Kisah Azmi Nassar, Pelatih Asal Israel dalam Sejarah Timnas Palestina

14 Mei 2021 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Sepak Bola Palestina. Foto: Karim Sahib/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Sepak Bola Palestina. Foto: Karim Sahib/AFP
ADVERTISEMENT
Palestina dan Israel bak dua identitas yang tidak bisa disatukan. Akan tetapi, dalam sejarah sepak bola, pernah ada pelatih asal Israel yang mendapat respek dari para pemain Palestina. Namanya Azmi Nassar.
ADVERTISEMENT
Nassar lahir di Nazareth, Israel, pada 3 Oktober 1957. Ia memiliki darah Arab dalam dirinya dan menganut agama Kristen.
Nassar pernah berkarier sebagai pemain sepak bola dalam rentang 1974-1987. Posisinya striker, ada tiga klub Israel yang pernah dibelanya: Maccabi Ahi Nazareth, Hapoel Haifa, dan Maccabi Tamra.
Selepas pensiun, Nassar memilih karier dunia kepelatihan. Ia tercatat sempat melatih sejumlah klub Israel, tetapi juga pernah membesut Timnas Palestina selama 1999–2000 dan 2005–2007. Kariernya yang paling berkesan justru saat menakhodai Timnas Palestina.
Timnas Palestina. Foto: Karim Jaafar/AFP
Sulit menemukan referensi terpercaya yang bisa menjelaskan mengapa Azmi Nassar ingin mengabdi untuk Palestina. Namun yang pasti, ia disebut pernah memiliki identitas kewarganegaraan dan paspor Israel dan Palestina sekaligus.
Faktanya, Nassar bukan pelatih 'asal lewat' dalam sejarah Timnas Palestina. Jasanya adalah medali perunggu Pesta Olahraga Arab 1999 di Amman, Yordania. Situs web footballpalestine.com menyebut bahwa itu adalah satu-satunya gelar dalam karier kepelatihannya.
ADVERTISEMENT
Pada periode kedua menangani Timnas Palestina, Nassar membawa misi khusus: Membawa Timnas Palestina lolos ke Piala Asia 2007. Dikisahkan, Nassar sampai blusukan ke Gaza dan Tepi Barat mencari pemain berbakat untuk skuadnya.
Fahed Attal, top skor Timnas Palestina dengan koleksi 16 gol dari 36 laga (2005-2012), disebut sebagai salah satu buah penemuannya. Walau begitu, Palestina tetap gagal tampil ke Piala Asia 2007 yang kala itu berlangsung di Indonesia.
Pendukung Timnas Indonesia memberikan dukungan dalam laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, pada 2018. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Salah satu momen terkenang lain dari sosok Azmi Nassar adalah pada tahun 2006. Masih dari situs web footballpalestine.com, ia telah didiagnosis mengalami gangguan otot kala tu, sehingga kesehatannya mulai memburuk dan menyerahkan tugas kepelatihan kepada Thomas Viczko.
Pada awal 2006, Palestina memiliki dua pertandingan kualifikasi Piala Asia, yakni melawan Singapura dan China. Nassar tidak ikut dengan tim ke China dan tidak ada yang mengira dia akan menghadiri pertandingan melawan Singapura yang akan dimainkan di Amman.
ADVERTISEMENT
Namun, secara mengejutkan, dia hadir untuk menunjukkan dukungan kepada para pemain. Ini membuktikan peningkatan moral yang nyata karena Palestina mengalahkan Singapura 1-0. Pencetak golnya adalah Fahed Attal.
Selain itu, ada pula kisah para suporter menyebut-nyebut namanya. Itu terjadi ketika Palestina bertanding melawan Irak.
"Pada Agustus 2006 saya kebetulan berada di Yordania dan menghadiri laga kualifikasi Piala Asia, Palestina vs Irak, di pinggiran Kota Amman, Kweismeh. Di paruh waktu, suporter meneriakkan 'Azmi Nassar' berulang kali," tulis kontributor footballpalestine.com.
"Melihat ke bawah ke arah bangku, saya melihat Azmi yang tampak lemah bangkit dan melambai ke kerumunan. Seingat saya, dia mengenakan topi wol dan jaket meskipun saat itu malam musim panas," lanjutnya.
Pada 26 Maret 2007, Azmi Nassar mengembuskan napas terakhirnya. Menurut situs berita Wafa.ps, ia meninggal dunia pada subuh hari di Holy Family Hospital di Kota Nazareth pada usia 48 tahun. Sebelumnya, ia dirawat di rumah sakit di Gaza setelah menderita stroke dan kemudian dipindahkan ke rumah sakit di Yerusalem.
ADVERTISEMENT
Publik Palestina merasa kehilangan. Al Jazeera melaporkan bahwa ribuan warga Palestina menghadiri tempat peristirahatan terakhir Nassar di Nazareth dan para pelayat mengibarkan fotonya yang berhiaskan bendera Palestina. Mereka datang dari berbagai profesi: Atlet, pemuka agama, politisi, dan masyarakat umum.
"Almarhum Azmi Nassar memiliki jejak yang tak terlupakan karena berperan besar dalam membangun karakter timnas dan berdampak pada dirinya dan rekan-rekannya dalam kehidupan olahraga dan sosial," kata eks kapten Timnas Palestina, Saeb Jendeya, dikutip dari Al-Ayyam.ps.
"Hal pertama yang kami pelajari adalah kecintaan pada Tanah Air, terlepas dari minimnya kemampuan saat itu, dan juga ketulusan dalam bekerja," terang pemain Palestina, Ziad Al-Kurd, dikutip dari sumber yang sama.
"Dia tegas dan tidak mengizinkan siapa pun mengganggu pekerjaannya, termasuk dalam proses memanggil atau mengecualikan pemain, karena semua yang terkait dengan tim adalah tanggung jawab penuhnya."
ADVERTISEMENT
"Dia menyampaikan semangat itu kepada kami dan tercermin dalam penampilan Fedayeen (julukan Timnas Palestina) di kejuaraan Arab kesembilan di Yordania, di mana kami menyajikan level yang tidak disangka siapa pun. Jadi, kami mengasihani jiwanya dan berdoa untuk pengampunan," tandasnya.
***
****
Saksikan video menarik di bawah ini: