Liga 1 Berhenti karena Corona, PSIS Pasrah Tak Punya Alternatif Cari Pemasukan

25 Maret 2020 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan lanjutan Liga 1 PSIS Semarang melawan Bhayangkara FC di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/12). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan lanjutan Liga 1 PSIS Semarang melawan Bhayangkara FC di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/12). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
ADVERTISEMENT
Liga 1 musim 2020 dihentikan sejak 16 hingga 31 Maret mendatang. Para kontestan juga sudah meliburkan tim demi pencegahan penyebaran virus corona.
ADVERTISEMENT
Namun, niat melaksanakan instruksi pemerintah itu membawa klub Liga 1 berada di pusaran dilema. Tim liga level tertinggi Indonesia itu mesti menanggung hancurnya sektor bisnis.
Pemasukan tersendat, sementara ketidakjelasan status kompetisi membuat klub masih harus menanggung gaji pemain.
PSIS Semarang tak lepas dari krisis tersebut. Sumber pemasukan mereka sudah tertutup.
“Kami meliburkan tim sesuai surat edaran dari PSSI. Dari sisi keuangan sangat berat. Semua pemasukan berhenti, mulai dari tiket sampai sponsor. Pastinya bakal ada pembicaraan dengan pihak sponsor karena tidak akan semuanya (dari nilai kontrak) dibayarkan,” ujar Wahyu ‘Liluk’ Winarto, General Manajer PSIS.
Pemain PSIS saat selebrasi usai mencetak gol ke gawang Arema FC. Foto: Instagram/@psisfcofficial
Laskar Mahesa Jenar hanya bisa pasrah. Tak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mencari pendapatan.
ADVERTISEMENT
Biasanya, PSIS bisa menggelar laga uji coba untuk mengisi kas klub. Namun, imbauan untuk tak beraktivitas dalam keramaian membuat alternatif itu pupus.
“Kami belum tahu antisipasi neraca keuangan. Mau bagaimana lagi sekarang ini? Mengadakan uji coba tidak bisa. Dulu, waktu liga berhenti—bukan force majeure—atau libur, kami bisa uji coba. Dananya bisa masuk untuk membiayai klub. Sekarang tidak bisa apa-apa,” kata Liluk saat dihubungi kumparanBOLA, Rabu (25/3/2020).
Di tengah krisis finansial itu, gaji pemain bukanlah satu-satunya yang menggerogoti kas klub. PSIS ternyata mesti menanggung biaya hidup pemain yang tak pulang ke kampungnya.
Beberapa pemain memilih tetap bertahan di mes Laskar Mahesa Jenar ketimbang pulang ke rumah masing-masing.
Manajemen Laskar Mahesa Jenar berharap badai ini cepat berlalu. Setidaknya, PSSI segera memutuskan status liga agar tak menggantung.
ADVERTISEMENT
Federasi juga kudu mencari solusi soal kontrak klub dengan pemain serta pihak ketiga seperti sponsor.
“Kondisinya serbasulit. Solusinya ada di kebijakan PSSI. Federasi harus memutuskan agar klub tidak salah langkah ke depan. Lalu, soal kontrak ini sensitif, terutama pemain dan pelatih asing. Itu juga harus dipikirkan PSSI supaya klub tidak dirugikan. Kami tidak mau ada yang menggugat di kemudian hari. Harus ada keputusan win-win solution dan tidak ada yang dirugikan,” ujar Liluk.
---
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!