Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kenapa Chelsea Ngincar Carroll dan Crouch Segala, Sih?
19 Januari 2018 15:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB

ADVERTISEMENT
Bursa transfer musim dingin Premier League 2017/18 tak seperti yang diperkirakan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Liverpool memecahkan rekor transfer bek dunia kala memboyong Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 75 juta poundsterling. Di lain pihak, Manchester City dan Manchester United sibuk bersaing memperebutkan Alexis Sanchez. Sementara Arsenal dikait-kaitkan dengan Henrikh Mkhitaryan dan Pierre-Emerick Aubameyang.
Apa yang dilakukan oleh empat kesebelasan tersebut tak membuat Chelsea ikut-ikutan. Di saat empat kesebelasan tersebut sibuk mencari pemain papan atas, Antonio Conte justru dikait-kaitan dengan rencana pembelian Andy Carroll dan Peter Crouch.
Rumor ini pun menarik perhatian banyak pihak. Di saat Chelsea membutuhkan pemain bintang yang setidaknya bisa mengubah peruntungan, mereka justru dikaitkan dengan pemain-pemain, yang bahkan masa keemasannya telah lewat.
Di balik itu semua, kedatangan mereka sebenarnya cukup masuk akal. Chelsea, terutama pada musim ini, berusaha memanfaatkan umpan lambung sebagai salah satu cara untuk menjebol gawang lawan.
ADVERTISEMENT
Keduanya, secara tidak langsung, akan semakin memperkuat karakteristik ini. Nah, selama bermain di Premier League, Carroll telah menciptakan 24 gol melalui sundulan. Crouch punya statistik yang lebih apik lagi, selama bermain di Premier League, ia menciptakan 39 gol melalui kepalanya.
Keberadaan keduanya, akan semakin mempertajam potensi Chelsea untuk mencetak gol melalui sundulan. Memasuki pekan ke-24, mereka telah mencetak 13 gol melalui kepala pemain-pemainnya.
Catatan gol tersebut jauh mengungguli kesebelasan-kesebelasan papan atas Premier League lainnya. Arsenal dan Liverpool, dua kesebelasan yang dikenal kerap memanfaatkan umpan lambung, bahkan baru mencetak sembilan gol melalui sundulan.
Menjadikan sundulan sebagai cara untuk mencetak gol adalah salah satu karakter dari tim yang diasuh Conte. Selain sundulan, tim yang diasuh oleh Conte juga kerap menggunakan tiga bek dan pemanfaatan ball-playing defender.
ADVERTISEMENT
Secara historis, pilihan Conte untuk menjebol gawang lawan melalui sundulan sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam perjalanan kariernya sebagi pelatih, ia beberapa kali menjadikan sundulan sebagai salah satu fokus timnya di depan gawang lawan.
Salah satu contohnya adalah apa yang ia praktikkan di Bari pada musim 2007/08. Keberadaan banyaknya penyerang berpostur tinggi membuat Conte memilih cara tersebut sebagai cara untuk mencetak gol. Pilihan tersebut tak salah. Pada musim kedua Conte melatih, Bari mencetak 15 gol dari sundulan.
Mencetak gol melalui sundulan kembali tak menjadi fokus Conte saat ia menangani Juventus dari 2011 hingga 2014. Salah satu alasan ia tak menggunakan cara tersebut adalah betapa variatifnya pemain dan komposisi Juventus saat itu.
ADVERTISEMENT
Pada musim pertama, Conte memanfaatkan Alessandro Matri, yang notabene punya postur apik, untuk menjadi tumpuan saat melakukan duel udara. Pada musim berikutnya, karakteristik tersebut berubah mengingat peningkatan atribut ofensif gelandang seperti Arturo Vidal dan Paul Pogba.
Menjadikan sundulan sebagai cara mencetak gol kembali dilakukan oleh Conte pada 2013/14. Keberadaan Fernando Llorente membuatnya memilih opsi tersebut sebagai cara utama dan membuat penyerang asal Spanyol tersebut membukukan sembilan gol dari 34 pertandingan.
Adanya Llorente membuat produktivitas mencetak gol Chelsea meningkat. Total empat gol sundulan yang mereka ciptakan pada musim 2012/13 meningkat menjadi 11 gol pada musim 2013/14.
Langkah tersebut juga diulangi oleh Conte kala menukangi Tim Nasional (Timnas) Italia. Selama menjabat sebagai pelatih Italia, ia kerap menggunakan satu penyerang tinggi yang ditemani oleh penyerang lubang atau gelandang serang bertipikal cepat.
ADVERTISEMENT
Komposisi Chelsea pada musim 2016/17 membuatnya tak mengadopsi formula tersebut. Keberadaan Diego Costa sebagai pencari ruang yang apik, membuatnya kemudian mencari pakem yang lain untuk menjebol gawang lawan.
Pada musim tersebut, mencetak gol melalui sundulan pada akhirnya menjadi pilihan yang kesekian. Hingga akhir musim 2016/17, Chelsea hanya membukukan sembilan gol melalui sundulan.
Dengan pengalaman yang dimiliki, upaya Conte untuk mendatangkan Carroll dan Crouch menjadi hal yang menarik. Kebijakan ini, bisa jadi, bakal membuat rasio gol mereka melalui sundulan semakin bertambah.
Meski demikian, seperti yang sudah disebutkan di atas, keduanya sudah tak lagi di masa-masa emas. Apakah Conte mampu menjadikan hal tersebut sebagai keuntungan untuk Chelsea? Menarik ditunggu.