Kisah Angel Di Maria: Dulu Seharga 35 Bola, Kini Dibanderol Setinggi Langit

6 Juni 2021 11:17 WIB
ยท
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angel Di Maria, pemain PSG asal Argentina. Foto: FRED TANNEAU/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Angel Di Maria, pemain PSG asal Argentina. Foto: FRED TANNEAU/AFP
ADVERTISEMENT
Angel Di Maria adalah pesepak bola papan atas yang tampil di kompetisi top Eropa. Namun siapa sangka, pemain yang pernah menyandang status termahal di Inggris itu sempat dinilai dengan 35 bola saja.
ADVERTISEMENT
Sinar Di Maria di sepak bola Eropa dimulai ketika bergabung dengan Benfica. Pada 2007, mereka memindahkan pemuda Argentina itu ke Portugal dengan 6 juta euro plus 2 juta euro dari Rosario Central.
Dalam waktu sekejap, Di Maria menjadi sosok populer di Benfica. Setelah debut yang sempurna, permainannya membuat suporter, rekan-rekan, maupun pelatihnya senang. Dia dianggap jauh lebih bagus dari Simao Sabrosa, yang pindah ke Atletico Madrid saat di Maria tiba di Estadio da Luz, Lisbon.
Penampilan Di Maria membantu Benfica menghasilkan sejumlah kemenangan membanggakan. Performanya membawa klub tersebut menjuarai Primeira Liga (2009/10) dan Taca da Liga (2008/09, 2009/10).
Kesuksesan di Benfica membuat karier Di Maria cemerlang. Pada 28 Juni 2010, Real Madrid merekrut Di Maria. Dia menandatangani kontrak 5 tahun untuk transfer 25 juta euro plus 11 juta euro insentif.
Angel Di Maria, pemain PSG asal Argentina. Foto: FRANCK FIFE/AFP
Di Maria tiba di Madrid pada 7 Juli 2010, langsung dari Buenos Aires. Setelah dinyatakan lulus tes kesehatan pada 8 Juli 2010, dia segera melakukan debut pada 4 Agustus 2010 pada laga uji coba pramusim versus Club America (Meksiko). Sementara debutnya di La Liga terjadi pada 29 Agustus 2010 melawan Real Mallorca, dan gol pertamanya lahir pada 18 September.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Di Maria bermain sangat bagus, meski pada saat bersamaan Barcelona sedang memiliki skuad jempolan. Tapi, dia masih sanggup membawa Los Blancos menjuarai La Liga (2011/12), Copa del Rey (2010/11, 2013/14), Supercopa de Espana (2012), Liga Champions (2013/14), hingga Piala Super Eropa (2014)
Puas bersama Madrid, Di Maria menerima pinangan MU pada 2014. Harga transfernya tercatat sebagai yang paling besar di Inggris ketika itu. Sang Winger dibeli Setan Merah dengan harga 60 juta pounds (setara Rp 1,2 triliun).
Rekor Di Maria baru dilewati Paul Pogba pada 2016 saat kembali ke MU dari Juventus dengan 89 juta pounds.
Sayang, penampilan di Old Trafford mengecewakan. Dia hanya bertahan 1 musim dengan kontribusi 23 pertandingan Premier League dengan hanya memproduksi 3 gol. Kutukan nomor punggung 7 membuat Di Maria harus meninggalkan Inggris untuk bergabung ke Paris Saint-Germain.
Angel Di Maria di Manchester United cuma jadi pecundang. Foto: Twitter/@SPORF
Meski gagal di MU, PSG tetap membeli Di Maria dengan harga selangit. Mereka merogoh kocek hingga 44 juta pounds (setara Rp 891 miliar). Angka itu berarti sang pemain hanya kalah dari Neymar da Silva Santos Junior dengan 198 juta pounds, Kylian Mbappe (163 juta pounds), dan Edinson Cavani (55 juta pounds).
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi pemain dengan harga selangit, Di Maria ternyata pernah punya cerita lucu terkait transfer uang dilakukan. Pada usia 4 tahun, Rosario Central membelinya dari klub lokal di lingkungan tempat tinggalnya, Torito, dengan memberikan 35 buah bola.
Kisah itu dimulai ketika Di Maria kecil tinggal bersama dua saudara lain hasil pernikahan Miguel dan Diana di di Perdriel, Provinsi Mendoza, Argentina Barat. Dia terobsesi dengan sepak bola dan menghabiskan setiap jamnya turun ke jalan bersama teman-teman di lingkungannya.
Ketika pemandu bakat dari Rosario Central pertama kali melihatnya, ada masalah kecil karena dia sudah berkomitmen untuk bermain untuk Torito. Di Maria menolak. Tapi, Rosario Central bersikeras membawanya ke kota yang lebih besar untuk dididik menjadi pemain hebat.
ADVERTISEMENT
"Mereka melakukan tawar-menawar yang keras untuk membebaskan saya. Biaya transfer adalah 35 bola. Itu terbukti menentukan di mana saya berada setelah itu dan berapa banyak yang dibutuhkan untuk mendapatkan saya. Ingat, saya masih sangat muda, sekitar 4 tahun. Jadi, saya tidak yakin itu benar-benar penting," ungkap Di Maria pada 2014, dikutip dari The Independent.
Angel Di Maria yang menemukan bahagia di PSG. Foto: GEOFFROY VAN DER HASSELT / AFP
Seperti kebanyakan keluarga miskin di Argentina, kehidupan masa kecil Di Maria tidak mudah. Sebagai anak yang hiperaktif, ia nyaris meninggal di usia 1 atau 2 tahun. Saat itu, keluarganya pindah ke rumah baru yang berantakan. Di Maria terjatuh di sebuah sumur di taman.
"Ibu saya selalu mengingat cerita itu. Saya berumur 1 tahun dan sedang menggunakan baby walker. Saat pergi keluar saya jatuh ke sumur. Saya beruntung karena mereka menyelamatkan saya tepat waktu. Jika tidak, saya tidak akan berada di sini untuk membicarakannya," tambah Di Maria.
ADVERTISEMENT
Di Maria balita adalah bocah yang selalu bergerak. Dia tidak pernah diam di satu tempat untuk waktu yang lama. Rumahnya selalu berantakan karena Di Maria melakukan apa saja yang disukainya.
"Ibu saya lelah karena saya merusak semua yang ada di rumah. Jadi, dia membawa saya ke dokter ketika saya berumur 3 tahun. Saya berlarian di ruang pemeriksaan, melanggar segalanya. Dokter hanya berkata 'daftarkan dia untuk olahraga'. Itulah karier saya dimulai," imbuh Di Maria.
Tumbuh dalam kemiskinan telah mengajari Di Maria untuk menghargai hal-hal yang lebih baik dalam hidup.
"Kami tidak memiliki banyak uang. Rumah kami kecil dan saya berbagi kamar dengan saudara perempuan saya. Nilai-nilai saya berasal dari asuhan orang tua. Kerendahan hati untuk menjadi seseorang dalam hidup. Masa kecil saya adalah tentang memiliki cukup makanan, memiliki kebutuhan pokok," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Ayah saya bekerja di pangkalan batu bara bersama ibu saya. Itu adalah kehidupan yang mengerikan dan ketika cuaca buruk yang mereka miliki hanyalah atap logam di atas kepala mereka. Saya dan saudara perempuan saya bekerja di tempat batu bara juga. Saya mulai menua dan saat berusia 15 tahun, saya membantu pengiriman. Itu kerja keras."
"Saya sering berpikir betapa beruntungnya saya memiliki sepak bola. Saya adalah siswa yang buruk. Jika saya tidak memiliki sepakbola, saya akan terus bekerja di pangkalan batu bara. Apa lagi yang akan saya lakukan?" kata Di Maria.
Pelan dan pasti, kehidupan Di Maria dan keluarganya berubah 180 derajat. Semuanya karena permainan bagus bersama Rosario Central, yang membuat banyak pemandu bakat Eropa datang ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
"Ayah saya bekerja di pangkalan batu bara itu selama 16 tahun sampai saya membuatnya berhenti bekerja. Ketika itu, saya akan bergabung dengan Benfica. Senang rasanya berada dalam posisi untuk dapat melakukan itu dan berkata 'ayah, kamu tidak harus melakukan ini lagi'. Itu membanggakan," tutur pemain Timnas Argentina tersebut.
Selain memberikan rumah mewah untuk ayah dan saudara-saudaranya, Di Maria juga tidak lupa membuatkan ayahnya beberapa supermarket dan pompa bensin untuk dikelola.
Setiap kali mendapatkan piala bersama klub, Di Maria akan mendedikasikannya untuk keluarga. Sebab, hanya itu yang bisa dilakukan untuk berterima kasih.
"Ketika saya mulai bermain untuk Rosario Central, ketika saya berusia 6 tahun, kami membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke tempat latihan. Ibu membawa saya naik sepeda. Kami bertiga. Saya duduk di belakang dan adik perempuan saya di kursi di setang. Sulit selama musim dingin. Percayakah anda? Kami melakukannya selama 7 tahun."
ADVERTISEMENT
"Saya selalu berpikir bahwa saya harus memberikan kembali kepada keluarga saya. Saya membelikan mereka rumah dan hadiah. Mudah-mudahan saya bisa terus melakukan itu sampai karier saya berakhir," pungkas Di Maria.
Menurut catatan Transfermarkt, Di Maria telah berhasil mengemas 149 gol dan 235 assist dari 644 pertandingan di semua ajang. Adapun bersama Timnas Argentina, ia sudah menorehkan 20 gol dari 104 caps.
****