Kisah John Kissock: Pemecah Rekor Rooney, Sambung Hidup Jadi Sopir Taksi

5 April 2021 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks pemain Everton asal Inggris, John Paul Kissock.
 Foto: Chris Brunskill/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Everton asal Inggris, John Paul Kissock. Foto: Chris Brunskill/Getty Images
ADVERTISEMENT
Pada 2006 silam, John Paul Kissock berhasil memecahkan rekor Wayne Rooney di Everton. Namun, hanya 3 tahun setelahnya, sang pemain malah beralih profesi menjadi sopir taksi.
ADVERTISEMENT
Kissock lahir di Fazakerley, Liverpool, pada 2 Desember 1989. Ia bermain untuk tim junior yang bernama Key Ways sejak usia 6 tahun. Setahun berselang, Kissock muda kemudian bergabung dengan Akademi Everton.
Sambil menimba ilmu di Everton, Kissock melanjutkan pendidikan formal di SMA Archbishop Beck. Lalu, dia dipilih memperkuat Timnas Inggris U-16 pada November 2004 melawan Skotlandia U-16. Ketika itu, usianya masih 14 tahun.
Pada tahun-tahun berikutnya, Kissock menjadi pemain reguler untuk Everton U-18 dan tim cadangan. Dalam prosesnya, dia memecahkan rekor Wayne Rooney sebagai pemain termuda yang pernah bermain untuk tim cadangan The Toffees ketika masih berusia 16 tahun.
Kissock sempat dipanggil ke tim utama Everton untuk pertandingan Piala Europa melawan AZ Alkmaar pada Desember 2007. Namun, dia gagal masuk starting line-up maupun pemain pengganti.
Ekspresi Rooney merayakan gol. Foto: Reuters/Lee Smith
Bahkan, selama musim 2007/08, Kissock bergabung dengan tim utama untuk 12 pertandingan Liga Inggris. Tapi, ia gagal mendapatkan menit bermain.
ADVERTISEMENT
Dengan postur 168 cm, Kissock mengaku mengagumi trio Barcelona: Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta.
"Ketika saya datang, itu semua tentang tinggi dan fisik dan berdasarkan bentuk tubuh yang atletis karena gelandang didorong untuk menjadi box to box midfielder," ucap Kissock dikutip Planet Football.
"Begitu ketiganya (Messi, Xavi, Iniesta) mulai tampil, mereka memberikan pengaruh besar. Karena itu menunjukkan bahwa anda tidak harus besar dan fisik atletis untuk memberi pengaruh pada permainan tim anda," tambah Kissock.
Penampilan yang bagus membuat Kissock bermain di semua tim junior Inggris. Dia dipanggil David Moyes untuk diberi kesempatan bergabung dengan skuad utama Everton.
Namun, pada 2009, Moyes pulalah yang memberi tahun Kissock bahwa dirinya bebas mencari klub baru. Dia segera masuk ruang ganti dan menangis. Dia sedih karena Everton adalah klub idola sejak kecil.
ADVERTISEMENT
"Saya mencoba menahannya (tangisan). Tapi, saya segera putus asa. Itu (bermain di Everton) adalah mimpi saya. Tapi, itu tidak membuatnya lebih mudah, dan itu tidak berarti kehancuran saya berkurang. Baik Phil Neville maupun Tim Cahill melihat saya dengan iba. Mereka menjaga saya. Mereka berdua sangat baik kepada saya," tutur Kissock.
Didepak oleh Moyes benar-benar membuat Kissock jatuh. Entah apa sebabnya cara bermain sepak bola yang dia pelajari sejak kecil mendadak hilang. Dia pergi ke Skotlandia untuk membela Hamilton. Tapi, itu hanya berjalan 3 bulan dengan hanya 3 pertandingan sebelum kembali menganggur.
Frustrasi dengan kondisinya, Kissock akhirnya memutuskan untuk meninggalkan sepak bola. Berhubung hanya memiliki ijazah SMA, tidak ada perusahaan yang menerimanya bekerja.
ADVERTISEMENT
Dia juga tidak memiliki tabungan untuk biaya kuliah karena bayaran sebagai pemain cadangan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Akibatnya, Kissock memilih menjadi sopir taksi di Liverpool.
Pekerjaan itu ditekuni Kissock beberapa bulan hingga keluarga dan teman-teman mendorong dirinya untuk kembali ke sepak bola. Dia akhirnya bermain untuk tim lokal Newton dan Formby sebelum menikmati karier di Southport, Luton Town, Ebbsfleet United, dan Whitehawk. Semuanya di kompetisi bawah.
Kissock sempat dipinjamkan ke klub Skotlandia, Gretna. Dia bermain melawan Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers sebelum kembali ke Goodison Park menjelang musim 2008/09. Saat itu, Everton dikalahkan Chelsea 1-2 di final Piala FA.
"Saya sebenarnya berada di bangku cadangan pada babak sebelumnya. Tapi, saya tidak masuk ke lapangan. Sejujurnya, tidak berada dalam skuad untuk final Piala FA membuat saya sangat kesal. Melihat ke belakang, kami memiliki Leon Osman, Steven Pienaar, Mikel Arteta, dan Tim Cahill di lini tengah. Semuanya brilian dan saya jelas tidak sebagus mereka," ujat Kissock.
ADVERTISEMENT
"Tapi, saya masih berpikir bahwa saya pantas mendapat kesempatan, seperti yang diberikan Jose Baxter dan James Wallace (dua rekan seangkatan Kissock yang masuk skuad utama Everton). Saya merasa sebaik mereka," tambah Kissock.
"Jimmy Lumsden (asisten Moyes ketika itu) sangat menyukai saya dan terus menyuruh saya pergi dan mengetuk pintu Moyes. Tapi, saya tidak memiliki kepercayaan diri. Moyes bukanlah tipe pelatih yang bisa merangkulmu. Suatu hari dia akan berjalan melewati saya dan bahkan tidak membiarkan saya," beber Kissock.
Akhirnya, Moyes memang benar-benar datang memanggil Kissock ke kantornya untuk memberi tahu dia bebas pergi.
"Jelas, saya tahu itu memang ditakdirkan. Tapi, saya masih hancur. Saya merasa telah mengecewakan orang," kata Kissock.
ADVERTISEMENT
"Kesehatan mental dibicarakan dengan lebih terbuka hari ini. Tapi, tidak pada saat itu. Saya menderita kecemasan akut. Ini adalah industri tersulit bagi anak muda, terutama ketika mereka dilepaskan oleh klub dan tidak ada yang bisa mereka andalkan selain sepak bola," imbuhnya.
Musim lalu, Kissock sempat ditunjuk pemain merangkap asisten pelatih di Whitehawk di Isthmian League Premier Division (kompetisi semiprofesional). Klub itu berbasis di Brighton dan setiap hari Kissock harus pulang-pergi ke rumahnya di Liverpool dengan waktu tempuh 10 jam.
Namun, akibat pandemi COVID-19, semuanya berubah. Kissock kembali menjadi pengangguran lantaran dampak Virus Corona telah membuat bisnis transportasi mati suri. Saat ini tidak banyak orang yang menggunakan taksi untuk melakukan perjalanan akibat pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Liga dibatalkan ketika karantina wilayah jilid pertama terjadi. Saudara laki-laki saya, yang memiliki bisnis properti, menyarankan saya untuk kembali ke Liverpool dan bekerja untuk dirinya. Saya sangat merindukan sepakbola. Tapi, saya pikir saya telah membuat keputusan tepat," ungkap Kissock.
Meski meninggalkan sepak bola dan kecewa dengan Moyes, Kissock memastikan tetap menjadi pendukung fanatik Everton sampai mati.
"Saya tidak pernah menjadi orang yang pahit dan saya memiliki beberapa pengalaman yang luar biasa. Saya tidak punya kata buruk untuk dikatakan kepada Everton," pungkas Kissock.
Menurut catatan Transfermarkt, Kissock yang berposisi sebagai winger kiri itu berhasil mengemas 109 laga dengan raihan 3 gol dan 18 assist dengan 7 klub berbeda. Pemain yang kini berusia 31 tahun tersebut juga sedang tidak membela klub mana pun alias menganggur.
ADVERTISEMENT
****