Kisah Suram 'Lionel Messi Jerman': Gagal di Chelsea, Kini Nganggur

1 September 2021 13:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks pemain Chelsea, Marco Marin Foto: Scott Heavey/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Chelsea, Marco Marin Foto: Scott Heavey/Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eks pemain Chelsea, Marko Marin, sempat dijuluki titisan Lionel Messi. Namun, cedera telah menghancurkan talenta yang ada pada pemain asal Jerman tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Goal International pada 2016, Marin merefleksikan julukan yang diberikan kepadanya di awal karier. Sejak saat itu, dia seolah dipaksa untuk bermain seperti 'Messi-nya Jerman'.
“Saya tidak terlalu memikirkannya. Messi adalah Messi dan berada di level yang jelas berbeda dengan pemain lain di dunia,” ucap pemain yang biasa beroperasi di sektor sayap itu tidak lama setelah bergabung dengan Olympiacos.
“Ke mana pun saya pergi dan setelah saya memainkan beberapa pertandingan bagus, selalu seperti ini. Bahkan, setelah pertandingan pertama saya di sini, hal itu dimulai lagi, 'Messi baru kami!'."
“Ini hal yang menyenangkan, tetapi tidak ada yang benar-benar berpikir bahwa itu adalah perbandingan nyata antara Messi dan saya. Itu hanya gaya sepak bola," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Marin sendiri muncul sebagai pemain profesional saat berusia 18 tahun di Borussia Moenchengladbach. Dia melakukan debut seniornya pada musim 2007/08 dan akhirnya mendapat promosi ke Bundesliga.
Eks pemain Chelsea, Marco Marin Foto: Otto Greule Jr/Getty Images
Marin berhasil tampil mengesankan. Alhasil, dia dimasukkan dalam skuad sementara Joachim Low untuk Euro 2008, meskipun gagal masuk ke skuad utama pada akhirnya.
Dengan tinggi hanya sekitar 170 cm, Marin dipanggil oleh sejumlah fans dengan sebutan 'Messi Jerman'. Perbandingannya tidak terlalu jauh: dengan dribel, kreativitas, dan kelincahannya, Marin diharapkan bisa menjadi ujung tombak generasi baru Jerman yang menjanjikan melalui tim junior.
Pada 2009, Marin pindah ke Werder Bremen. Di sana, ia membentuk duo lini tengah mematikan bersama Mesut Oezil. Keduanya pun berhasil dipanggil untuk mewakili Jerman di Piala Dunia 2010.
ADVERTISEMENT
Marin diturunkan di dua pertandingan pertama. Namun setelah penampilan mengecewakan dan kekalahan 1-0 di penyisihan grup dari Serbia, dia tidak dipercaya lagi.
Di sisi lain, Oezil menjadi salah satu bintang di kompetisi tersebut. Ia bahkan direkrut Real Madrid setelah terbukti menjadi bagian integral dari tim muda Jerman yang finis ketiga di Afrika Selatan.
Sementara itu, Marin kembali ke Bremen dan menjadi tumpuan kreativitas tim tanpa Oezil dengan memberikan 11 assist pada 2010/11.
Kala itu, Bremen mengalami kesulitan dengan menempati papan bawah klasemen Bundesliga. Alhasil, Marin mencari petualangan baru.
Kesempatan untuk Marin pun datang pada 2012. Ia bergabung dengan jawara Liga Champions saat itu, Chelsea, yang dinakhodai oleh legenda klub Roberto di Matteo.
ADVERTISEMENT
Marin berhasil tampil impresif dalam pertandingan pramusim Chelsea dan tampak akan menjadi pemain kunci musim 2012/13. Namun, cedera hamstring menjadi masalah. Dia hanya membuat enam penampilan Liga Inggris untuk Chelsea pada musim tersebut.
Marin berhasil mencetak gol dengan sentuhan pertamanya setelah masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-91 dalam kemenangan 4-1 Chelsea atas Wigan pada Februari 2013.
Mesut Oezil saat bermain di Timnas Jerman pada pertandingan Piala Dunia 2014 di Brazil. Foto: FABRICE COFFRINI / AFP
Akan tetapi, gol tersebut menjadi satu-satunya sumbangsih Marin untuk klub asal Kota London tersebut. Meskipun menjadi pemain The Blues selama tiga musim berikutnya, dia tidak pernah tampil.
Marin kemudian menghabiskan waktunya dengan status pinjaman di Sevilla. Dia menjadi bagian dari Los Sevillistas ketika menjuarai Liga Europa.
Setelahnya, Marin merapat ke Fiorentina. Namun, ia gagal setelah tidak bermain selama enam bulan saat berada di sana. Kemudian, perjalanan karier Marin di Anderlecht juga dirusak oleh cedera hamstring yang kembali menghampirinya.
ADVERTISEMENT
Marin kemudian merapat ke klub asal Turki, Trabzonspor. Pada 2016, ia bergabung dengan Olympiacos. Marin menghabiskan dua musim di Yunani sebelum bergabung dengan Red Star Belgrade.
Marin juga sempat merasakan atmosfer liga Arab Saudi bersama Al-Raed. Tak berselang lama, ia lantas dipinjamkan ke Al-Ahli.
Namun, meski kariernya tidak berjalan seperti yang diharapkan di Chelsea, Marin mengatakan bahwa dirinya tidak menyesal pindah ke Stamford Bridge.
“Saya pergi ke sana dengan harapan untuk bermain dan memulai dengan sangat baik di pramusim, kemudian saya mendapat cedera besar dan sulit untuk kembali ke tim,” ungkapnya kepada Goal.
“Mungkin saya tidak mendapatkan cukup peluang untuk bermain dalam beberapa pertandingan untuk menunjukkan kualitas saya, tetapi Chelsea selalu memiliki pemain yang sangat bagus dan sulit untuk bersaing di sana."
ADVERTISEMENT
“Ketika saya keluar sebagai pinjaman, saya melakukan kontak dengan Skype sebulan sekali. Setelah setiap pertandingan, mereka mengirimi saya analisis. Chelsea melakukan pekerjaan yang baik dengan setiap pemain pinjaman karena Paulo Ferreira dan Eddie Newton tetap berhubungan dengan para pemain."
“Bukannya mereka mengirim Anda dengan status pinjaman dan melupakan Anda. Jadi, saya masih senang bahwa saya adalah bagian dari Chelsea dan saya masih penggemar Chelsea,” pungkasnya.
Menurut catatan Transfermarkt, Marin baru saja menyelesaikan kontraknya bersama Al Ahli. Akan tetapi, tidak ada klub lain yang merekrutnya hingga saat ini. Alhasil, Marin berstatus tanpa klub alias nganggur.
Marin sendiri tercatat telah mengemas 68 gol dan 116 assist dari 461 pertandingan di semua ajang pada level klub. Adapun bersama Timnas Jerman, ia berhasil mencetak 16 caps dengan torehan 1 gol.
ADVERTISEMENT