Lawan Manchester City Jadi Ajang Belajar untuk Burton dan Nigel Clough

9 Januari 2019 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nigel Clough bersama pemain-pemainnya di Burton. (Foto: Lee Smith/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Nigel Clough bersama pemain-pemainnya di Burton. (Foto: Lee Smith/Reuters)
ADVERTISEMENT
Partai semifinal Piala Liga musim ini menyajikan pertandingan yang cukup menarik. Klub super kaya penghuni peringkat dua Premier League, Manchester City, akan bertemu dengan tim yang berada 51 peringkat di bawahnya, Burton Albion, Kamis (10/1/2019) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Ya, Burton saat ini berada di peringkat sembilan League One, level ketiga dalam piramida Liga Inggris. Menariknya, manajer Burton, Nigel Clough, tidak inferior. Ia malah menganggap pertemuan dengan City ini sebagai ajang belajar bagi dirinya dan timnya.
Perjalanan Burton sampai ke semifinal Piala Liga saja sudah menjadi pencapaian yang terbilang luar biasa. Mereka mampu mengalahkan tim yang berada satu sampai dua level di atas mereka seperti Aston Villa, Nottingham Forest, Middlesbrough, dan Burnley. Tentu saja, Clough ogah untuk memasang target di laga melawan City nanti, dan meminta hal lain dari anak buahnya.
“Kami meminta pemain-pemain kami untuk menyaksikan pemain terbaik apabila mereka sedang menonton sepak bola di rumah atau di tribune. Kami meminta mereka untuk melihat apa yang dilakukan oleh pemain-pemain terbaik, dan kini mereka memiliki kesempatan untuk melihat aksi pemain terbaik langsung dari lapangan,” ujar Clough, dikutip dari situs resmi Manchester City.
ADVERTISEMENT
“Akan menjadi proses belajar yang luar biasa bagi pemain kami melihat pemain-pemain terbaik di Eropa beraksi dari dekat.”
Menariknya, rekor Clough, terutama di Piala Liga, menandakan bahwa ia memang bukan manajer yang bisa dipandang sebelah mata. Sebelum bersama Burton, ia sudah dua kali mampu membawa klub divisi bawah ke semifinal Piala Liga.
Yang pertama adalah di tahun 2009 bersama Derby County. Lawannya tak main-main, Manchester United. Derby asuhannya berhasil mencuri leg pertama dengan skor 1-0, meski kemudian kalah agregat setelah takluk di leg kedua dengan skor 1-3. Yang kedua terjadi di tahun 2015 lalu bersama Sheffield United. Lagi-lagi ia kalah agregat hanya dengan selisih satu gol (2-3) melawan tim top 6 Premier League lainnya, Tottenham Hotspur.
ADVERTISEMENT
Kepandaian Clough dalam meracik taktik tampaknya diturunkan dari sang ayah. Ya, ia merupakan putra dari salah satu manajer asal Inggris tersukses sepanjang sejarah, Brian Clough. Brian pernah menjuarai berbagai trofi domestik maupun kontinental.
Menariknya, trofi terbanyak yang pernah dimenangi oleh Brian adalah Piala Liga, dengan raihan total empat trofi yang semuanya ia menangi bersama Nottingham Forest. Lebih dari itu, dua trofi Piala Liga yang ia menangkan di musim 1988/1999 dan 1989/1990, juga dimenangi oleh Clough junior, yang menjadi pilihan utama ayahnya di lini tengah Forest.
Berkaca pada kesuksesannya, Clough menganggap bahwa Piala Liga seharusnya diseriusi.
Brian Clough (tengah) bersama dua pemainnya. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Brian Clough (tengah) bersama dua pemainnya. (Foto: Wikimedia Commons)
“Saya selalu memberikan respek pada kompetisi ini (Piala Liga). Saya tidak paham mengapa kerap kali kompetisi ini tidak diseriusi, padahal ada kesempatan memainkan partai final di Wembley, sebuah trofi, dan satu tempat di kompetisi Eropa dari Piala Liga.”
ADVERTISEMENT
Kembali lagi ke partai melawan City, Clough juga meminta agar semua pihak di Burton, mulai dari pemain hingga suporter, untuk menikmatinya.
“Kami akan menikmati pertandingan melawan City. Tak ada yang berpikir kami akan menang, namun bagi suporter yang telah mendukung kami sejak lama, hal seperti ini hanya mimpi. Mari berharap semua pihak menikmati ini. Kami tentu punya kesempatan, namun sangat kecil,” ungkap manajer berusia 52 tahun ini kepada BBC.
Jejak ayahnya barangkali terlampau sulit untuk diikuti, tetapi prestasi Clough junior membawa tim gurem ke semifinal Piala Liga tentu layak diberi apresiasi tersendiri.