Kisah Tony Flygare: Klaim Lebih Jago dari Ibrahimovic, Redup & Pensiun Muda

15 Juli 2021 13:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain AC Milan, Zlatan Ibrahimovic. Foto: REUTERS / Alessandro Garofalo
zoom-in-whitePerbesar
Pemain AC Milan, Zlatan Ibrahimovic. Foto: REUTERS / Alessandro Garofalo
ADVERTISEMENT
Zlatan Ibrahimovic memiliki teman dekat bernama Tony Flygare. Keduanya sama-sama menimba ilmu sepak bola di Malmo FF. Namun, perjalanan karier keduanya berbeda jauh.
ADVERTISEMENT
Flygare adalah mantan penyerang berkebangsaan Swedia. Lahir di Malmo pada 6 Januari 1981, sosok berpostur 188 cm tersebut adalah bintang Malmo FF di level junior.
Flygare juga menjadi penyerang utama Timnas Swedia U-17 dan U-19. Di Swedia U-17, dia mencetak 15 gol dari 26 laga dan di Swedia U-19 punya 2 gol dari 4 laga.
Sebagai orang Malmo yang lahir pada 1981 dan menimba ilmu di Akademi The Blue Ones, apakah Flygare mengenal Zlatan Ibrahimovic? Tentu saja. Mereka satu angkatan, satu kamar di akademi dan hotel, serta bersahabat. Bahkan, Flygare jauh lebih hebat dari Ibrahimovic di level junior.
Untuk membuktikan dirinya lebih hebat dari Ibrahimovic, Tony Flygare menulis buku berjudul "Once I was Bigger than Zlatan". Dalam buku yang dirilis pada 2014 atau beberapa tahun setelah Ibrahimovic meluncurkan "I am Zlatan", ia mengungkapkan banyak rahasia yang terpendam selama bertahun-tahun tentang sang sahabat.
ADVERTISEMENT
Flygare dan Ibrahimovic berteman sejak kecil. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama. Ia mengisahkan sering bermain sepakbola bersama Ibrahimovic di sebuah dermaga yang ada di Malmo. Mereka sengaja "pamer keterampilan" di tempat itu karena ada banyak remaja cantik yang menonton.
"Tidak ada salahnya jatuh. Jadi, kami berlatih berjam-jam dan akan ada gadis cantik yang mengawasi kami dari dermaga. Jadi, setiap kali kami semakin berani. Kami bermain untuk menang dan saya memberi tahu anda bahwa saya selalu lebih baik dari Tony ," kata Flygare pada 2014, dikutip dari Daily Mail.
Selain sepak bola, Tony Flygare dan Ibrahimovic sering bersepeda menggunakan BMX bersama-sama mengelilingi Malmo. Sesekali, mereka mencuri buah-buahan yang ada di kebun milik tetangga mereka.
ADVERTISEMENT
Lalu, mereka pergi ke rumah Ibrahimovic untuk mempelajari teknik sepakbola melalui rekaman video Romario dan Ronaldo. Mereka juga sering bermain video game bersama.
Uniknya, dalam "Once I was Bigger than Zlatan", Flygare menyebut dirinya dan Ibrahimovic juga sering berbeda pendapat dalam sejumlah hal.
"Saya mengidolakan Alan Shearer. Dia membenci sepak bola Inggris karena saya sangat menyukainya. Seperti itulah dia. Dia selalu berkata dia akan bermain di Italia dan dia melakukannya," ungkap Tony Flygare.
"Kami seperti saudara kembar. Saya adalah sosok ayah bagi Zlatan dalam banyak hal. Dia mengagumi saya. Namun, dia sangat kompetitif. Saat ibu meminta kami masuk rumah, kami akan berebut kendali video game. Hampir setiap hari," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Entah hanya strategi bisnis atau fakta yang sebenarnya, Flygare sempat menyatakan bahwa "Once I was Bigger than Zlatan" sempat dihalangi untuk dipublikasikan. Dia menyebut Tony Ibrahimovic sendirilah yang meminta Flygare untuk tidak buru-buru merilisnya. Konon, dia takut popularitasnya luntur akibat "Once I was Bigger than Zlatan".
Flygare juga menyebut sempat tidak berbicara dengan Ibrahimovic selama 13 tahun. "Ketika Zlatan mendengar saya sedang menulis cerita saya, dia mengirim pesan ke salah satu teman saya untuk meminta saya menutup mulut saya. Tapi, saya masih mencintainya," ucap Flygare ketika meluncurkan bukunya.
"Tidak. Saya tidak mendompleng kepopuleran Zlatan (dengan cerita hubungan yang kurang harmonis dengan Ibrahimovic untuk mendapatkan simpati). Saya menulis buku yang berbeda. Saya hanya ingin menghormati Zlatan dan apa yang pernah kami lakukan bersama-sama," lanjut Flygare.
ADVERTISEMENT
Flygare dan Ibrahimovic sama-sama lulus dari Akademi Malmo pada 1999 dan bermain hingga 2001. Tapi, prestasi Ibrahimovic di skuad utama lebih baik, Flygare hanya bermain 7 kali dan tanpa menghasilkan gol. Sementara Ibrahimovic menorehkan 16 gol dari 40 pertarungan.
Dari Malmo, Ibrahimovic terbang ke Belanda untuk membela Ajax Amsterdam sebelum pindah ke berbagai klub besar Eropa dan menjadi bintang seperti yang dikenal saat ini.
Karier Ibrahimovic di timnas senior juga mentereng. Pria keturunan Bosnia-Herzegovina tersebut menjadi maskot The Yellow Viking selama 15 tahun dengan 62 gol dari 116 pertandingan.
Sebaliknya, Flygare terpuruk. Sempat dipinjamkan ke Lulea, dia kemudian membela Assyriska, Wehen Wiesbaden, Bunkeflo, Cementarnica, Malmo Anadolu, Husie, Prespa Birlik, hingga BW90. Semuanya klub medioker di Swedia dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Sadar kariernya tidak berkembang, Flygare pensiun pada 2008 tepatnya di usia 27 tahun. Di tahun itu, Ibrahimovic masih membela Inter Milan sebelum ditransfer ke Barcelona pada 2009 dan bermain untuk AC Milan di periode pertama pada 2010. Selanjutnya, dia bermain di beberapa klub lain dan masih aktif hingga musim ini.
Flygare juga menceritakan mengapa hubungan dirinya dengan Ibrahimovic sempat renggang. Itu berawal pada pertandingan Malmo melawan Halmstad pada 1999.
Pemain AC Milan Zlatan Ibrahimovic berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Napoli, di Stadion San Paolo, Napoli, Italia, Minggu (22/11). Foto: Ciro De Luca/REUTERS
Saat itu mereka berjuang untuk menghindari degradasi. Ketika Malmo diberikan penalti di menit-menit akhir, Flygare mengambil tendangan. Tapi, gagal menembus jala lawan sehingga Malmo terdegradasi.
Saat itu, mereka baru berusia 17 tahun. Ibrahimovic marah dengan Flygare. Apalagi, kekalahan itu sempat membuat Ibrahimovic dan Flygare mendapatkan hukuman dari pelatih.
ADVERTISEMENT
"Ketika saya bermain di Jerman, saya mengirim SMS kepada Zlatan dan dia membalas: 'Tony yang mana?'. Oke, kamu punya hidupmu yang sekarang. Saya menghormatinya. Saya bangga padamu. Jika saya melihatmu sekarang, saya akan berkata: 'Kemarilah kau sialan!' Jangan merendahkan saya seperti itu. Jangan bangga," ungkap Flygare.
"Mungkin itu sebuah takdir. Tidak masalah. Sama dengan takdir Zlatan yang tidak bisa memenangkan Liga Champions. Itu jalan yang harus dilaluinya di sepakbola," pungkas pria yang sekarang mengelola sebuah bisnis kecil-kecilan di Malmo itu.
****