersiapkan serangan balasan untuk tentara Jerman.
Kokohnya pertahanan Soviet membuat Jerman harus melakoni pertempuran sengit pada hari kedua. Tentara Nazi berhadapan dengan Tentara Merah Soviet. Pada kenyataannya, pertempuran berjalan di luar perkiraan Jerman. Alih-alih hanya menghabiskan satu-dua hari, pertempuran di Stalingrad berlangsung hingga akhir September.
ADVERTISEMENT
Tadinya, pertempuran ini seolah-olah terlihat menjadi milik Jerman. Sebabnya, di akhir September itu pasukan Adolf Hitler berhasil mengibarkan bendera swastika kebesaran Nazi di Stalingrad. Namun, bila ditelisik, pertempuran belum benar-benar selesai. Hanya karena bendera Nazi terpancang, bukan berarti mereka berhasil mengusir tentara Soviet dari Stalingrad.
Volgograd Arena Stadium. (Foto: Ruslan SHAMUKOV / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Volgograd Arena Stadium. (Foto: Ruslan SHAMUKOV / AFP)
Invasi Jerman menjadi bumerang yang gemar menyerang balik. Pertempuran besar-besaran membuat mereka kehabisan perbelakan dan amunisi pada pertengahan November 1942. Serangan balik menjadi senjata pamungkas Soviet. Marsekal Zhukov mengomandoi pasukannya untuk mengepung musuh.
Hitler adalah manusia sejuta gengsi. Di alam pikirnya, nama besarnya akan runtuh dalam seketika begitu ia memerintahkan pasukannya untuk mundur. Walaupun dikepung pasukan Zhukov, Nazi tak langsung mundur. Dengan segala daya yang tersisa mereka tetap mempertahankan wilayah di sepanjang Volga itu.
ADVERTISEMENT
Marsekal Hermann Goring menjadi nama lain yang seharusnya terlibat di pertempuran ini. Pada awalnya, ia berjanji untuk menjadi sosok yang memasok bantuan via pasukan udara kepada Tentara Keenam Jerman. Namun, apa daya, tujuan itu tak bisa tercapai.
Di pemerintahan Nazi sendiri, Goring bukan sembarang orang. Pada Juni 1941, ia diangkat sebagai Jenderal Bintang Lima Nazi. Artinya, ia menjadi orang nomor dua Nazi. Selain Hitler, tak ada yang berpangkat lebih tinggi darinya di seantero Jerman.
Ketidakberhasilan Goring memberikan bantuan kepada Tentara Keenam mendorong Hitler untuk memerintahkan Marsekal Erich von Manstein untuk melakukan misi penyelamatan pasukan di Stalingrad. Lantas, pada 2 Februari 1943, Jenderal Paulus mengaku kalah dan menyerah. Invasi Jerman berhenti di Stalingrad. Setidaknya, pertempuran ini menewaskan 150.000 orang tentara Jerman. Paulus pada akhirnya hanya berhasil menarik mundur 91.000 pasukan yang tersisa.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Soviet di Stalingrad mencoreng muka Hitler sebegitu hebatnya. Kepercayaannya kepada pemimpin-pemimpin pasukannya mulai merosot. Di lain pihak, kemenangan ini membuat Stalin menerima kepercayaan militer. Ia pun menjadi salah satu aktor utama di balik keruntuhan Jerman di Front Timur.
The Motherland Calls di Volgograd. (Foto: Mladen ANTONOV / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
The Motherland Calls di Volgograd. (Foto: Mladen ANTONOV / AFP)
Keberhasilan Soviet mempertahankan Stalingrad yang sudah berubah nama menjadi Volgograd ini direkam dengan baik dalam wujud patung The Motherland Calls. Patung itu terletak di Mamayev Kurgan, wilayah dataran tinggi Volgograd.
Patung ini menjadi objek utama dari kompleks monumen Heroes of the Battle of Stalingrad. Sebuah lokasi yang memang dibangun untuk mengingat dan menghormati siapa-siapa yang sudah berjuang mempertahankan Stalingrad dari invasi Nazi.
Patung ini adalah buah karya pematung Yevgeny Vuchetich dan Nikolai Nikitin yang bergelar insinyur. Lantas, siapa pun yang bertanding di Stadion Volgograd, dapat menyaksikan sendiri kemegahan patung yang diresmikan sejaka 15 Oktober 1967 itu.
ADVERTISEMENT
Mereka yang sekarang berlaga di Volgograd saat ini memang tak punya urusan apa-apa dengan Pertempuran Stalingrad. Namun, keberadaannya selaras dengan sepak bola. Di satu sisi, ia dipenuhi dengan cerita kemenangan dan puja-puji. Di sisi lain, ia tak bisa dilepaskan dari tragedi dan kekalahan.
Kisah Stalingrad adalah pertarungan menuju kejayaan, mempertahankan apa-apa yang tadinya dinilai tak mungkin. Mereka yang diplot untuk bertanding di Volgograd akan bertarung untuk memperebutkan tempat di sisi terbaik, termasuk Islandia dan Nigeria, atau siapa pun yang tadinya tidak diperhitungkan.