Kritik Suporter ke Manajemen Klub Itu Wajar, Jangan Dipolisikan

8 September 2021 14:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Frangky Abuuryaan Griapon (Angky) tokoh suporter Persipura Jayapura
 Foto: Instagram @capo_angky
zoom-in-whitePerbesar
Frangky Abuuryaan Griapon (Angky) tokoh suporter Persipura Jayapura Foto: Instagram @capo_angky
ADVERTISEMENT
Dipanggilnya Frangky Abuuryaan Griapon alias Capo Angky menghadap kepolisian menyorot perhatian. Sebab, hal ini bermula dari kritik yang dilontarkan sang suporter ke manajemen tim kesayangannya, Persipura Jayapura, di sosial media.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemimpin kelompok suporter Persipura, Blackpearl Curva Nord 1963, Angky memang terkenal vokal dalam mengkritisi sejumlah kebijakan manajemen Persipura. Namun, hal itu malah berujung ke jalur hukum.
Dalam surat pemanggilan dirinya tertanggal 6 September 2021, dijelaskan bahwa Polda Papua tengah melakukan penyidikan terkait dugaan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik yang dilakukan oleh pemilik akun Facebook atas nama 'Kepala Suku Tribun Utara'. Nama itu dipakai Angky di berbagai platform sosial media resminya.
Hal ini tentu mengundang tanda tanya besar. Apalagi, kritik yang dilontarkan suporter umumnya bertujuan demi kebaikan tim itu sendiri, bukan untuk menjelek-jelekkan, tidak juga untuk merusak citra klub.
Kritik suporter Persipura Jayapura. Foto: Instagram.com/capo_angky
Di Indonesia, kritik yang dilontarkan suporter ke pihak manajemen adalah hal yang lumrah terjadi. Tak pandang bulu, hal ini bisa datang sekalipun dari suporter tim-tim kecil, bahkan suporter tim besar.
ADVERTISEMENT
Kita bisa lihat bagaimana salah satu basis suporter terbesar di Indonesia, The Jakmania, yang 'bawel' saat Persija Jakarta mulai kesulitan meraih kemenangan.
Semenjak era Liga 1 dimulai, hal ini pernah mereka gaungkan di musim 2019. Kala itu, Persija, yang berangkat dengan status juara bertahan, babak belur sepanjang musim. Mereka tak mampu berbuat banyak di Liga 1 maupun AFC Cup: Finis peringkat 10 Liga 1 dan tak lolos grup AFC Cup.
Sederet masalah juga mewarnai tim ibu kota ini, seperti ditinggal pemain-pemain kunci, bongkar-pasang pelatih, hingga harus 'terusir' ke kota lain saat melakoni partai kandang.
Spanduk nyeleneh dibentangkan The Jakmania saat Persija Jakarta menjamu PSIS Semarang di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. Foto: Dok. @ilhamdysis
Jakmania kala itu ramai menggaungkan chant bernada tuntutan saat Persija berlaga. Mereka juga pernah membentangkan spanduk besar yang mendesak Ferry Paulus, Presiden Persija saat itu, turun dari kursi kepemimpinannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, satu hal unik yang pernah mereka lakukan adalah memasang spanduk-spanduk nyeleneh di setiap sisi tribune. Spanduk itu bak sindiran kepada Persija yang sudah 'tak mempan' didukung dengan spanduk bernada penyemangat.
Tak cuma Jakmania, Bonek juga terkenal vokal dalam mengkritisi manajemen klub. Salah satunya adalah yang pernah terjadi pada 2018. Kala itu, Bonek mulai 'gerah' dengan aktivitas transfer Persebaya Surabaya.
Bonek meminta manajemen transparan soal aktivitas mendatangkan pemain, dan menuntut Presiden Klub Azrul Ananda untuk menempatkan orang-orang berkompeten di manajemen Persebaya.
Bonek juga cukup serius melancarkan tuntutan ini. Mereka membuat kesepakatan yang disebut 'Kesepakatan Bagong' dan berisi 6 tuntutan serta ultimatum Bonek ke manajemen Persebaya.
Bonek dan manajemen akhirnya duduk bersama pada awal 2019. Mereka membicarakan poin-poin atas tuntutan tersebut.
Konvoi Bonek di Surabaya Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Pada 2017, ribuan Bobotoh pernah mendatangi kantor manajemen PT Persib Bandung Bermartabat. Mereka melontarkan seruan protes atas performa Persib di musim 2017.
ADVERTISEMENT
Para Bobotoh juga melakukan aksi 'lempar koin' ke kantor Persib, karena menilai manajemen hanya berfokus pada bisnis ketimbang prestasi klub.
Di musim tersebut, penampilan Persib memang jauh dari kata memuaskan. Kendati diperkuat pemain-pemain top seperti Michael Essien, Persib malah tak mampu bersaing di papan atas. Mereka akhirnya hanya finis di urutan 13.
Pihak Persib sendiri kala itu membuka diri dengan menerima perwakilan Bobotoh untuk berdiskusi. Bobotoh kemudian menyampaikan aspirasinya langsung ke manajemen tim.
---