Kisah Brutal Eks Kiper Arsenal, Graham Stack: Pukul KO Fan di Lapangan

23 Desember 2020 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kiper Arsenal, Graham Stack. Foto: MAX NASH/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Arsenal, Graham Stack. Foto: MAX NASH/AFP
ADVERTISEMENT
Arsenal tampak merana sekali ketika digulung Man City 4-1 di laga Piala Liga Inggris 2020/21, Rabu (23/12) dini hari WIB. Kiper kedua mereka, Runar Alex Runarsson, melakukan dua blunder berujung kebobolan.
ADVERTISEMENT
Musim lalu, Arsenal punya kiper kedua yang lebih bagus, Emiliano Martinez, yang kini membela Aston Villa. Melihat aksi Runarsson selaku deputi terkini Bernd Leno bak melihat kualitas kiper The Gunners menurun drastis. Miris.
Mundur lagi ke masa-masa sebelumnya, Arsenal selalu punya kiper-kiper hebat: Petr Cech, David Ospina, Wojciech Szczesny, Jens Lehmann, David Seaman, hingga John Lukic.
Well, selain nama-nama di atas, Arsenal juga sebenarnya punya kiper yang, sebetulnya sangat jarang main, tetapi punya kisah unik. Namanya Graham Stack. Siapa dia?

Graham Stack: Kiper Arsenal era 'Invincible' yang 'Invisible'

Eks Kiper Arsenal, Graham Stack. Foto: MARTYN HARRISON / BLADES SPORTS PHOTOGRAPHY / AFP
Graham Stack menghabiskan masa mudanya di akademi sepak bola Arsenal selama 1998-2000. Kiper asal Hampstead, London Utara, ini lalu dikontrak secara profesional pada Juli 2000 hingga 2006.
ADVERTISEMENT
Selama durasi tersebut, pria kelahiran 26 September 1981 itu lebih sering dipinjamkan ke klub lain. Kesempatannya mengawal gawang Arsenal baru kesampaian pada 2003/04--musim tak terkalahkan 'Meriam London' dalam semusim Liga Inggris (invincible).
Namun, dia tak turun main sekalipun di kompetisi itu, cuma duduk di bench saat laga kontra Liverpool di Anfield dan Man City di Highbury. Invisible.
Stack cuma diberi kesempatan bermain di Piala Liga Inggris. Dipercaya Arsene Wenger lima kali turun laga, Stack mengalami lima kali kebobolan dan mencatatkan sekali nirbobol.
Salah satu laga paling berkesan sepanjang kariernya adalah Arsenal vs Rotherham United pada 28 Oktober 2003. Kala itu, ia mementahkan tendangan pemain bernama Chris Swailes dan membuat Arsenal menang 10-9 di babak tos-tosan usai bermain 1-1 di waktu normal dan perpanjangan.
Arsenal merayakan keberhasilan menjadi juara Premier League 2003/04. Graham Stack mungkin larut dalam pesta, tetapi tak main sekalipun di liga. Foto: AFP/Odd Andersen

Pukulan telak Graham Stack di wajah fan

Momen berkesan lain dalam karier Graham Stack adalah saat Arsenal meminjamkannya ke klub Belgia, Beveren. Dalam laga kontra Royal Antwerp pada Desember 2002, dia memberi pukulan telak kepada fan di lapangan.
ADVERTISEMENT
Waktu itu, situasi laga memang ricuh. BBC menggambarkan bahwa Stack menjadi sasaran pelecehan dan lemparan benda sepanjang pertandingan. Puncaknya, sejumlah fans di tribune mendesak masuk ke lapangan dan ada satu orang yang tampak mengajaknya beradu argumen.
Lalu, sekonyong-konyong, ada satu fan lain yang berlari ke arahnya dan hendak memukulnya. Stack menangkisnya, lalu balas memukul pria itu hingga jatuh. KO.
"Saya bisa melihat seseorang berlari ke arah saya dan jelas dia tidak akan berhenti. Saya mengayunkan pukulan untuk membela diri," katanya, dilansir BBC pada 4 Desember 2002.
Setelah belasan tahun berlalu, Graham Stack kembali bercerita soal hari gila itu. Pertandingan yang sangat chaos, meski sebetulnya dua tim tersebut bukan musuh bebuyutan.
ADVERTISEMENT
"Itu hari yang gila. Kami menang 3-1, tetapi saya dilempar benda; botol, batu, koin, korek api, macam-macam; terus-menerus di babak kedua," kisahnya dalam podcast 'Broken Metatarsal' pada 2019, dikutip dari Planet Football.
Nah, lalu Stack membalas lemparan mereka saat lima menit jelang laga bubar. Itulah yang kemudian memicu chaos kian parah.
“Jadi saya melempar satu benda ke belakang dan itu [kericuhan] meledak begitu saja. Ada pagar baja di depan dan saya berpikir, 'Mereka tidak bisa melewati itu', tetapi kemudian saya melihat ke gerbang kanan, dan steward-nya pasti berusia 70-an," jelasnya.
Ilustrasi chaos. Foto: Unsplash/Brondia
Well, ya, seperti yang tadi diceritakan, sejumlah fans menembus pagar itu dan berusaha menyerang Stack. Dia bilang, orang yang mau menyerangnya itu bertinggi 6 kaki 4 inci (193 cm), mengenakan jaket kulit besar.
ADVERTISEMENT
"Dia datang ke arah saya, mengumpat pada saya. Saya berpikir, 'Haruskah saya kabur dan menyelamatkan diri atau saya mencoba menghadapi orang gila ini dan berdiri tegak?'," pikirnya kala itu.
"Naluri muncul dan saya memutuskan untuk menghadapinya, tetapi kemudian muncul satu lagi dan saya berpikir, 'Saya kalah jumlah, saya melawannya di sini'."
“Secara alami Anda mengayunkan satu tinju dan tentu saja Anda menjatuhkannya ke tanah. Kemudian, pria besar berikutnya tidak terlalu menyukainya dan mereka semua mulai berjalan kembali," tuturnya.
Lucunya, setelah kejadian itu, Stack laris manis diundang ke berbagai wawancara, termasuk acara TV. Insiden ini menjadi berkah tersendiri untuknya.
"Reputasi saya meledak pada satu tahap, saya tidak akan mengatakan karena semua alasan yang salah, tetapi untuk alasan yang cukup lucu dalam hal memukul jatuh fan," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi itu juga menjadi berita utama, bukan hanya karena penampilan saya di lapangan," jelasnya.
Graham Stack kini sudah pensiun sejak 2018, klub bernama Eastleigh FC adalah klub terakhirnya. Kini, pemilik 7 caps Timnas U-21 Irlandia itu menjabat kepala pelatih kiper akademi Watford.
----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.